Strategi Perang dan Sistem Logistik

B. Strategi Perang dan Sistem Logistik

Agresi militer Belanda II telah menyebabkan pemerintahan sipil RI terhenti, maka Kolonel A.H. Nasution membentuk Markas Besar Komando Djawa (MBKD) di desa Kepurun, Klaten, Jawa Tengah berdasarkan Instruksi Panglima Besar Angkatan Perang (PBAP) No. 70/PBAP/1948. Berdasarkan Instruksi MBKD No. 1/MBKD/1948 maka terbentuk susunan pemerintahan Militer sebagai berikut:

1. Panglima Besar Angkatan Perang

2. Panglima Tentara dan Teritorium Djawa

3. Gubernur Militer yang terdiri dari:

a. Gubernur Militer II/ Divisi II yang dipimpin Kolonel Gatot Subroto

b. Gubernur Militer III/Divisi III yang dipimpin Kolonel Bambang Sugeng

4. Komando Daerah Militer (KDM) atau Sub Territorium Commando (STC) terbagi atas:

a. Divisi II yaitu:

i. STC Semarang dipimpin Mayor Widagdo

ii. STC Surakarta dipimpin Letnan Kolonel Mursito

iii. STC Pati dipimpin Mayor Munadi iv. STC Madiun dipimpin Letnan Kolonel Marjadi

b. Divisi III yaitu:

1) STC Banjumas dipimpin Mayor Kun Kamdani

2) STC Pekalongan dipimpin Mayor Brotosewojo

3) STC Kedu dipimpin Letnan Kolonel M. Sarbini

4) STC Jogjakarta dipimpin Letnan Kolonel Suhut

5. Lurah, Kader Desa, Kader Dukuh Melalui MBKD inilah keputusan dan instruksi kepada seluruh pasukan TNI dalam menyusun perlawanan gerilya terhadap Belanda di jalankan. MBKD mengeluarkan Instruksi Panglima MBKD sebagai bagian dari siasat perang gerilya dengan surat keputusan MBKD No. 11/MBKD/1949 mengenai pembentukan Gerilya Desa dengan mengikutsertakan pemuda aktif dalam perlawanan gerilya. Instruksi ini berarti telah mengerahkan dan memobilisasi segenap kekuatan rakyat desa dengan segenap potensinya, sehingga desa

memegang peranan utama dalam perjuangan kemerdekaan. 84 Jaringan administratif yang mengkoordinir semua potensi kekuatan

masyarakat secara resmi dibentuk pada tahun 1948 berdasarkan “Instruksi Bekerja Pemerintah Militer Seluruh Jawa” yang diinstruksikan oleh Mohammad Hatta sebagai Menteri Pertahanan. Dalam instruksi tersebut diantaranya disebutkan bahwa berlakunya pemerintahan militer yang memegang semua alat kekuasaan negara, semua badan dan jawatan yang penting dimiliterisir dan berlakunya hokum militer. Untuk itulah dalam rangka mengatur pelaksanaan pertahanan militer dan sipil perlu dibentuk pula pemerintahan sipil yang bersifat totaliter. Dengan demikian terbentuklah pemerintahan yang terdiri atas:

1. Instansi Pemerintah Militer dengan susunan Panglima Besar Angkatan Perang (PBAP) – Panglima Tentara dan Teritorium Djawa (PTTD) – Gubernur

84 Saleh A. Djamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang, (Pusat Sejarah ABRI: Jakarta), 1979, hal. 5-20.

Militer – Komando Militer Daerah (KMD) – Komando Distrik Militer (KDM) – Komando Onder Distrik Militer (KODM) – Kader Desa – Kader Dukuh.

2. Instansi Pemerintahan Sipil dengan susunan Residen – Bupati – Camat – Lurah. Sedangkan Gubernur Sipil dalam masa perang dijadikan sebagai

penasehat Gubernur Militer. 85 Adapun kelengkapan staf untuk Gubernur Militer, Komando Militer Daerah,

Komando Distrik Militer, dan Komando Onder Distrik Militer adalah sebagai berikut:

a. Biro Umum Biro ini mengurus masalah organisasi, kehakiman, dan ketertiban serta perhubungan. Untuk masalah organisasi sasarannya melengkapi dan menyempurnakan perintah militer dan personalnya. Sedangkan kehakiman dan ketertiban ditujukan guna menegaskan kepada masyarakat bahwa Republik Indonesia masih berdiri dengan adanya pemeliharaan ketertiban umum, dan tindakan dari polisi serta hakim yang masih mengadili bagi pelanggar-pelanggar hukum.

Adapun sasaran dari perhubungan adalah terjaminnya ketertiban peraturan, koordinasi, dan sebagainya. Untuk kepentingan ini secara periodic diberangkatkan kurir-kurir guna menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya.

b. Biro Pertahanan Biro pertahanan ditujukan ke dalam lingkungan daerah militer ODM dan desa dengan cara:

85 A.H. Nasution, Pokok-Pokok Gerilya, (Angkasa: Bandung), 1984, hal. 276-277.

1) Setiap lurah, keluarga dan setiap penduduk harus tahu bagaimana

bersikap bila tertawan Belanda

2) Setiap penduduk harus dapat mengamankan barang-barang yang berharga seperti hewan, padi, dan sebagainya

3) Memelihara hubungan dan saling tukar menukar informasi antar desa

misalnya dengan membunyikan tong-tong bila ada patroli musuh

4) Setiap penduduk harus tahu bagaimana caranya bersembunyi

5) Para pemuda diarahkan untuk menyerang pabrik-pabrik, sarana dan

prasarana jalan, telepon, listrik dan jalan kereta api serta lain sebagainya.

Strategi dan taktik ini digunakan untuk memaksimalkan peranan desa dalam mempertahankan kemerdekaan melalui perang gerilya. Melalui Intruksi No. 11/MBKD/1949 Panglima Markas Besar Komando Djawa menginstruksikan taktik peperangan gerilya dengan memobilisasi masyarakat desa dikarenakan tidak mencukupinya tenaga territorial untuk menjadi anggota KODM. Dalam instruksinya MBKD menetapkan bahwa instruksi Pasukan Gerilya Desa (Pager Desa) adalah sebagai berikut:

1. Susunan: KODM membentuk di tiap desa satu regu Pager Desa terdiri atas pemuda- pemuda terpilih. Tenaga-tenaga bekas tentara yang berpengalaman dan belum mempunyai tanggungan keluarga yang berarti agar digunakan.

a. Anggota-anggota berpangkat prajurit dan komandan regu berpangkat kopral KODM menjadi komandan dari gabungan pasukan buat seluruh ODM.

b. Semua anggota dicatat sebagai anggota ODM dan kelak menjadi anggota cadangan dari pertahanan teritorial dari KDM

c. Semua anggota disumpah sebagai tentara:

1) Setia kepada negara RI

2) Setia kepada hokum TNI

3) Taat pada atasan

Sumpah diambil oleh KODM atau wakilnya dengan disaksikan lurah.

2. Tugas:

a. Melakukan tindakan-tindakan gerilya dibawah perintah KODM

1) Melakukan bumihangus

2) Melakukaan perhubungan

3) Melakukan pengintaian

4) Melakukan penjagaan desa

5) Melakukan pengrusakan dan perintangan jalan-jalan dan rel kereta api

6) Melakukan pengrusakan alat-alat perhubungan musuh

7) Dan lain-lainnya yang dianggap perlu oleh KODM

b. Menjadi cadangan (reserve) APRI

c. Membantu kepolisian militer dalam KODM

3. Pager Desa tidak diasramakan, melainkan masing-masing tinggal dirumahnya. Semua anggota Pager Desa adalah tenaga dinas sukarela dan dibebaskan dari 3. Pager Desa tidak diasramakan, melainkan masing-masing tinggal dirumahnya. Semua anggota Pager Desa adalah tenaga dinas sukarela dan dibebaskan dari

4. KODM mengatur latihan-latihan anggota-anggota dengan petunjuk-petunjuk KDM. KDM mengatur secara periodik latihan-latihan kepala regu. Latihan dari anggota Pager Desa dikhususkan dalam hal:

a. Cara membumihanguskan

b. Menyelidiki musuh

c. Menyampaikan berita

d. Security (mematai-matai musuh dan kabar provokasi)

e. Cara bertindak, menghilang bila musuh berpatroli sampai desa, cara menyelamatkan Lurah, penduduk, barang-barang, dsb.

f. Cara-cara merusak dan menggerilya perhubungan musuh

5. Persenjataan masing-masing anggota Pager Desa adalah alat-alat atau senjata tajam sendiri dan alat yang mungkin diusahakan oleh KODM

Dengan perluasan tenaga Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) maka pertahanan RI menjadi tiga garis yaitu garis pertama adalah pasukan mobil APRI, garis ke dua adalah pasukan-pasukan teritorial dan garis belakang adalah pasukan-

pasukan Gerilya Desa. 86 Pemenuhan logistik para pejuang dilakukan oleh badan khusus yaitu dapur

umum yang berada langsung di bawah PMKT. Dapur umum ini dikelola oleh para wanita yang ikut aktif di front belakang baik oleh masyarakat desa maupun oleh struktur pemerintahan militer langsung. Dapur umum yang dikelola oleh PMKT

86 Markas Besar Komando Djawa No. 11/MBKD/1949 tentang Instruksi Pasukan Gerilya Desa.

di koordinasi oleh staf bagian suplai atau logistik yang menyediakan seluruh kebutuhan makan dan minum tentara. Bagian logistik ini menugaskan seorang ketua dapur umum yang mempunyai banyak pembantu dari tenaga masyarakat sekitar. Sifat dari dapur umum ini diusahakan terus menerus selama masih ada perjuangan, meskipun markasnya berpindah-pindah, berbeda dengan dapur umum yang dikelola oleh masyarakat dusun, baik bahan pokok logistik maupun tenaga kerjanya dikelola secara swadaya oleh masyarakat. Sifat dapur umum ini insidental artinya bila ada sepasukan TNI tiba dan menginap di suatu desa untuk misi pengacauan, penyerangan, dan pencegatan suatu konvoi Belanda, maka di desa tersebut segera diadakan markas dapur umum di bawah koordinasi badan

pertahanan desa atau pager desa setempat. 87 Bahan-bahan suplai logistik yang diperuntukan bagi dapur umum telah

diatur dalam instruksi MBKD No. 4/MBKD/1949 tentang instruksi kerja bagian kerja suplai PMKT, adapun cara kerja bagian suplai PMKT adalah sebagai berikut:

1. Bahan suplai diperoleh dengan cara pengumpulan dari rakyat oleh pemerintah (padi, pajak, denda, barang-barang bumihangus dan penyitaan milik Belanda)

2. Bahan suplai juga diperoleh dengan jalan perebutan dan pertempuran (sabotase konvoi, serangan kota, aksi illegal pencurian dan penggarongan Belanda)

3. Barang-barang suplai juga diperoleh dengan jalan perdagangan

4. Mempergunakan uang dan bahan-bahan dengan hemat

87 Wawancara dengan H. R. Soenarto, tanggal 2 Maret 2009.

Dapur Umum sendiri memiliki kepengurusan, yaitu:

1. Ketua dapur umum memiliki tugas mengkoordinir dan memimpin semua tugas-tugas operasional dapur umum yang langsung ditunjuk oleh bagian suplai PMKT.

2. Sekretaris yang bertugas menginventarisasi kebutuhan-kebutuhan logistik dan kebutuhan yang diperlukan TNI. Sekretaris pula yang melaporkan kondisi keuangan, perlengkapan, kesehatan dan makanan kepada ketua dapur umum.

3. Bendahara yang bertugas sebagai perencana biaya pembelanjaan makan dan keperluan perlengkapan prajurit.

4. Seksi memasak bertugas memasak kebutuhan makanan prajurit tiga kali sehari serta menentukan menu yang disajikan.

5. Seksi belanja bertugas membelanjakan kebutuhan makan dan perlengkapan prajurit dengan dana yang diperoleh dari PMKT atau masyarakat.

6. Seksi konsumsi bertugas mencari tambahan masukan barang kebutuhan, uang atau makanan dari masyarakat desa dan mengirimkan makanan dan perelangkapan parajurit sampai di front pertempuran dimana prajurit bertempur.

Seksi pembantu umum bertugas membantu tugas-tugas seksi yang lainnya.

Dapur umum di Kebumen berada di Buayan, Ayah, Rowokele, gombong dan Sempor. Peran logistik di Kebumen sangat besar bagi perjuangan kemerdekaan. Dukungan logistik yang mengalir biasanya berasal dari desa-desa yang berada dekat dengan lokasi pertempuran, sedangkan pusat logistik PMKT

88 Ibid.

Kebumen selalu berpindah-pindah mengikuti pusat pemerintahan Kebumen yang selalu berpindah dalam menjalankan tugasnya.