Definisi Penyakit Pertusis Penyakit yang Dapat di Cegah dengan Imunisasi DPTHB 1 Definisi Penyakit Dipteri

sejak April 2004. Pemberian vaksinnya pun sesuai dengan jadwal imunisasi yang telah direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia. Vaksin DPTHB kombo merupakan vaksin DPT dan Hepatitis B yang dikombinasikan dalam suatu preparat tunggal dan merupakan sub unit virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infeksius. Sehingga dengan adanya vaksin ini pemberian imunisasi menjadi lebih sederhana, dan menghasilkan tingkat cakupan yang setara dengan HB dan DPT Depkes, 2005. Menurut Siswojo 2003 yang mengutip penelitian Isbagio, 2001; Tsu Tyschenko, 2000, bahwa dari penelitian pada 392 anak di Tulangan Jawa Timur menunjukkan, pemberian dua dosis DPT dengan interval 1 – 3 bulan pada anak usia 3 – 14 bulan dapat membuat kekebalan lebih dari 80 anak, dan di Ukraina tahun 1996 menunjukkan bahwa pada anak yang tidak diimunisasi sebanyak 5 kali lebih banyak terkena infeksi daripada anak yang diimunisai 95 CI: 2,8 – 9,0 dengan efisiensi sekitar 80 . Dua dosis dapat mencegah risiko terserang penyakit infeksi tersebut. Sedangkan menurut Bisgard, et al 2000 pada efektifitas vaksin di Federasi Rusia pada tahun 1990 menunjukkan bahwa pemberian vaksin dipteri dosis 3 atau lebih dapat efektif sampai 97 95 CI: 94,3 – 98,4.

2.2.2. Definisi Penyakit Pertusis

Pertusis atau batuk rejan batuk seratus hari adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Ledakan kasus pertusis pertama kali Universitas Sumatera Utara terjadi pada abad ke 16, di Paris. Sebelum vaksin ditemukan penyakit ini tersering menyerang anak–anak dan merupakan penyebab utama kematian diperkirakan sekitar 300.000 kematian setiap tahun. Bordetella pertussis adalah bakteri batang yang bersifat gram negatif dan membutuhkan media khusus untuk isolasinya. Pertusis juga merupakan penyakit yang bersifat toxin – mediated, toxin yang dihasilkan kuman melekat pada bulu getar saluran nafas akan melumpuhkan bulu getar tersebut sehingga menyebabkan gangguan aliran sekret saluran pernafasan, dan berpotensi menyebabkaan pneumonia IDAI, 2008 . Tabel 2.2 Peran Aktifitas Biologik dan Antibodi Komponen Toksin Bordetella Pertussis Komponen toksin Aktifitas biologik Peran antibodi Pertusis toxin IPT Memproduksi eksotosin Sensitisasi histamine Limfositosis Aktifitas sel pancreas Merangsang system imun Mencegahkerusakan saluran nafas dan intraserebral pada binatang percobaan. Mencegah gejala klinis pada manusia Filamentaous hemaglutinin IFHA Memegang peran untuk melekatnya B.pertussis pada sel epitel saluran nafas Mencegah kerusakan saluran nafas tetapi tidak intra serebral pada binatang percobaan Pertactine 69-kDa OMP Nonfibrial agglutinogen, berhubungan dengan kerja adenylcyclase Memicu pencegahan infeksi pada saluran nafas oleh B.pertussis binatang percobaan Aglutinogen Surface antigen berhubungan dengan fimbriae untuk melekatnya B.pertussis pada sel epitel Memicu pencegahan infeksi pada saluran nafas oleh B.pertussis binatang percobaan Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Lanjutan Adenyl cyclase Menghambat fungsi fagositosis Belum diketahui Tracheal cytotoxin Menyebabkan ciliary stasis dan cytopathic pada mukosa trachea Belum diketahui Krugman’s 1998, gejala utama pertussis timbul saat terjadinya penumpukan lendir dalam saluran nafas akibat kegagalan aliran oleh bulu getar yang lumpuh yang berakibat terjadinya batuk paroksismal tanpa inspirasi yang diakhiri dengan bunyi whoop. Pada serangan batuk seperti ini, pasien biasanya akan muntah dan sianosis, menjadi sangat lemas dan kejang. Keadaan dapat berlanjut antara 1 sampai 10 minggu. Bayi di bawah 6 bulan juga dapat menderita seperti ini namun biasanya tanpa disertai suara whoop. Bayi dan anak prasekolah mempunyai resiko terbesar untuk terkena penyakit ini termasuk komplikasinya. Komplikasi utama yang sering ditemukan adalah pneumonia bakterial, gangguan neurologis berupa kejang dan ensefalopati akibat hipoksia. Komplikasi ringan yang sering ditemukan adalah otitis media, anoreksia, dehidrasi, dan juga akibat tekanan intra abdominal yang meningkat saat batuk antara lain epistaksis, hernia, perdarahan konjungtiva, pneumothorax dan lainnya. Pengobatan pertussis dapat dilakukan dengan antibiotik khususnya eritromisin dan pengobatan suportif terhadap gejala batuk yang berat. Pemberiann pengobatan eritromisin untuk pencegahan pada kontak pertussis dapat dilakukan untuk mengurangi penularan. Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Definisi Penyakit Tetanus

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Ketersediaan Sarana Kerja terhadap Kinerja Tenaga Sanitarian dalam Memberikan Pelayanan Hygiene Sanitasi di Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh.

0 62 127

Analisis Determinan Perilaku Ibu Menyusui Dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013

3 45 188

Efektivitas Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) terhadap Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012

13 83 93

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar

14 79 101

Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Norma Ibu serta Pelayanan Imunisasi terhadap Pemberian Imunisasi DPT/HB3 di Kecamatan Kuta Baro dan Darussalam Kabupaten Aceh Besar

3 35 134

Pengaruh Kompetensi Petugas Imunisasi Terhadap Pelayanan Imunisasi Tetanus Toxoid Pada Wanita Usia Subur (WUS) Di Kabupaten Aceh Barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

5 87 140

Pengaruh Faktor Perilaku Masyarakat Terhadap Perolehan Imunisasi Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007

0 35 103

Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Ibu Bekerja Dan Ibu Tidak Bekerja Tentang Imunisasi

0 29 64

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja Tentang Imunisasi

0 16 16

Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Ketersediaan Sarana Kerja terhadap Kinerja Tenaga Sanitarian dalam Memberikan Pelayanan Hygiene Sanitasi di Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh.

0 0 26