Munculnya Badan dan Laskar Perjuangan Rakyat di Kebumen

3. AOI (Angkatan Oemat Islam)

33 Angkatan Oemat Islam didirikan sekitar September-Oktober 1945. Sebagai gerakan kelaskaran sudah banyak gerakannya dalam menghadapi usaha-

31 Kebumen Berdjuang, Op. Cit., hal. 7, lihat juga Wiyanto (dkk), Kebumen Pada Masa Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945-1949 , (Grafika: Gombong), 2001,

hal.11.

32 Ibid.

33 Kuntowijoyo. AE priyono, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi. Books.

Google.com/books hal 170 Google.com/books hal 170

Secara ideologis, AOI sebagai badan perjuangan dapat diidentifikasikan sebagai golongan agama dalam hal ini adalah agama Islam. Unsur nasionalisme terutama dalam aspek anti kolonialisme juga mewarnai AOI sebagaimana tercantum dalam tujuan serta anggaran dasar mereka. Di pihak lain, ideologi perang jihad dapat juga menjadi dasar yang kuat bagi semangat anti kolonislisme yang dimiliki oleh AOI. Ciri lain dari organisasi ini adalah kepercayaan akan kekebalan yang dalam masyarakat tradisional dapat menjadi daya tarik tersendiri disamping dapat berfungsi sebagai alat untuk membangkitkan semangat agresif dari rakyat. Hal ini dimanfaatkan secara positif oleh AOI baik pada masa revolusi

maupun pada saat terjadinya pemberontakan. 34 Sebagai sebuah badan perjuangan yang berlandaskan agama Islam,

sebagian besar anggota AOI adalah para santri dengan profesi utama sebagai petani. Kelompok ini biasanya memiliki tingkat pendidikan yang rendah namun mempunyai loyalitas tinggi terutama pada sosok sang pemimpin yaitu Kiai Haji Makhfudz Abdurrahman. AOI merupakan sebuah organisasi dengan kekuatan dominan pada masa revolusi kemerdekaan. AOI mampu memobilisasi potensi

34 Kebumen Berdjuang, Op. Cit., hal. 10.

rakyat dengan menggunakan simbol-simbol Islam sebagai pemersatu. Prinsip Islam tentang keadilan sangat sesuai bagi masyarakat pedesaan yang menderita akibat kekejaman penjajah.

Paska diadakannya Konferensi Meja Bundar (KMB), yang kemudian dilanjutkan dengan pengakuan kedaulatan, masalah rasionalisasi dalam tubuh militer menjadi persoalan tersendiri bagi AOI. Rasionalisasi telah menyebabkan terganggunya keberadaan badan perjuangan AOI. Timbul ketidaksesuaian sosial, muncul perasaan tidak aman, dan frustasi dikalangan masyarakat luas. Deprivasi muncul karena mereka terancam kehilangan kedudukan sosial ekonominya, kehilangan hak-hak politik atau kehilangan warisan kulturalnya. Deprivasi relatif inilah yang menyebabkan munculnya pemberontakan AOI di Kebumen pada akhirnya.

Pemerintah meminta AOI untuk bergabung dengan APRIS. Tawaran dari pemerintah disikapi secara berbeda di internal AOI. Kiai Haji Makhfudz Abdurrahman menolak dengan keras tawaran untuk bergabung dengan APRIS, namun sebaliknya, adiknya yaitu Kiai Haji Noersodik menerima tawaran pemerintah tersebut. Akibatnya timbul konflik internal di tubuh AOI. Konflik internal yang berujung pada pecahnya AOI, menimbulkan rasa tidak nyaman pada para anggotanya. Pada akhirnya, Kiai Haji Makhfudz Abdurrahman melakukan pemberontakan yang didukung oleh hampir semua unsur di AOI.

AOI mempunyai pandangan bahwa dalam tubuh APRIS terdapat pasukan- pasukan kafir dan atheis. Mereka memutuskan untuk menolak tawaran bergabung dengan dasar tersebut. Usaha-usaha diplomatik yang dilakukan gagal AOI mempunyai pandangan bahwa dalam tubuh APRIS terdapat pasukan- pasukan kafir dan atheis. Mereka memutuskan untuk menolak tawaran bergabung dengan dasar tersebut. Usaha-usaha diplomatik yang dilakukan gagal

Gerakan sosial yang dilakukan oleh AOI di Kebumen dapat dikatakan gagal mencapai tujuannya. Faktor penyebabnya cukup beragam diantaranya adalah:

1. Sumber daya manusia yang terdiri dari kepemimpinan, organisiasi, dan keterlibatan masyarakat. Kepemimpinan yang didasarkan pada kharisma seseorang ternyata tidak selalu membawa keberhasilan. Kultus individu terhadap sosok Kiai Haji Makhfudz Abdurrahman membuat anggota tidak bisa mandiri dan terlalu terjebak pada loyalitas yang bisa saja tanpa rasionalisasi yang kuat. Meninggalnya sang pemimpin juga melumpuhkan semangat juang dari para pengikutnya. Keorganisasian dan mekanisme keanggotaan yang liberal dalam organisasi serta hanya bertumpu pada para pemimpinnya saja pada gilirannya ternyata membuat koordinasi antar cabang dan ranting lemah dan sulit untuk dilakukan. Keterlibatan masyarakat yang dilandaskan pada dorongan moral saja bukan atas tujuan yang jelas juga menjadi salah satu faktor gagalnya gerakan sosial organisasi AOI di wilayah Kebumen.

2. Faktor sarana dan prasarana yang menyangkut masalah dana, serta masalah logistik dan persenjataan. Dalam hal pendanaan, logistik, dan persenjataan yang dimiliki oleh AOI tidak memadai untuk sebuah perlawanan jangka 2. Faktor sarana dan prasarana yang menyangkut masalah dana, serta masalah logistik dan persenjataan. Dalam hal pendanaan, logistik, dan persenjataan yang dimiliki oleh AOI tidak memadai untuk sebuah perlawanan jangka

3. Faktor psikologis ketika terjadi pemberontakan AOI harus berperang melawan teman-teman mereka sendiri selama perang kemerdekaan. Secara psikologis hal ini tidak menguntungkan meskipun mereka mempunyai prinsip bahwa yang mereka perangi adalah kekafiran. Konflik internal yang terjadi di internal AOI menyikapi terbentuknya APRIS secara psikologis juga mengganggu pikiran dan perasaan anggotanya. Adanya beban psikologis inipun juga

menjadi salah satu penyebab kegagalan gerakan sosial yang mereka lakukan. 35

4. Badan dan Laskar Perjuangan lain di Kebumen

Paska diambil alihkanya kekuasaan dari tangan Jepang oleh Angkatan Muda Kebumen, Angkatan Muda memiliki pengarauh yang besar di KNI. Untuk mengimbangi gerakan Angkatan Muda yang merekrut kalangan buruh, beberapa badan lain dari lapisan masyarakat lainnya dibentuk. Pada Oktober 1945 telah berdiri AMGRI (angkatan Muda Guru Republik Indonesia) dan Barisan Banteng (semula merupakan Barisan Pelopor). Pada bulan November 1945 berdiri pula Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI), Barisan Buruh Indonesia (BBI), Persatuan Wanita Indonesia (PERWANI) kemudian menjadi Persatuan Wanita Republik Indonesia (PERWARI), GPH, Hisbullah, Laskar Rakyat dan Sarekat

35 Danar Widayanta, “Angkatan Oemat Islam 1945-1950, Studi Gerakan Sosial di Kebumen” , Jhonoe.blogspot.com/sejarah-angkatan-oemat-islam.

Tani Republik Indonesia (SATRIA) yang kemudian menjadi Barisan Tani Indonesia (BTI). 36

Pada bulan itulah, Angkatan Muda menjadi PESINDO. Ada juga golongan tua yang digerakkan oleh dua penghulu yakni Kiai Haji Umar Nasir Tjandi dan Kiai Haji Makmur Tedjasari. Pada bulan Desember 1945 berdiri Pemuda Putri Indonesia (PPI), PGRI dan Muslimat. Selain itu didirikan pula Laskar Merah di

Kutawinangun dan Sarekat Rakjat di Selang. 37 Pada bulan Januari 1946 berdiri Pemuda Rakjat dan bulan Februari berdiri Partai Nasional Indonesia. 38 Laskar-

laskar dan badan-badan perjuangan ini yang menjadi roda perjuangan melawan penjajahan kembali Belanda dengan melakukan pertempuran fisik di wilayah Kebumen.