c. Bahan Hukum
1. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer yakni bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum yang diurut berdasarkan hierarki.
58
2. Bahan Hukum sekunder
Seperti, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal, Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Peraturan- peraturan pelaksanaannya.
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya,
bahkan dokumen pribadi atau pendapat dari kalangan pakar hukum sepanjang relevan dengan objek penelitian ini.
59
3. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penejelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamus hukum, ensiklopedia, artikel dan jurnal ilmiah dan lain-lain.
d. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum
Prosedur dalam penelitian library reseach yakni dengan mengumpulkan bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dikumpulkan berdasarkan topik
58
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Jakarta: Kencana, 2006, h. 141.
59
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, h. 13
Universitas Sumatera Utara
permasalahan yang telah dirumuskan kemudian diklasifikasi menurut sumber dan hierarkinya untuk dikaji secara komprehensif.
60
e. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum
Pengolahan bahan hukum primer maupun sekunder dapat ditunjang dengan bahan-bahan yang bersifat tersier.
Selanjutnya bahan hukum yang diperoleh dalam studi kepustakaan, aturan perundang-undangan dan bahan yang berkaitan dengan topik penelitian, penulis
uraikan dan hubungkan sedemikian rupa, sehingga disajikan dalam penulisan yang sistematis guna menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Bahwa cara
pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif, yakni metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus. Penelitian ini dimulai dengan memberikan gambaran tentang keterbukaan social clause pasar modal, kemudian membahas prinsip
keterbukaan perusahaan publik terkait perlindungan hak tenaga kerja di pasar modal, yang merupakan bagian dari prinsip keterbukaan social clause.
Selanjutnya bahan hukum tersier, seperti jurnal ilmiah atau artikel, dianalisis untuk melihat kecenderungan para pelaku pasar modal dalam menyampaikan fakta
material berkenaan dengan perlindungan hak tenaga kerja. Sehingga dapat membantu sebagai dasar acuan dan pertimbangan hukum yang berguna dalam penyusunan
perundang-undangan berkaitan dengan perlindungan hak tenaga kerja di pasar modal secara tepat.
60
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif Malang: Bayumedia Publishing, 2007, h. 392.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGATURAN PRINSIP KETERBUKAAN PERUSAHAAN PUBLIK
DI PASAR MODAL A.
Pengertian Pasar Modal
Secara sederhana “pasar”, bisa diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual-beli, demikian juga halnya dengan pasar
modal. Sebagaimana pasar pada umumnya, pasar modal adalah suatu tempat untuk mempertemukan penjual dan pembeli, yang membedakannya dengan pasar lainnya
adalah objek yang diperjualbelikan. Kalau pada pasar lainnya yang diperdagangkan adalah sesuatu yang sifatnya konkret seperti kebutuhan sehari-hari, maka yang
diperjualbelikan di pasar modal adalah modal atau dana dalam bentuk efek surat berharga.
61
Pasar Modal merupakan bagian dari pasar keuangan financial market. Kegiatan di pasar keuangan meliputi: Pasar uang money market, pasar modal
capital market, lembaga pembiayaan lainnya seperti Sewa beli leasing, anjak piutang factoring, modal ventura venture capital, kartu kredit.
62
Pasar ModalCapital MarketStock ExchangeStock Market dalam pengertian klasik diartikan sebagai suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti
61
Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal Di Indonesia Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h. 1.
62
M. Irsan Nasaruddin, dkk, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia Jakarta: Kencana, 2008, h. 13.
Universitas Sumatera Utara
saham, sertifikat saham dan obligasi serta efek-efek pada umumnya.
63
Sementara itu menurut Kamus hukum Ekonomi diartikan sebagai pasar atau tempat bertemunya
penjual dan pembeli yang memperdagangkan surat-surat berharga jangka panjang, misalnya saham dan obligasi.
64
Menurut John Downes, Pasar Modal adalah markets where capital funds-debt and equity-are traded. Included are private placement sources of debt and equity
aswell as organized markets and exchanges. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pasar modal adalah seluruh kegiatan yang mempertemukan penawaran dan permintaan atau merupakan aktivitas yang memperjualbelikan surat-surat berharga.
65
U Tun Wai dan Hugh T. Patrick mengklasifikasikan pengertian pasar modal dari beragam pendapat tentang pengertian pasar modal menjadi tiga pengertian:
a Defenisi dalam arti luas
Pasar Modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan serta surat-surat
berharga jangka panjang dan jangka pendek, primer dan tidak langsung.
b Defenisi dalam arti menengah
Pasar Modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit biasanya berjangka lebih dari satu
tahun termasuk saham, obligasi pinjaman berjangka, hipotek dan tabungan, serta deposito berjangka.
c Defenisi dalam arti sempit
Pasar Modal adalah pasar terorganisasi yang memperdagangkan saham ddan obligasi dengan memakai jasa makelar, komisioner dan underwriter.
66
63
Najib A. Gisymar, Insider Trading dalam Transaksi Efek Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, h. 10.
64
A, F. Elly Erawaty dan J.S Badudu, Kamus Hukum Ekonomi, Jakarta, Proyek ELIPS, 1996, h.14.
65
Sebagaiamana dikutip oleh Jusuf Anwar: Seri Pasar Modal 1: Pasar Modal sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi Bandung: Alumni, 2005, h. 71.
66
Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, Op.Cit, h. 7-8.
Universitas Sumatera Utara
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Pasar Modal pada Pasal 1 angka 13 memberikan defenisi yang lebih kompleks,
67
bahwa Pasar Modal adalah “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Undang-undang Pasar Modal juga membedakan
pengertian Pasar Modal dan Bursa Efek. Pasal 1 angka 4 Undang-undang Pasar Modal menyebutkan bahwa Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan
menyediakan sistem danatau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek, pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.
68
Pengertian di atas memberikan gambaran yang tegas bahwa pasar modal adalah tempat bertemunya pemilik dana supplier of fund dengan pengguna dana user of
fund untuk tujuan investasi jangka panjang. Dengan melakukan investasi tersebut pemilik dana dengan efek yang dibelinya berharap mendapatkan imbalan. Sedangkan
bagi pengguna dana, tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya tanpa harus menunggu dana dari hasil produksi
perusahaan. Dari proses ini diharapkan akan ada peningkatan produksi barang danatau jasa, sehingga, pada akhirnya secara keseluruhan akan berdampak pada
peningkatan kemakmuran.
69
67
Undang –undang Pasar Modal menegaskan bahwa pasar modal tidak hanya tempat melakukan penawaran umum atau perdagangan efek, tetapi semua lembaga dan profesi yang terkait
dengan efek juga merupakan bagian dari pasar modal. Pengertian ini lebih luas dari defenisi-defenisi yang sebelumnya dikemukakan.
68
Ibid.
69
M. Irsan Nasaruddin, dkk, Op.Cit. h. 14.
Universitas Sumatera Utara
B. Instrumen Pasar Modal