Pranotodihardjo, 1992 bahwa
. faktor yang terbukti mempunyai hubungan
yang bermakna dengan pelaksanaan imunisasi campak, yaitu faktor pengetahuan dan faktor pendorong sarana dan prasarana di wilayah kerja Puskesmas Duri Kepa,
Kebon Jeruk Jakarta Barat tahun 1990
2.5.3. Jadwal Imunisasi DPTHB
Untuk jadwal imunisasi dapat dilihat pada tabel 2.1 hal 14 , pemberian sebaiknya sesuai dengan jadwal yang ditetapkan agar didapatkan hasil yang baik.
Pemberian imunisasi DPT adalah untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus, dengan pemberian vaksin yang terdiri dari
toksoid difteri dan toksoid tetanus yang telah dimurnikan ditambah dengan bakteri bortella pertusis yang telah dimatikan. Dosis penyuntikan 0,5 ml diberikan secara
subkutan atau intramuscular pada bayi yang berumur 2-12 bulan sebanyak 3 kali dengan interval 4 minggu. Reaksi spesifik yang timbul setelah penyuntikan tidak ada.
Gejala biasanya demam ringan dan reaksi lokal tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang berlebihan seperti suhu yang terlalu tinggi, kejang, kesadaran menurun,
menangis yang berkepanjangan lebih dari 3 jam, hendaknya pemberian vaksin DPT diganti dengan DT Depkes RI, 2005.
Vaksin Hepatitis B diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B, minimal diberikan 3 kali. Diberikan pada
bayi 0-6 bulan karena respon antibodi paling optimal dengan jarak pemberian 1 bulan. Dosis ketiga merupakan penentu respon antibody karena merupakan booster.
Universitas Sumatera Utara
Semakin panjang jarak antara imunisasi kedua dengan imunisasi ketiga 4-12 bulan, semakin tinggi titer antibodinya. Vaksin diberikan dengan cara disuntikan secara
intra muscular sebaiknya pada antero lateral paha Depkes RI, 2009.
2.5.4. Akses
Depkes RI 2002, rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi faktor-faktor berikut : 1 Jarak yang jauh atau faktor geografi, 2 Tidak tau adanya
suatu kemampuan fasilitas, 3 Biaya yang tidak terjangkau atau faktor ekonomi dan
4 Tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas atau faktor budaya.
Menurut Andersen 1968 ada delapan faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu : Demografi jumlah, penyebaran, kepadatan,
pertumbuhan, struktur umur, dan rasio jenis kelamin, tingkat pendapatan, faktor sosial budaya, aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan, availabilitas, produktivitas
dan teknologi kesehatan. Menteri Perumahan Rakyat dalam Permenpera 2006, menyebutkan bahwa
radius pencapaian maksimum untuk fasilitas kesehatan atau puskesmas adalah 2000 meter. Lebih lanjut dalam Notoatmodjo 2003, seseorang yang tidak
mengimunisasikan anaknya di posyandu bukan hanya disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi bagi anaknya tetapi juga
karena rumahnya jauh dengan Posyandu atau Puskesmas tempat mengimunisasikan anaknya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sofie 2004, dalam pelaksanaan program imunisasi ada tiga faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu mengimunisasikan anaknya yaitu perilaku ibu
dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan selama kehamilan atau Ante Natal Care ANC, akses ke pelayanan kesehatan dan tingkat pendidikan ibu. Sedangkan
menurut Sulistiadi, 2000 ; Herniwati, 2008, melaporkan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara jarak dari rumah ke tempat pelayanan kesehatan terhadap status
imunisasi anak. 2.6.
Landasan Teoritis
Menurut Notoadmodjo 2003, semua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu kepada Bloom, yang menyatakan bahwa
ada 4 faktor yang mempengaruhi status kesehatan individu masyarakat yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Dari hasil penelitiannya di
Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang sudah maju, Bloom menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan,
kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua, pelayanan kesehatan dan keturunan mempunyai andil yang paling kecil terhadap
status kesehatan. Sejalan dengan itu ada beberapa teori yang mengungkapkan determinan
perilaku dari analisis faktor–faktor yang memengaruhi perilaku yang berhubungan dengan sehat, antara lain teori Lawrence Green 2005, teori Snenandu B.Kar 1983
dan teori WHO 1984.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Green dalam Notoadmojo 2007, kesehatan seseorang itu dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku behavior causes dan faktor di luar
perilaku non behavior causes. Selanjutnya perilaku ini di tentukan oleh 3 faktor utama yaitu ; faktor predisposisi predisposing factors, faktor pemungkin enabling
factors dan faktor penguat reinforcing factors. Faktor predisposisi predisposing factors, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai–
nilai, norma sosial dan sebagainya. Faktor pemungkin enabling factors, yang terwujud dalam lingkungan fisik, akses serta tersedia atau tidaknya fasilitas–fasilitas
atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat– obatan, alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya. Faktor penguat reinforcing factors, yang terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan atau masyarakat, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Sebagai contoh model Green ini dapat digunakan untuk menganalisa program imunisasi khususnya di Provinsi Aceh. Seseorang yang tidak mau mengimunisasi
anaknya di posyandu dapat disebabkan oleh karena orang tersebut tidak mau atau belum tahu manfaat imunisasi bagi anaknyapengetahuan, sikap dan norma
Predisposing factors, atau barangkali karena rumahnya jauh dari Posyandu atau Puskesmas tempat mengimunisasi anaknya akses ke pelayanan kesehatan enabling
factors, sebab lain mungkin karena para petugas kesehatan atau masyarakat disekitarnya tidak pernah mengimunisasi anaknya reinforcing factors.
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan oleh niat orang terhadap objek kesehatan, ada
Universitas Sumatera Utara
atau tidaknya dukungan dari masyarakat sekitarnya, ada tidaknya informasi kesehatan, kebebasan dari individu untuk mengambil keputusan bertindak dan
situasi yang memungkinkan ia berprilaku bertindak atau tidak berprilaku tidak bertindak Notoatmodjo, 2007.
Adapun skema Teori Green 2005, dipaparkan dan dirangkum dalam suatu landasan teori berikut ini:
Gambar 2.1 Teori Green Predisposing Factors
Knowledge Beliefs
Values Attitude
Confidance Capacity
Enabling factors Availability of health
resources Accesibility of health
resources Community government
laws priority Commitment to health
Health related skills
Reinforcing factors Family
Peers Teacher
Employers Health provider
Decision making
Specific behavior by individuals or
by organizations
Universitas Sumatera Utara
2.7. Kerangka Konsep