d Lembaga profesi penunjang
Profesi penunjang pasar modal meliputi: Notaris, Akuntan Publik, Konsultan
Hukum dan Penilai.
e Perusahaan publikemiten
f Investor
D. Prinsip Keterbukaan terkait Social Clause di Pasar Modal
Prinsip keterbukaan atau transparansi merupakan syarat mutlak yang bersifat universal di dalam dunia pasar modal. Mengingat pasar modal merupakan tempat
bertemunya permintaan dan penawaran dana dalam jumlah yang amat besar dan datang dari mana saja untuk kegiatan bisnis, maka sangat wajar apabila prinsip
keterbukaan disclosure principle menjadi prinsip yang dibutuhkan oleh investor untuk meyakinkan dirinya mendapatkan informasi yang benar dan lengkap.
Keterbukaan merupakan suatu bentuk perlindungan kepada masyarakat investor, dari segi substansial, keterbukaan memampukan publik untuk mendapatkan
akses informasi penting yang berkaitan dengan perusahaan. Suatu pasar modal dikatakan fair dan efisien apabila semua pemodal memperoleh informasi yang dalam
waktu bersamaan disertai dengan kualitas informasi yang sama equal treatment dalam akses informasi. Dari sisi yuridis, keterbukaan merupakan jaminan bagi hak
publik untuk terus mendapatkan akses penting dengan sanksi untuk hambatan atau kelalaian yang dilakukan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Keterbukaan dalam pasar modal berarti keharusan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk kepada Undang-undang Pasar Modal untuk
menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap
keputusan pemodal terhadap efek yang dimaksud atau harga dari efek tersebut.
120
Sehubungan dengan informasi atau fakta material, Pasal 1 angka 7 Undang- undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyatakan bahwa: “Informasi
atau fakta material adalah informasi atau fakta penting yang relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada bursa efek
dan atau keputusan pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.”
Penjelasan dari Pasal tersebut menyebutkan bahwa: “Informasi atau Fakta Material, adalah antara lain informasi mengenai:
a. Penggabungan usaha merger, pengambilalihan acquisition, peleburan usaha
consolidation atau pembentukan usaha patungan; b.
Pemecahan saham atau pembagian dividen saham stock dividend; c.
Pendapatan dan dividen yang luar biasa sifatnya; d.
Perolehan atau kehilangan kontrak penting; e.
Produk atau penemuan baru yang berarti; f.
Perubahan tahun buku perusahaan; dan g.
Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen; sepanjang informasi tersebut dapat mempengaruhi harga Efek dan atau keputusan
pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.”
Ketentuan di atas memberikan gambaran bahwa Undang-undang Pasar Modal sama sekali tidak menyinggung bagaimana ketentuan fakta material yang wajib
120
Pasal 1 angka 25 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Universitas Sumatera Utara
diungkapkan setiap perusahaan publik atau emiten sehubungan dengan ketentuan- ketentuan sosial social clause yang ada di tengah-tengah masyarakat. Ketentuan
tersebut hanya menyinggung secara umum sepanjang informasi atau fakta tersebut penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat
mempengaruhi harga efek pada bursa efek danatau keputusan pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang mempunyai kepentingan atas informasi atau fakta
tersebut. Tanpa menentukan standar atas kondisi permasalahan sosial dan masyarakat luas tentang bagaimana yang wajib diungkapkan perusahaan publik atau emiten
tersebut, sehubungan dengan aktifitas perusahaan tersebut dalam interaksinya dengan masyarakat.
Keterbukaan atas fakta material sehubungan dengan perlindungan hak-hak sosial di lingkungan pasar modal Indonesia baru akan menjadi permasalahan apabila
telah terjadi dampak yang menimbulkan kerugian, terutama bagi investor dan masyarakat pada umumnya, sehingga kejadian tersebut mengundang gejolak di
masyarakat. Selama ini ketentuan hak-hak sosial tersebut merupakan informasi material yang tidak pernah diungkapkan kepada publik, sebab tidak adanya
pengaturan ketentuan yang sifatnya imperatif, yang mewajibkan pihak manajemen perusahaan untuk mengungkapkan informasi hal-hal yang berkaitan dengan sosial.
121
Informasi penting yang dapat dipahami dari perkembangan peraturan pasar modal di negara maju adalah bahwa penegakan hukum prinsip keterbukaan itu harus
sejalan dengan yang diinginkan hukum pasar modal, dan penegakannya juga harus
121
Zulham, Op. Cit. h. 113.
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan hukum lain di luar hukum pasar modal. Hukum lain yang berkaitan dengan kegiatan pasar modal yaitu hukum yang mengatur masalah-masalah klausula
sosial social clause, antara lain perlindungan lingkungan hidup, perlindungan konsumen, perlindungan hak tenaga kerja dan masalah status hak tanah yang
berkaitan dengan informasi penting dan relevan bagi perusahaan.
122
Ketentuan mengenai kewajiban dan tanggungjawab perusahaan untuk melaksanakan keterbukaan informasi yang berkaitan dengan perlindungan
lingkungan hidup environmental disclosure, misalnya di Amerika Serikat masalah klausula perlindungan lingkungan hidup secara tegas diterapkan. Perusahaan publik
atau emiten harus memuat masalah klausula perlindungan lingkungan hidup yang dipersyaratkan oleh hukum, walaupun hukum tersebut bukan hukum pasar modal.
123
Memang pada mulanya perhatian lingkungan hidup tidak dianggap sebagai bagian proses due dilligence dan keterbukaan. Sekian lama keterbukaan umum pasar
modal secara khusus lebih memperhatikan resiko-resiko keuangan dan pasar daripada potensi pertanggungjawaban perlindungan lingkungan hidup environmental
liabilities. Tuntutan pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam hubungannya dengan perlindungan lingkungan hidup ini, mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan dari
kerusakan lingkungan hidup seperti pencemaran dan kerugian lingkungan hidup environmental damage and pollution.
124
122
Bismar Nasution, Op. Cit. h. 94.
123
David L. Ratner dan Thomas Lee Hazen, Securities Regulation Cases dan Materials, Fourth Edition, St. Paul Minn: West Publishing Co., 1991 dalam Ibid.
124
Ibid, h. 94-95.
Universitas Sumatera Utara
Pentingnya keterbukaan oleh perusahaan publik atau emiten seputar aktifitas perusahaannya yang berkenaan dengan masalah-masalah lingkungan hidup,
mengingat ancaman bagi perusahaan yang terbukti melakukan pencemaran lingkungan amat merugikan investor yang telah menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut. Perusahaan yang mencemarkan lingkungan hidup dapat ditutup oleh
pemerintah atau akan menghadapi gugatan ganti rugi dari masyarakat luas dapat mempengaruhi harga saham. Kondisi tersebut akan merugikan pihak investor.
Keadaan demikian membuat posisi prinsip keterbukaan mengenai perlindungan lingkungan hidup perusahaan berbeda dengan kebiasaan keterbukaan perusahaan
untuk bidang lainnya, sebab bahaya yang ditimbulkan oleh kerusakan lingkungan hidup tersebut mempunyai akibat yang fatal bagi masyarakat dan juga bagi
perusahaan itu sendiri.
125
Namun melihat ketentuan pada penjelasan Pasal 1 angka 7 Undang-undang Pasar Modal, yang memuat contoh kejadian atau informasi material, tidak terlihat
satupun ketentuan yang memuat pernyataan bahwa perlindungan lingkungan hidup termasuk dalam kategori informasi atau fakta materiil yang wajib disampaikan oleh
setiap perusahaan publik atau emiten kepada Bapepam dan masyarakat luas. Padahal dalam ketentuan Pasal 65 ayat 2 dan Pasal 68 huruf a Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur
125
Ibid, h.
Universitas Sumatera Utara
tentang hak dan kewajiban untuk mendapatkan dan memberikan informasi yang akurat tentang pengelolaan lingkungan hidup.
126
Selain pelaksanaan keterbukaan perlindungan lingkungan hidup diperlukan pula keterbukaan berkenaan dengan perlindungan konsumen. Perusahaan publik atau
emiten harus menyampaikan informasi terkait dengan produk yang diproduksinya, khususnya perusahaan publik atau emiten pabrikase manufacturing
127
Kendati orientasi perusahaan adalah untuk mencari keuntungan namun hak- hak konsumen harus benar-benar diperhatikan oleh perusahaan. Perusahaan publik
atau emiten harus menyampaikan kepada publik bahwa produk yang diproduksinya telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh peraturan
menyangkut tentang perlindungan konsumen. Oleh karena itu, hak-hak konsumen harus menjadi prioritas utama, yaitu hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang danatau jasa. .
128
Di samping itu, hak konsumen tersebut termasuk untuk hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang danatau jasa.
129
126
Pasal 65 ayat 2 UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa: “Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses
artisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.’ Sedangkan Pasal 68 huruf a UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan
bahwa: “Setiap orang yang melakukan usaha danatau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan
tepat waktu.”
Maka perusahaan harus memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa serta
127
Pabrikase didefenisikan sebagai proses penggunaan material, tenaga kerja dan mesin untuk menciptakan barang jadi yang memenuhi kebutuhan masyarakat. Bismar Nasution, Op. Cit. h. 195.
128
Pasal 4 huruf a Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
129
Pasal 4 huruf c, Ibid.
Universitas Sumatera Utara
memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharan atas produk tersebut.
Penyampaian informasi berkaitan dengan produk yang diproduksi perusahaan publik atau emiten harus memberikan jaminan bahwa tidak ada pernyataan yang
salah atau menyesatkan, karena pernyataan yang salah atau menyesatkan dapat menimbulkan gugatan dari konsumen. Hal tersebut tentu dapat mempengaruhi harga
saham yang pada akhirnya merugikan investor. Di Indonesia, masalah yang berkenaan dengan perlindungan konsumen dapat
dilihat dari kasus PT. Ajinomoto Indonesia yang memproduksi bumbu masak. Perusahaan diduga melakukan pelanggaran terhadap Pasal 7 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen UUPK, mengenai kewajiban pelaku usaha untuk memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.
130
Selain perlindungan lingkungan hidup dan perlindungan konsumen, yang perlu diperhatikan dan pengaturan social clause di pasar modal adalah perlindungan hak
tenaga kerja. Prinsip keterbukaan mengenai perlindungan hak tenaga kerja perusahaan berbeda dengan keterbukaan social clause lainnya, karena tenaga kerja
merupakan bagian internal perusahaan. Investor berhak mengetahui kondisi internal
130
Kasus Ajinomoto itu berawal dari pengumuman Majelis Ulama Indonesia MUI bahwa ada unsur enzim babi dalam Ajinomoto. MUI menyebutkan bahwa produsen Ajinomoto menggunakan
enzim bactosoytone dalam proses pembuatan bumbu masak. Bactosoytone dipakai sebagai makanan bagi mikro yang akan dipakai dalam proses fermentasi fetes tebu. Dalam proses pembuatan bactoytone
tersebut, PT. Ajinomoto menggunakan enzim poricine yang diambil dari panceas babi. Lihat Bismar Nasution I, Op. Cit. h. 108.
Universitas Sumatera Utara
perusahaan, termasuk kondisi tenaga kerjanya. Tidak hanya sekedar profil tenaga kerja tetapi juga bagaimana perusahaan memperlakukan mereka dalam memenuhi
hak-haknya sebagai tenaga kerja. Keterbukaan perusahaan terkait dengan perlindungan hak tenaga kerja akan
memberikan gambaran bagi para investor tentang kepedulian dan tanggungjawab perusahaan terhadap karyawan. Sebab, kepedulian perusahaan terhadap kesejahteraan
tenaga kerja akan melahirkan rasa kecintaan tenaga kerja tersebut terhadap pekerjaannya. Pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas perusahaan yang
dapat membuat harga saham naik dan menguntungkan investor. Tentu saja hal tersebut mampu memberikan pertimbangan yang positif bagi investor untuk
membeli, menjual danatau menahan sahamnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENGATURAN PRINSIP KETERBUKAAN
TERKAIT PERLINDUNGAN HAK TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI PASAR MODAL
A. Perlindungan Hak Tenaga Kerja di Indonesia