C. Manfaat Keterbukaan terkait Perlindungan Hak Tenaga Kerja pada Perusahaan Publik di Pasar Modal
Pasar modal merupakan tempat pasar yang kompleks, sehingga dalam kegiatannya benar-benar dibutuhkan keterbukaan dari pihak-pihak terkait terutama
perusahaan sebagai pihak yang membutuhkan dana. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa prinsip keterbukaan merupakan hal yang mutlak dalam pasar
modal karena ia memiliki setidaknya tiga fungsi. Setidaknya ada tiga fungsi prinsip keterbukaan dalam pasar modal. Pertama, prinsip keterbukaan berfungsi untuk
memelihara kepercayaan publik terhadap pasar. Kedua, prinsip keterbukaan berfungsi untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien. Ketiga, prinsip keterbukaan
penting untuk mencegah penipuan fraud.
167
Berdasarkan ketiga fungsi tersebut kita dapat melihat manfaat dari prinsip keterbukaan dalam pasar modal terkait dengan perlindungan hak tenaga kerja
perusahaan publik. Manfaat tersebut tidak hanya bisa dirasakan oleh investor serta stakeholder lainnya, seperti tenaga kerja dan pemerintah, tetapi prinsip keterbukaan
juga memberikan manfaat kepada perusahaan itu sendiri.
a. Manfaat keterbukaan terkait perlindungan hak tenaga kerja bagi investor
Prinsip keterbukaan terkait perlindungan hak tenaga kerja akan memberikan pencerahan bagi para investor ketika menentukan pilihan dalam berinvestasi. Sebab
selain investor mampu memperkirakan potensi konflik yang mungkin terjadi antara
167
Ibid, h. 9-11.
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dengan karyawan, investor juga dapat melihat potensi perusahaan untuk maju dan berkembang dari konsep perusahaan terkait upayanya dalam memberikan
perlindungan dan peningkatan kesejahteraan para tenaga kerjanya. Dengan adanya keterbukaan tersebut, investor dalam membeli atau mempertahankan saham sebuah
perusahaan tidak seperti membeli ”kucing dalam karung”. Prinsip keterbukaan juga menciptakan pasar yang efisien, dimana harga saham
merupakan refleksi dari seluruh informasi yang tersedia. Pasar yang efisien akan menguntungkan investor. Karena harga saham di pasar yang efisien dapat diprediksi,
sesuai dengan teori supply dan demand
168
dalam ilmu ekonomi meningkatnya demand terhadap saham suatu perusahaan tentu akan menaikkan harga saham
perusahaan tersebut. Investor yang memiliki saham di perusahaan yang demand sahamnya sedang meningkat tersebut tentu dapat memperoleh keuntungan dengan
menjual sahamnya.
b. Manfaat keterbukaan terkait perlindungan hak tenaga kerja bagi tenaga kerja
Prinsip keterbukaan terkait perlindungan hak tenaga kerja juga memberikan manfaat yang sangat besar bagi tenaga kerja, kewajiban untuk terbuka meskipun
168
Teori penawaran dan permintaan supply and demand dalam ilmu ekonomi, adalah penggambarkan atas hubungan-hubungan di pasar, antara para calon pembeli dan penjual dari suatu
barang. Model penawaran dan permintaan digunakan untuk menentukan harga dan kuantitas yang terjual di pasar. Model ini sangat penting untuk melakukan analisa ekonomi mikro terhadap perilaku
serta interaksi para pembeli dan penjual. Ia juga digunakan sebagai titik tolak bagi berbagai model dan teori ekonomi lainnya. Model ini memperkirakan bahwa dalam suatu pasar yang kompetitif, harga
akan berfungsi sebagai penyeimbang antara kuantitas yang diminta oleh konsumen dan kuantitas yang ditawarkan oleh produsen, sehingga terciptalah keseimbangan ekonomi antara harga dan kuantitas.
Model ini mengakomodasi kemungkian adanya faktor-faktor yang dapat mengubah keseimbangan, yang kemudian akan ditampilkan dalam bentuk terjadinya pergeseran dari permintaan atau penawaran.
http:id.wikipedia.orgwikiPenawaran_dan_permintaan, diakses 20 Juli 2011.
Universitas Sumatera Utara
tidak secara langsung, akan memaksa perusahaan memperhatikan dan melindungi hak-hak tenaga kerjanya. Kebutuhan akan investasi dari investor membuat
perusahaan menerapkan pola manajemen yang benar-benar memperhatikan kesejahteraan hak tenaga kerja, demi menarik minat investor. Jika pola manajemen
itu hanya tercantum di atas kertas, tidak benar-benar diterapkan, maka perusahaan dapat terkena sanksi karena melakukan pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan.
Sebagaimana diatur dalam pasal 90 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
169
c. Manfaat keterbukaan terkait perlindungan hak tenaga kerja bagi perusahaan
Manfaat yang diperoleh oleh perusahaan antara lain, mendapatkan kepercayaan investor, karena prinsip keterbukaan membuat investor mampu membuat suatu
penilaian judgement yang akurat terhadap investasi, sehingga investor secara optimal dapat menentukan pilihan terhadap portofolio mereka. Perusahaan yang
secara terbuka menyampaikan fakta material terkait dengan perlindungan hak tenaga kerjanya akan lebih mendapat perhatian dari investor daripada perusahaan yang
defensif, tidak informatif dan transparan mengenai tenaga kerjanya. Sikap defensif,
169
Pasal 90 Undang-undang Pasar Modal menyebutkan bahwa : “Dalam kegiatan perdagangan Efek, setiap Pihak dilarang secara langsung atau tidak langsung :
a. Menipu atau mengetahui Pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau cara apa pun;
b. Turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan
c. Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak mengungkapkan fakta
yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian
untuk diri sendiri atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli atau menjual Efek.”
Universitas Sumatera Utara
tidak informatif dan transparan akan melahirkan keraguan bagi investor, karena investor tidak dapat melihat seberapa besar potensi perusahaan akan bermasalah
dengan tenaga kerjanya. Kepercayaan investor adalah hal yang mutlak dibutuhkan oleh perusahaan demi kesinambungan dan kemajuan usahanya.
Selain mendapat kerpercayaan dari investor, prinsip keterbukaan terkait perlindungan hak tenaga kerja akan meminimalisir potensi mogok kerja serta bentuk
protes lainnya karena tenaga kerja merasa hak-haknya tidak dilindungi. Karena prinsip keterbukaan terkait perlindungan hak tenaga kerja akan memaksa perusahaan
perusahaan untuk berlaku jujur dan menerapkan konsep perlindungan hak tenaga kerja yang diinformasikannya kepada publik. Jika karyawan merasa haknya
dilindungi dan kesejahteraannya diperhatikan oleh perusahaan, loyalitasnya sebagai tenaga kerja perusahaan tersebut tentu akan meningkat, yang pada akhirnya akan
meningkatkan produktivitas perusahaan itu sendiri. Manfaat lain yang dirasakan oleh perusahaan adalah terciptanya pasar yang
efisien dimana harga saham merupakan refleksi dari seluruh informasi yang tersedia.
170
170
Lynn A. Stout, “The Unimfortance og Being Efficient: An Economic Analysis of Stock Market Pricing and Securities Regulation, “Michigan Law Review” Vol. 87, Desember 1988, h. 615-
616 dalam Ibid.h. 8.
Prinsip keterbukaan sangat berperan dalam meningkatkan supply informasi yang benar sehingga dapat ditetapkan harga pasar yang akurat. Dengan
suplly yang akurat maka demand terhadap saham suatu perusahaan publik tentu akan meningkat. Prinsip keterbukaan menjadi begitu penting karena berkaitan dengan
pasar modal sebagai lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan informasi.
Universitas Sumatera Utara
Tanpa informasi peserta pasar tidak dapat mengevaluasi produk-produk lembaga keuangan. Kalau informasi mengenai saham sedikit, maka investor yang melakukan
investasi relative kecil.
171
Dengan demikian, semakin sedikit informasi yang diberikan perusahaan publik terkait dengan perlindungan tenaga kerjanya semakin
sedikit pula investor yang akan berinvestasi. Selain itu, saham perusahaan publik yang berkualitas baik dapat mempunyai harga yang lebih rendah dari semestinya
karena informasi mengenai saham tersebut tidak tersedia secara luas dan akurat, tentu saja hal tersebut merugikan perusahaan. Oleh karena itu, untuk menjual harga saham
di pasar primer dan pasar sekunder, manajemen harus menjaga pasar. Artinya, semua informasi yang relevan terkait dengan perlindungan hak tenaga kerja, mengenai apa
yang ada dan akan ada harus dikemukakan. Jika tidak, mereka akan kehilangan kesempatan menjual sahamnya.
172
d. Manfaat keterbukaan terkait perlindungan hak tenaga kerja bagi pemerintah
Keterbukaan terkait perlindungan hak tenaga kerja membuat pasar modal Indonesia terhindar dari kehancuran karena terjadi pelarian modal besar-besaran
capital flight oleh investor, pelarian modal tersebut dapat terjadi karena ketidakpercayaan investor.
173
171
Ibid.
Ketidakterbukaan perusahaan terkait perlindungan hak
172
John C. Coffe, Jr, “Market Failure And The Economic Case For A Mandatory Disclosure System”, Virginia Law Review, Vol, 70, 1984 h.737 dalam Ibid, h. 9.
173
Penegakan prinsip keterbukaan untuk menjaga kepercayaan investor sebagai faktor fundamental, namun bukan satu-satunya pendekatan untuk memprediksi harga saham. Faktor teknis,
seperti psikologis dan emosi juga dapat mempengaruhi harga saham. Misalnya berkenaan dengan
Universitas Sumatera Utara
tenaga kerjanya tentu dapat menimbulkan beragam asumsi bagi para investor dan tentu menimbulkan ketidakpercayaan investor untuk beinvestasi diperusahaan-
perusahaan yang ada di Indonesia. Pelarian modal yang dilakukan investor akan menyebabkan terjadinya kehancuran pasar modal dan seterusnya melahirkan krisis
keuangan dan great depression
174
, sebagaimana yang pernah terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1929-1934.
175
Great depression tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap perekonomian Amerika tetapi juga Eropa yang kemudian mempengaruhi
dunia.
176
Kepercayaan investor terhadap pasar modal di Indonesia dapat meningkatkan investasi yang seterusnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang pada
akhirnya meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Oleh karena itu pengaturan terhadap prinsip keterbukaan harus benar-benar ditegakkan, karena
peraturan prinsip keterbukaan secara subtansial dapat memberikan informasi pada saat yang telah ditentukan, dan yang lebih penting peraturan prinsip keterbukaan
mengatur tentang pengawasan, waktu, tempat dan dengan cara bagaimana perusahaan melakukan keterbukaan.
keadaan ekonomi, keadaan politik, kebijakan pemerintah dan rumor. Marzuki Usman, Op. Cit. h. 172, lihat juga Sjahrir, Tinjauan Pasar Modal Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995, h. 229.
174
Depression adalah suatu kondisi ekonomi yang ditadai oleh jatuhnya harga-harga, menurunnya daya beli, pasokan yang melebihi permintaan, pengangguran meningkat, persedian yang
menumpuk, devaluasi, penyusutan pabrik-pabrik, kekhawatiran dan kehati-hatian masyarakat serta menurunnya kegiatan bisnis secara umum. John Downes dan Jordan Elliot Goodman, Dictionary of
Finance and Investment Term Jakarta: Elex Media Komputindo, 1991, h. 506.
175
Marshal E. Blume, Jeremy J. Siegel dan Dan Rottenberg, Revolution on Wall Street the Rise and Decline of The New York Stock Exchange New York: W.W. Norton Company, 1993, h.
33 dalam Bismar Nasution, Op. Cit. h. 28.
176
Kompas, 27 April 1999, h. 3 dalam Ibid, h.7.
Universitas Sumatera Utara
D. Dilema Penerapan Prinsip Keterbukaan terkait Perlindungan Hak Tenaga Kerja pada Perusahaan Publik di Pasar Modal
Keterbukaan informasi adalah hal mendasar yang harus ada di dalam Pasar modal. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, keterbukaan merupakan jiwa dari
pasar modal. Keterbukaan merupakan faktor fundamental untuk menciptakan kepercayaan dan menarik calon investor untuk berinvestasi di pasar modal. Di lain
pihak, perusahaan publik atau emiten yang ingin sahamnya dibeli oleh para investor dan masuk dalam standar internasional, haruslah berusaha untuk membuka diri dan
menerapkan keterbukaan informasi dengan kualitas yang terjaga dalam hal akurasi, kelengkapan, ketepatan waktu dan ketepatan informasi. Membuka diri di sini berarti
bersedia memberikan informasi material yang berkenaan dengan keadaan perusahaannya.
177
Keterbukaan diartikan dengan memberikan akses seluasnya kepada pemegang saham atau investor untuk mengetahui keadaan atau informasi penting perusahaan,
informasi yang tuntas, benar dan lengkap. Informasi yang berkualitas akan membuat investor melakukan investasi yang tepat. Namun, menurut terdapat pertentangan
batasan dan kendala untuk menerapkan keterbukaan antara investor di satu pihak dengan pihak lain, antara lain:
178
a Investor atau pemegang saham menginginkan keterbukaan yang sifatnya full
disclosure dalam menempatkan informasi mengenai perusahan publik atau
177
M.Irsan Nasarudin, dkk, Op.Cit. h. 228.
178
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
emiten, sementara emiten hanya bersedia membuka informasi hingga tingkatan tertentu.
b Investor menginginkan informasi yang tepat waktu, sementara perusahaan publik
atau emiten berusaha untuk menahan informasi untuk beberapa waktu dengan alasan pengurangan biaya penyebaran dan penerbitan laporan.
c Investor menginginkan untuk memperoleh data yang rinci dan akurat, sementara
emiten atau perusahaan publik hanya bersedia memberikan informasi secara garis besar.
179
Kendala yang sama sudah pasti dihadapi dalam penerapan prinsip keterbukaan terkait dengan perlindungan hak tenaga kerja. Selain itu, sejarah perusahaan besar
swasta nasional kebanyakan bermula sebagai perusahaan keluarga yang kemudian maju dan berkembang menjadi perusahaan yang terbuka juga memberikan kendala
tersendiri, karena tidak mudah mengubah budaya perusahaan keluarga yang telah dipegang secara turun temurun untuk secara drastis mengadopsi dan menerapkan
budaya perusahaan terbuka. Kewajiban untuk menerapkan prinsip keterbukaan adalah untuk menghindari
perilaku perusahaan terbuka yang berasal dari perusahaan keluarga yang bersifat defensive dan tidak informatif terhadap semua fakta material.
180
179
Ibid, h. 228-229.
Keadaan demikian juga menjadi salah satu kendala dalam menerapkan keterbukaan, terutama
keterbukaan terkait dengan perlindungan hak tenaga kerja. Realitas sosial bahwa tenaga kerja adalah buruh dan pengusaha majikan yang memiliki posisi tawar lebih
tinggi sangat mempengaruhi pelaksanaan keterbukaan perusahaan mengenai perlindungan hak tenaga kerjanya.
180
Ibid. h.232.
Universitas Sumatera Utara
Realitas di atas menggambarkan situasi yang sulit, dimana secara hukum perusahaan publik atau emiten dituntut untuk menerapkan prinsip keterbukaan dalam
menyampaikan informasi yang berhubungan dengan perusahaan dalam segala aspek, termasuk keadaan keuangan, aspek hukum dari harta kekayaan, hukum yang dihadapi
perusahaan dan manajemen, khususnya perlindungan hak tenaga kerja. Tetapi disisi lain perusahaan publik perlu mempertimbangkan secara matang mengenai hal-hal apa
saja yang bisa diungkap kepada publik. Ekses yang muncul dari pengungkapan informasi yang rinci kepada publik
terkait perlindungan hak tenaga kerja bisa menjadikan perusahaan pesaing mengetahui konsep pengelolaan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan publik atau
emiten meminta untuk diberikan hak menjaga informasi yang merupakan rahasia perusahaan. Kendala-kendala tersebut melahirkan dilema dalam penerapan prinsip
keterbukaan terkait perlindungan hak tenaga kerja yang sulit ditemukan jalan keluarnya.
E. Penentuan Fakta Material terkait Perlindungan Hak Tenaga Kerja pada Perusahaan Publik di Pasar Modal
Para investor khususnya investor professional dan investor institusional selalu mengumpulkan berbagai informasi dan memanfaatkannya untuk memahami harga-
harga saham yang ditawarkan di pasar perdana maupun pasar sekunder. Informasi yang dikumpul adalah informasi yang mengandung fakta material.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya, dalam menentukan apakah suatu informasi adalah fakta material atau bukan, dapat dipertimbangkan beberapa pandangan berikut:
a. Jika informasi yang bersifat tidak publik adalah penting bagi para pemegang
saham, bukan semata-mata apa yang ingin mereka ketahui. Bila fakta yang dihilangkan atau pernyataan tidak benar itu secara subtantif mungkin berarti
penting mengubah informasi yang menjadi milik masyarakat, maka fakta tersebut adalah material.
b. Penafsiran tentang fakta material berkembang pada apa yang disebut dengan
informasi firm spesific. Standarnya adalah informasi yang spesifik untuk perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan standar ini, kewajiban penyampaian
informasi tidak terlahir berdasarkan federal securities law, melainkan berdasarkan adanya informasi yang firm specific. Suatu informasi tidak dapat
menjadi fakta material kecuali ia memiliki firm specific. Pengadilan di Amerika Serikat menggunakan pendekatan firm specific ini dengan cara hati-hati
menghindarkan preseden dalam menentukan kewajiban untuk menyampaikan informasi. Pengadilan juga menghindarkan pendekatan yang konvensional,
dalam hal apakah fakta tersebut penting untuk investor yang berakal sehat dalam membuat keputusan investasi.
c. Di Indonesia, ada pula yang berpendapat bahwa suatu informasi merupakan fakta
materiil bila informasi tersebut dapat mempengaruhi harga saham.
181
Dewasa ini pengadilan-pengadilan di Amerika Serikat telah mengembangkan konsep baru dalam penentuan fakta material ini. Hal tersebut dapat dilihat dari tiga
konsep baru dalam penentuan fakta material berikut ini: a.
Standar penentuan fakta material yang disahkan pengadilan melalui kasus SEC v. Texas Gulf Sulfur, 401 F. 2d, 833, 2d. Cir. 1968. Bahwa standar penentuan
fakta material adalah didasarkan pada test “kemungkinanukuran”
181
Murzal, Tanggungjawab Akutan Publik atas Laporan Keuangan yang Menyesatkan dalam Pernyataan Pendaftaran di Pasar Modal, Tesis, Medan: Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera
Utara, 2003, h. 46.
Universitas Sumatera Utara
probabilitymagnitude fakta material atas informasi yang bisa berpengaruh kuat pada kemungkinan perusahaan di masa mendatang.
182
b. Standar penentuan fakta material yang disahkan pengadilan melalui kasus TSC
Industries, Inc. v. Northway, 426. U.S 438 1976, bahwa penentuan fakta material dalam kasus tersebut melalui pendekatan “Standar Reasonable
Shareholder”, sejalan dengan pendapat bahwa sesuatu yang menentukan fakta material sangat bergantung pada tanggapan investor potensil atau pemegang
saham institusional yang rasional, sebagaimana dinyatakan dalam Milss v. Electric Autolite, 396 U.S. 375 1970. Menguji sesuatu yang menjadi penentuan
fakta material adalah ditentukan oleh pertimbangan yang matang untuk kepentingan pemegang saham yang rasional.
183
c. Standar penentuan fakta material yang disahkan pengadilan melalui kasus Basic
Inc. v. Levinson, 485 U.S. 224 1988. Bahwa standar fakta material ditetapkan berdasarkan suatu fact-specific secara case-by-case yang bersumber dari
keputusan pengadilan dalam kasus Northway dan kasus Texas Gulf Sulphur tersebut di atas. Dalam kasus ini pengadilan berpendapat bahwa suatu penipuan
material dilihat dari apakah pernyataan mempengaruhi keputusan investor yang rasional untuk berinvestasi. Karena berdasarkan fraud on the market theory
182
SEC v. Texas Gulf Sulphur,401 F. 2d, 833, 2d. Cir. 1968, dalam Bismar Nasution, Op.Cit. h. 66.
183
Milss v. Electric Autolite, 396 U.S. 375 1970, dalam Ibid. h.68.
Universitas Sumatera Utara
pernyataan tersebut dapat membelokkan keputusan investor professional untuk berinvestasi.
184
Penentuan fakta material di Indonesia sebagaimana telah disebutkan pada Bab sebelumnya diatur dalam Pasal 1 ayat 7 Undang-undang Nomor 8 tahun 1995
Tentang Pasar Modal beserta penjelasannya. Penentuan fakta Material juga disebutkan dalam Keputusan Bapepam LK yang menyebutkan bahwa:
“Informasi atau fakta material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga efek atau keputusan investasi pemodal, antara lain sebagai berikut:
a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau
pembentukan usaha patungan; b.
Pemecahan saham atau pembagian deviden saham; c.
Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya; d.
Perolehan atau kehilangan kontrak penting; e.
Produk atau penemuan baru yang berarti; f.
Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen; g.
Pengumuman pembelian atau pembayaran efek yang bersifat hutang; h.
Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material jumlahnya;
i. Pembelian atau kerugian aktiva material;
j. Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting;
k. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan danatau direktur dan
komisaris perusahaan; l.
Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain; m.
Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan; n.
Penggantian wali amanat; o.
Perubahan tahun fiskal perusahaan.”
185
Ketentuan di atas tidak memperlihatkan aturan yang konkrit tentang prinsip keterbukaan terkait perlindungan hak tenaga di pasar modal Indonesia, Penjelasan
184
John m. Newman, Jr, Mark Herman dan Geoffrey J. Ritts, “ Basic Truth; The Implications of The Fraud-on-The-Market Theory for Evaluating the “ Misleading ang Materiality Elements of
Securities Fraud Claims, “The Journal of Corporation Law” Summer, 1995, h. 573 dalam Ibid, h.69.
185
Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-86PM1996 dan Peraturan Nomor X.K1 Tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 1 angka 7 huruf g hanya menyatakan “perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen”, sedangkan Keputusan Ketua Bapepam
Nomor: Kep-86PM1996 dan Peraturan Nomor X.K1 Tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik yang menyatakan fakta
material terkait tenaga kerja hanya huruf j saja, namun tidak menyinggung perlindungan hak tenaga kerja, hanya menyebutkan “perselisihan tenaga kerja yang
relatif penting” tanpa memberikan penjelasan apa yang dimaksud dengan perselisihan yang relatif penting tersebut.
Pasal 2 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial menyebutkan bahwa yang termasuk dalam
perselisihan hubungan Industrial yaitu: a.
Perselisihan hak Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak,
akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama.
186
b. Perselisihan kepentingan,
Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan danatau
186
Pasal 1 ayat 2 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.
Universitas Sumatera Utara
perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
187
c. Perselisihan pemutusan hubungan kerja
Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang
dilakukan oleh salah satu pihak.
188
d. Perselisihan antar serikat pekerjaserikat buruh hanya dalam satu perusahaan
Perselisihan antar serikat pekerjaserikat buruh hanya dalam satu perusahaan adalah perselisihan antara serikat pekerjaserikat buruh dengan serikat
pekerjaserikat buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak dan kewajiban
keserikatpekerjaan.
189
Empat perselisihan hubungan industrial tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan fakta material terkait perselisihan tenaga kerja yang relatif penting,
meskipun dalam penerapannya perlu ketentuan yang lebih konkrit. Misalnya perselisihan hak dan perselisihan kepentingan yang melahirkan pemogokan besar-
besaran yang mengakibatkan turunnya produktivitas perusahaan atau tidak dapat beraktivitas sama sekali karena pemogokan tersebut, perselisihan pemutusan
hubungan kerja PHK yang memicu konflik antara perusahaan dan tenaga kerja,
187
Pasal 1 ayat 3, Ibid.
188
Pasal 1 ayat 4, Ibid.
189
Pasal 1 ayat 5, Ibid.
Universitas Sumatera Utara
seperti PHK besar-besaran bukan PHK satu, dua atau tiga orang tanpa ada alasan yang jelas, PHK karena melakukan pemogokan, PHK terhadap pimpinan serikat
pekerjaserikat buruh yang berpengaruh, PHK tanpa memberikan pesangon yang layak. Demikian juga dengan perselisihan antara serikat pekerjaserikat buruh,
perselisihan tersebut dapat dianggap penting apabila mengakibatkan turunnya kinerja para pekerja, mengganggu produktivitas yang akhirnya merugikan perusahaan.
Keputusan Bapepam lain yang terkait dengan keterbukaan dalam perlindungan hak tenaga kerja adalah Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-49PM1996,
Peraturan Bapepam Nomor IX.B.1 tentang Pedoman bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik. Keputusan ini mengatur tentang penyampaian
informasi berkaitan dengan: 1
Rincian pegawai menurut jabatan dan pendidikan; 2
Sarana pendidikan dan pelatihan; 3
Tenaga kerja asing; 4
Sarana kesejahteraan seperti: pengobatan, transportasi, perjanjian tenaga kerja, jamsostek, koperasi dan dana pensiun.”
190
Disamping itu, penyampaian informasi mengenai tenaga kerja emiten lainnya dipersyaratkan dalam standar laporan pemeriksaan dan pendapat hukum Himpunan
Konsultan Hukum Pasar Modal, yang memuat standar pemeriksaan lain, antara lain: a.
Bukti pendaftaran tenaga kerja perusahaan, b.
Kesepakatan kerja bersama atau peraturan perusahaan, c.
Penggunaan tenaga kerja asing, d.
Jaminan sosial karyawan dan keikutsertaan dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jamsostek,
e. Unit serikat pekerja,
190
Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-49PM1996 tanggal 17 Januari 1996. Peraturan Nomor IX.B.1 tentang Pedoman bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik.
Universitas Sumatera Utara
f. Koperasi karyawan,
g. Program dana pensiun karyawan,
h. Upah Minimum Regional UMR, dan
i. Ijin-ijin khusus dibidang ketenagakerjaan misalnya ijin karyawan untuk
bekerja di malam hari.
191
Menurut penulis, selain ketentuan tersebut, proses due diligence yang dilakukan oleh Konsultan Hukum Pasar Modal juga harus meliputi pengembangan
sistem pengupahan, promosi tenaga kerja, kompensasi, pembagian keuntungan profit sharing, rencana pembagian produksi dan hak membeli saham stock option plan
kepada tenaga kerja. Sebab keenam hal tersebut terkait dengan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja demi mendapatkan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan yang merupakan amanah Undang-undang Ketenagakerjaan.
192
Ketentuan tentang pengembangan sistem pengupahan merupakan upaya untuk mewujudkan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan, hal ini selaras dengan Pasal
88 ayat 2 dan 3 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa:
“Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi
pekerjaburuh, kebijakan pengupahan yang melindungi pekerjaburuh tersebut meliputi:
a.
Upah minimum; b.
Upah kerja lembur; c.
Upah tidak masuk kerja karena berhalangan; d.
Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya; e.
Bentuk dan cara pembayaran upah; f.
Denda dan potongan upah; g.
Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; h.
Struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
191
Adrian Sutedi, Segi-segi Hukum Pasar Modal Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009, h. 110.
192
Lihat konsideran UU Ketenagakerjaan huruf c dan Pasal 88 ayat 1 UU Ketenagakerjaan
Universitas Sumatera Utara
i. Upah untuk pembayaran pesangon; dan
j. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.”
Oleh karena itu proses due diligence selayaknya tidak hanya mengkoreksi UMR saja melainkan sistem pengupahan yang diterapkan oleh perusahaan. Sebab,
ketentuan UMR yang dibuat oleh Pemerintah Daerah terkadang tidak sesuai dengan ketentuan hidup layak dan justru menjadi alasan pekerjaburuh untuk demonstrasi,
sebagaimana yang terjadi pada beberapa daerah seperti Jambi,
193
Bogor
194
dan Cimahi.
195
Selain itu, informasi pengembangan sistem pengupahan, promosi tenaga kerja, kompensasi, pembagian keuntungan profit sharing, rencana pembagian produksi
193
Sebanyak 200 orang dari Serikat Buruh Seluruh Indonesia SBSI Jambi menggelar aksi unjuk rasa di Simpang Empat Bank Indonesia, Telanaipura Senin 141111. Mereka menuntut
kenaikan Upah Minimum Provinsi UMP dan disesuaikan dengan kebutuhan hidup layak KHL sebesar Rp. 1.143.000. Menurut koordinator aksi, Resvan, saat ini UMP Jambi sudah tidak layak.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di 10 Kota Kabupaten se-Provinsi Jambi bahwa nominal kebutuhaan hidup layak KHL adalah Rp 1.143.000. Sementara UMP Jambi masih Rp
1.043.000….http:infojambi.comv.1ekonomi-dan-bisnis15607.html. Diakses pada tanggal 17 November 2011.
194
Ribuan buruh tuntut kenaikan UMK di Bogor, Untuk menuntut kenaikan upah minimum kabupaten UMK, ribuan buruh yang tergabung dalam Forum Komuniksi Serikat Pekerja Kabupaten
Bogor melakukan aksi demonstrasi di lapangan tegar beriman komplek Pemkab Bogor, Selasa 81111. Para pendemo datang, karena menurut mereka upah yang diberikan kepada buruh saat ini
yaitu Rp1,172 juta tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, mengingat harga bahan pokok dan kebutuhan hidup yang semakin hari semakin tinggi…….
http:www.pelitaonline.comread-cetak6903ribuan-buruh-tuntut-kenaikan-umk. Diakses pada tanggal 17 November 2011.
195
Ribuan buruh yang tergabung dalam Serikat Pekerja se-Kota Cimahi berunjuk rasa di Kantor Wali Kota Cimahi, Jawa Barat, Selasa 1511. Buruh menuntut Pemerintah Kota merevisi
upah minimum kota UMK tahun 2012, yang dinilai sudah tidak layak. Unujuk rasa tersebut diwarnai bentrokan dengan aparat .Para buruh beralasan bahwa upah mereka saat i lebih rendah dibanding upah
di Kabupaten Bandung, Bandung Barat, dan sejumlah daerah lainnya di Jabar. Padahal, Kota Cimahi merupakan kota industri besar. Massa menuntut kenaikan UMK dari Rp1.209.000 menjadi
Rp1.299.000per-bulan…http:www.metrotvnews.comreadnewsvideo20111115139794Ribuan- Buruh-di-Cimahi-kembali-Demo-Tuntut-Kenaikan-Upah6. Diakses pada tanggal 17 November 2011.
Universitas Sumatera Utara
dan hak membeli saham stock option plan kepada tenaga kerja dapat memberikan gambaran tentang kepedulian perusahaan terhadap tenaga kerjanya dan seringkali
menjadi pemicu lahirnya konflik antara perusahaan dan tenaga kerjanya. Oleh karena itu, informasi tentang hal tersebut harus disampaikan di dalam prospektus.
Berdasarkan penjabaran di atas, menurut penulis, selain ketentuan administratif yang wajib disampaikan perusahaan publik dalam prospektus, fakta
material terkait perlindungan hak tenaga yang harus segera disampaikan ke publik meliputi:
a. Perubahan dalam sistem pengupahan,
b. Konversi ESOP,
c. Perselisihan hak, kepentingan, pemutusan hubungan kerja yang
mengakibatkan terjadinya pemogokan, penurunan atau terhentinya produktivitas perusahaan,
d. Perselisihan antara serikat pekerjaserikat buruh yang menyebabkan
penurunan produktivitas atau terhentinya produktivitas perusahaan. Menurut penulis keempat hal tersebut dapat dikategorikan fakta material yang
harus segera diungkap ke publik karena dapat mempengaruhi harga saham dan mempengaruhi keputusan investorcalon investor.
Apabila ada fakta material baru terkait perlindungan hak tenaga kerja yang dapat mempengaruhi harga saham maka perusahaan publik melaporkannya selambat-
Universitas Sumatera Utara
lambatnya 2 dua hari kerja.
196
Namun, menurut penulis peraturan ini harus direvisi karena pasar modal adalah pasar yang beroperasi berdasarkan informasi, hal tersebut
menuntut para investor harus “mobile” atau update setiap saat, keterlambatan informasi yang disampaikan akan merugikan investor. Dengan kecanggihan
teknologi yang ada seharusnya peraturan tersebut tentu tidak lagi sesuai, dua hari terlalu lama, karena kecanggihan teknologi memungkinkan perusahaan publik untuk
mengumumkan fakta material baru saat terjadi fakta penting yang merupakan fakta material termasuk fakta material terkait perlindungan hak tenaga kerja.
196
Pasal 86 ayat 1 huruf b Undang-undang Pasar Modal dan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-86PM1996 jo. Peraturan Nomor X.K1 Tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus
Segera Diumumkan Kepada Publik.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERKAIT PELANGGARAN TERHADAP
PRINSIP KETERBUKAAN PERUSAHAAN PUBLIK TERKAIT PERLINDUNGAN HAK TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN PUBLIK
DI PASAR MODAL INDONESIA A. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Prinsip Keterbukaan di Pasar Modal
Doktrin hukum tentang kewajiban untuk terbuka bagi suatu perusahaan terbuka atau go public, memiliki karakteristik sebagai berikut:
1 Prinsip ketinggian derajat akurasi informasi
2 Prinsip ketinggian derajat kelengkapan informasi
3 Prinsip Equilibrium antara efek negatif kepada emiten disatu pihak, dengan pihak
lain efek positif kepada publik jika dibukanya informasi tersebut.
197
Keterbukaan wajib terus berlangsung selama perusahan go public. Prinsip keterbukaan dilaksanakan melalui penyampaian laporan keuangan secara berkala,
laporan mengenai fakta material yang baru, larangan insider trading
198
dan larangan manipulasi pasar.
199
197
Munir Fuady, Pasar Modal Modern Tinjauan Hukum, Bandung: Citra Adiya Bhakti, 1996, 79.
Maka pelanggaran atas hal tersebut merupakan pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan di pasar modal.
198
Insider Trading bertentangan dengan prinsip keterbukaan karena yang bersangkutan membeli atau menjual saham berdasarkan informasi dari “orang dalam” yang tidak publik sifatnya,
seperti direksi, komisaris, karyawan, termasuk juga orang-orang diluar perusahaan yang mempunyai hubungan trust dan confidence dengan perusahaan atau mereka itu mempunyai hubungan kerja jangka
pendek dengan perusahaan yang mengakibatkan fiduciary obligation mereka kepada perusahaan, misalnya konsultan hukum, notaries, akuntan, penasehat investasi dan underwriter. Asril Sitompul
dkk, Insider Trading Kejahatan di Pasar Modal Bandung: Books Terrace Library, 2007, h. 3-4, lihat juga Pasal 95 Undang-undang Pasar Modal beserta penjelasannya.
199
Bismar Nasution, Op.Cit. h. 152-160.
Universitas Sumatera Utara
Umumnya dalam pandangan hukum pasar modal pelanggaran peraturan prinsip keterbukaan di kategorikan sebagai penipuan fraud. Pelanggaran prinsip
keterbukaan, yaitu pernyataan menyesatkan dalam bentuk membuat pernyataan yang tidak benar misrepresentation atau pengabaian informasi omission.
200
Misrepresentation, dapat terjadi apabila ada pernyataan yang secara jelas tidak sesuai dengan fakta. Artinya, pernyataan tersebut tidak benar sesuai dengan fakta dan
terdapat suatu gambaran yang salah atau gambaran yang diterima oleh investor tersebut menciptakan suatu kondisi yang berlainan dengan keadaan sebenarnya,
seperti perbuatan-perbuatan yang memberikan gambaran yang salah terhadap kualitas emiten atau perusahaan publik, manajemen, potensi ekonominya, saham-saham yang
ditawarkan atau fakta material.
201
Misrepresentation adakalanya disebut juga dengan misstatement, yaitu suatu perbuatan yang membuat pernyataan yang salah, khususnya berkaitan dengan data
internal yang dapat menyesatkan bagi investor. Selain itu, pernyataan menyesatkan juga dapat muncul karena adanya omission, yaitu perbuatan penghilangan informasi
fakta material, baik dalam dokumen-dokumen penawaran umum maupun dalam perdagangan saham.
202
200
Asril Sitompul, dkk, Op. Cit. h. 11. Bandingkan dengan bentuk pelanggaran keterbukaan informasi menurut Munir Fuady, yang menyebutkan ada empat hal yang dilarang dalam keterbukaan
informasi, yaitu: pertama, memberikan informasi yang salah sama sekali. Kedua, memberikan informasi setengah benar. Ketiga, memberikan informasi yang tidak lengkap, dan keempat sama sekali
diam terhadap faktainformasi material. Munir Fuady, Loc.Cit.
Pernyataan-pernyataan yang demikian itu dapat menciptakan
201
Bismar Nasution, Beberapa Isu yang Penting dalam Pembaharuan Undang-undang Pasar Modal, Op. Cit. h. 4.
202
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
gambaran yang salah tentang kualitas emitenperusahaan publik, manajemen dan potensi ekonomi emitenperusahaan publik.
Peraturan mengenai pelaksanaan prinsip keterbukaan di pasar modal Indonesia telah memuat ketentuan mengenai larangan perbuatan menyesatkan tersebut, baik
dalam prospektus
203
maupun media massa yang berhubungan dengan suatu penawaran umum.
204
1. Menggunakan alat-alat skema atau fasilitas yang menipu,
Namun, peraturan tersebut sangat sederhana dan kurang memadai untuk mengatur elemen-elemen perbuatan yang menyesatkan. Sebagai
contoh Pasal 78 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menentukan, tidak boleh memuat pernyataan material yang salah atau tidak memuat
fakta yang material yang benar. Larangan yang diatur dalam Pasal 78 ini mirip dengan konsep Rule 10b-5 dan section 10b Securities Exchange Act 1934, yang
melarang pernyataan menyesatkan dalam prospektus dengan cara:
2. Membuat pernyataan yang salah mengenai fakta material atau tidak memasukkan
fakta material yang diperlukan dalam pernyataan dan dalam penjelasannya tidak menyesatkan,
203
Pasal 78 ayat 1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyatakan bahwa dilarang memuat keterangan yang tidak benar tentang fakta material atau tidak memuat
keterangan yang benar tentang fakta material yang di perlukan.
204
Pasal 79 ayat 1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyatakan Setiap pengumuman dalam media massa yang berhubungan dengan suatu Penawaran Umum dilarang
memuat keterangan yang tidak benar tentang Fakta Material dan atau tidak memuat pernyataan tentang Fakta Material yang diperlukan agar keterangan yang dimuat di dalam pengumuman tersebut tidak
memberikan gambaran yang menyesatkan.
Universitas Sumatera Utara
3. Terlibat dalam tindakan, praktek dan bidang bisnis yang beroperasi atau akan
beroperasi atau akan beroperasi sebagai penipuan atas sesorang dalam perdagangan saham.
205
Larangan lainnya yang juga mirip dengan Rule 10b-5 dan section 10b Securities Exchange Act 1934, dapat dilihat dalam Pasal 90 Undang-undang Pasar
Modal Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, yang menyatakan: “Dalam kegiatan perdagangan Efek, setiap Pihak dilarang secara langsung atau tidak
langsung : a.
Menipu atau mengetahui Pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau cara apa pun;
b. Turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan
c. Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak
mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan
maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli atau
menjual Efek.”
Pasal 90 tersebut diperkuat oleh Pasal 93 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, yang melarang seseorang dengan cara apapun untuk membuat
pernyataan atau memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan, yang dapat mempengaruhi harga saham di bursa efek, yaitu apabila
pada saat pernyataan dibuat atau keterangan yang diberikan; pertama, pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa pernyataan atau
keterangan tersebut secara tidak benar atau menyesatkan. Kedua, pihak yang
205
James R. Macayeal, “ Rule 10b-5 Development-Theories Of Lialibity”, Washington and Law Review, Vol. 39, 969, 1982, h. 984 dalam Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal,
Op. Cit. h. 77.
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran material dari pernyataan atau keterangan.
Jika dibuat test terhadap pernyataan terhadap perbuatan yang menyesatkan akibat misrepresentation dan omission berdasarkan elemen-elemen yang terdapat
dalam ketentuan pidana, menurut Pasal 380 Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP yang mengatur mengenai “penyiaran kabar bohong”. Pasal ini menyatakan
bahwa “barang siapa dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak-hak menurunkan atau menaikkan harga barang dagangan bonds
atau surat-surat berharga uang dengan menyiarkan kabar bohong, dihukum penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan.”
Ketentuan tersebut jelas tidak sesuai dan belum cukup untuk menjadi ukuran misrepresentation dan omission yang dikategorikan sebagai perbuatan yang
menyesatkan. Berbeda dengan pendapat-pendapat hukum yang timbul dari putusan pengadilan di Amerika Serikat yang telah merinci elemen-elemen perbuatan
menyesatkan. Seperti pada Shafiro v. UJB Financial Corp, 964 F. 2d 272 3
rd
Cir. 1992 yang merinci elemen perbuatan menyesatkan menjadi enam elemen,
206
1. Adanya pernyataan fakta material yang salah palsu atau pernyataan fakta
material itu tidak lengkap; yaitu:
2. Adanya kewajiban untuk menyampaikan informasi kepada publik, apabila
gugatan itu didasarkan ata pernyataan fakta material yang salah atau kurang lengkap;
206
Shafiro v. UJB Financial Corp, 964 F. 2d 272 3
rd
Cir. 1992 dalam Ibid, h. 79.
Universitas Sumatera Utara
3. Adanya pengetahuan oleh pihak yang melakukan misrepresentation atau
omission bahwa yang dilakukannya adalah misrepresentation atau omission dan dilakukan dengan maksud melakukan penipuan scienter;
4. Merupakan fakta material;
5. Adanya keyakinan reliance
207
6. Adanya kerugian injury.
;
208
Pelaksanaan prinsip keterbukaan berkaitan juga dengan perlunya peraturan yang terperinci mengenai perbuatan yang menyesatkan, khususnya mengenai elemen-
elemen pernyataan menyesatkan. Berbeda dengan Amerika Serikat, peraturan pasar modal Indonesia tidak cukup terperinci mengatur elemen-elemen perbuatan yang
menyesatkan.
209
B. Perlindungan Terhadap Investor Terkait Pelanggaran Prinsip Keterbukaan Terkait Perlindungan Hak Tenaga Kerja Pada Perusahaan Publik Di Pasar
Modal Indonesia
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa emitenperusahaan publik dilarang membuat pernyataan yang menyesatkan baik dalam bentuk
misrepresentation atau omission, tentang kondisi perusahaan, termasuk manajemen
207
Penggugat harus memiliki keyakinan bahwa tindakan menyesatkan tersebut dilakukan secara langsung oleh tergugat.
208
Contoh kerugian antara lain penurunan pendapatan karena menurunnya harga saham.
209
Bismar Nasution, Op. Cit. h. 88.
Universitas Sumatera Utara
pelindungan hak tenaga kerjanya. Keterbukaan dalam perlindungan hak tenaga kerja oleh perusahaan publik, sejatinya merupakan bentuk perlindungan terhadap investor.
Maka dengan adanya pelarangan membuat pernyataan yang menyesatkan sebagaimana diatur dalam Pasal 78 dan 79 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995
Tentang Pasar Modal, diperkuat oleh Pasal 80 Undang-undang Pasar Modal, yang menyatakan tidak hanya direktur dan komisaris emitenperusahaan publik yang
bertanggungjawab apabila terjadi perbuatan menyesatkan, namun penjamin pelaksana emisi efek, profesi penunjang pasar modal atau pihak lain yang memberikan pendapat
atau keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam pernyataan pendaftaran juga wajib bertanggungjawab, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
210
Undang-Undang Pasar Modal yang memberikan kewenangan kepada Bapepam untuk memberikan sanksi administratif terhadap setiap pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap Undang-undang Pasar Modal. Sebagaimana diatur pada Pasal 102 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal menyatakan:
1 “Bapepam mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran Undang-undang ini
dan atau peraturan pelaksanaannya yang dilakukan oleh setiap Pihak yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam.
210
Pasal 80 ayat 1 dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal menyatakan bahwa: “1 Jika pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum memuat
informasi yang tidak benar tentang Fakta Material atau tidak memuat informasi tentang Fakta Material sesuai dengan ketentuan Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya sehigga informasi
dimaksud menyesatkan, maka : a.
Setiap Pihak yang menandatangani Pernyataan Pendaftaran; b.
Direktur dan komisaris Emiten pada waktu Pernyataan Pendaftaran menjadi efektif; c.
Penjamin Pelaksana Emisi Efek; dan d.
Profesi Penunjang Pasar Modal atau Pihak lain yang memberikan pendapat atau keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam Pernyataan Pendaftaran;
wajib bertanggung jawab, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, atas kerugian yang timbul akibat perbuatan dimaksud. 2 Pihak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf d hanya
bertanggung jawab atas pendapat atau keterangan yang diberikannya.
Universitas Sumatera Utara
2 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat berupa :
a. Peringatan tertulis;
b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;
c. Pembatasan kegiatan usaha;
d. Pembekuan kegiatan usaha;
e. Pencabutan izin usaha;
f. Pembatalan persetujuan; dan
g. Pembatalan pendaftaran.
3 Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1 dan ayat 2 ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.”
211
Sanksi administratif juga diatur dalam pasal 61 dan 63 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal,
Pasal 61menyatakan bahwa: “Emiten, Perusahaan Publik, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, Wakil
Manajer Investasi, Biro Administrasi Efek, Kustodian, Wali Amanat, Profesi Penunjang Pasar Modal, dan Pihak lain yang telah memperoleh izin, persetujuan,
atau pendaftaran dari Bapepam, serta direktur, komisaris, dan setiap Pihak yang memiliki sekurang-kurangnya 5 lima perseratus saham Emiten atau Perusahaan
Publik, yang melakukan pelanggaran atas ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal dikenakan sanksi administratif berupa :
a.
Peringatan tertulis; b.
Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu; c.
Pembatasan kegiatan usaha; d.
Pembekuan kegiatan usaha; e.
Pencabutan izin usaha; f.
Pembatalan persetujuan; dan g.
Pembatalan pendaftaran.” Sedangkan pasal 63 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995
Tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal menyatakan: “Perusahaan Publik yang terlambat menyampaikan Pernyataan Pendaftarannya, dikenakan sanksi
denda Rp100.000,00 seratus ribu rupiah atas setiap hari keterlambatan penyampaian
211
Himpunan Peraturan Pasar Modal, cet. 2 Jakarta: Sinar Grafika, 2003, h. 38-39.
Universitas Sumatera Utara
laporan dimaksud dengan ketentuan bahwa jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp100.000.000,00 seratus juta rupiah;
Selain sanksi administratif, pihak yang melakukan pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan di pasar modal dengan melakukan perbuatan yang menyesatkan, baik
dalam bentuk misrepresentation atau omission dapat dikenakan sanksi pidana, sebagaimana diatur dalam Pasal 104 dan 107 Undang-undang Pasar Modal. Pasal 104
menyatakan: “Setiap Pihak yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 95, Pasal 96, PasaI 97 ayat 1, dan Pasal
98 diancam dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp 15.000.000.000,00 lima belas miliar rupiah.”
212
Selanjutnya Pasal 107 Undang-undang Pasar Modal menyatakan: “Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan Pihak lain atau
menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan, mengubah, mengaburkan, menyembunyikan atau memalsukan catatan dari Pihak yang
memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran termasuk Emiten dan Perusahaan Publik diancam dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 lima miliar rupiah.”
Pasal 111 Undang-undang Pasar Modal menambahkan sanksi perdata kepada para pihak yang melakukan pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan, pasal tersebut
menyatakan: “Setiap Pihak yang menderita kerugian sebagai akibat dari pelanggaran atas Undang-
undang ini dan atau peraturan pelaksanaanya dapat menuntut ganti rugi, baik sendiri- sendiri maupun bersama-sama dengan Pihak lain yang memiliki tuntutan yang
serupa, terhadap Pihak atau Pihak-Pihak yang bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut.”
212
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga jenis sanksi tersebut, baik sanksi administrasi, pidana maupun perdata dapat tetapi bukan harus berlaku secara kumulatif.
Berkenaan dengan keterbukaan terkait dengan perlindungan hak tenaga kerja, setiap pelanggaran yang dilakukan terhadap prinsip keterbukaan terkait dengan
perlindungan hak tenaga kerja merupakan pelanggaran terhadap peraturan yang telah dikemukakan di atas. Dengan demikian, apabila emitenperusahaan publik membuat
pernyataan menyesatkan tentang perlindungan hak tenaga kerja, baik dengan memberikan informasi yang tidak benar berkenaan dengan fakta material terkait
perlindungan hak tenaga kerja misrepresentation atau menghilangkan fakta material terkait dengan perlindungan hak tenaga kerja omission, emitenperusahaan publik
dapat dikenakan sanksi-sanksi tersebut di atas. Keberadaan ketentuan-ketentuan tersebut merupakan bentuk perlindungan
terhadap investor, namun peraturan tersebut masih banyak kekurangan sehingga perlindungan hukum terhadap investor kurang maksimal. Sanksi-sanksi yang
dijatuhkan karena pelanggaran prinsip keterbukaan hanya sanksi administratif, sebagaimana terlihat pada press release yang dikeluarkan Bapepam LK dalam kurun
waktu tiga tahun terakhir 2009, 2010 dan 2011. Tahun 2009, ada 278 dua ratus tujuh puluh delapan EmitenPerusahaan Publik
yang dikenakan sanksi denda dengan total denda sebesar Rp. 9.870.400.000,00 sembilan miliyar delapan ratus tujuh puluh juta empat ratus ribu rupiah dan sanksi
Universitas Sumatera Utara
peringatan tertulis kepada 12 dua belas EmitenPerusahaan Publik.
213
Pada tahun 2010, ada 207 dua ratus tujuh EmitenPerusahaan Publik yang dikenakan denda,
dengan total denda sebesar Rp. 11.504.700.000,00 sebelas miliyar lima ratus empat juta tujuh ratus ribu rupiah dan peringatan tertulis kepada 47 empat puluh tujuh
EmitenPerusahaan Publik.
214
Sedangkan pada tahun 2011, per-agustus 2011 ada 200 dua ratus EmitenPerusahaan Publik yang dikenakan denda, dengan total denda
6.963.700.000,00 enam miliyar sembilan ratus enam puluh tiga juta tujuh ratus ribu rupiah dan sanksi peringatan tertulis kepada 14 empat belas EmitenPerusahaan
Publik.
215
Berdasarkan ketiga press release tersebut, dalam kurun waktu 2009-2011 dapat dilihat sanksi yang pernah dikenakan kepada EmitenPerusahaan Publik hanyalah
sanksi denda dan peringatan tertulis. Menurut saya, Bapepam LK harus memberikan sanksi dengan tingkat efek jera lebih tinggi, meskipun dari ketiga press release kita
dapat melihat jumlah perusahaan publik yang dijatuhi sanksi denda menurun setiap Namun, dalam ketiga press release tersebut Bapepam LK tidak
menjabarkan satu persatu apa pelanggaran yang dilakukan oleh EmitenPerusahaan Publik tersebut sehingga dikenakan denda dan peringatan tertulis. Selain itu Bapepam
LK juga tidak menyebutkan nama EmitenPerusahaan Publik yang dikenakan sanksi administratif.
213
httpwww.bapepam.go.idpress_release_akhir_tahun_2009. Diakses pada tanggal 30 November 2011.
214
httpwww.bapepam.go.idpress_release_akhir_tahun_2010. Diakses pada tanggal 30 November 2011
215
httpwww.bapepam.go.idsiaran_HUT_PM_34_tahun. Diakses pada tanggal 30 November 2011
Universitas Sumatera Utara
tahunnya, tetapi penurunannya tidak signifikan. Sebab dari sekitar 400 lebih emitenperusahaan publik ditahun 2011, setengahnya masih melakukan pelanggaran.
Oleh karena itu, Bapepam LK harus lebih tegas dalam memberikan sanksi. Perlu ada kerjasama antara Bapepam dan aparat penegak hukum lainnya, baik itu
kepolisian atau kejaksaan, agar tindak pidana di pasar modal dapat ditindak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain itu peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh
Bapepam LK yang berkenaan dengan prinsip keterbukaan yang terkait dengan perlindungan hak tenaga kerja perlu direvisi, seperti ketentuan tentang fakta material
yang harus lebih diperinci dan batas waktu penyampaian informasi fakta material, sehingga dapat meningkatkan perlindungan hukum terhadap investor.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan