Perlindungan Hak Tenaga Kerja di Indonesia

BAB III PENGATURAN PRINSIP KETERBUKAAN TERKAIT PERLINDUNGAN HAK TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI PASAR MODAL

A. Perlindungan Hak Tenaga Kerja di Indonesia

1. Pengertian Tenaga Kerja Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang danatau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. 131 Sedangkan pekerjaburuh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. 132 Dengan demikian, pekerjaburuh merupakan bagian dari tenaga kerja yang bekerja dalam hubungan kerja, berada di bawah perintah pemberi kerja 133 dan atas jasanya dalam bekerja, yang bersangkutan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. 2. Hak-Hak Tenaga Kerja Hak adalah sesuatu yang harus diberikan kepada seseorang sebagai akibat dari kedudukan atau status seseorang. Menurut Rudolf Von Jhering, hak adalah sesuatu yang penting bagi seseorang yang dilindungi oleh hukum, atau suatu kepentingan 131 Pasal 1 ayat 2 UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. 132 Pasal 1 ayat 3 UU No. 13 Tahun 2003, Ibid 133 Pasal 1 ayat 4 UU Ketenagakerjaan menyatakan, Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang memperkerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalam dalam bentuk lain. Universitas Sumatera Utara yang terlindungi. 134 Hak normatif adalah hak dasar buruh dalam hubungan kerja yang dilindungi dan dijamin dalam peraturan perundang-undangan. Hak-hak tersebut ada yang bersifat ekonomis, bersifat politis, bersifat medis, bersifat sosial. Hak-hak tersebut antara lain: Demikian pula halnya dengan pekerjaburuh mempunyai hak-hak karena statusnya itu. Hak-hak pekerjaburuh terbagi dalam dua kategori, yakni hak normatif dan non normatif. a Hak untuk mendapat upahgaji Pasal 1602 KUHPerdata; b Hak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja; c Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan Pasal 5 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan; d Hak setiap pekerjaburuh memperoleh perlakukan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha Pasal 6 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan; e Hak setiap tenaga kerja untuk memperoleh danatau meningkatkan danatau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya melalui pelatihan kerja Pasal 11 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan; 134 Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum Jakarta: Ghalia, 2004, h. 32. Universitas Sumatera Utara f Hak setiap pekerjaburuh untuk mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya Pasal 12 ayat 4 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan; g Tenaga kerja berhak untuk memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta, atau pelatihan di tempat kerja. Pasal 18 ayat 1 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan; h Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan berhak atas pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi. Pasal 23 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan; i Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri Pasal 31 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan; j Hak untuk membentuk serikat buruh, menjadi atau tidak menjadi anggota serikat buruh Pasal 104 ayat 1 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan; k Hak mendapat perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja paragraf 5 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan; Universitas Sumatera Utara l Hak untuk mendapatkan hari libur, istirahatcuti haid, hamil, melahirkan Pasal 79-85 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Masih banyak lagi hak-hak buruh yang diatur dalam berbagai peraturan perundangan-undangan di Indonesia, semua hak tersebut termasuk dalam hak normatif buruh. Hak non normatif adalah hak yang tidak diatur secara tegas oleh undang- undang seperti rendahnya uang makan, uang transport dan uang susu, pakaian seragam, uang penyelenggaraan dan dana rekreasi, sistem pembayaran upah, kejelasan status pekerja, service charge di tempat penginapan, fasilitas tempat kerja kurang memadai atau pencabutan fasilitas, dan hal-hal lain yang tidak diatur oleh undang-undang namun terkait dengan kesejahteraan buruh. 3. Hubungan antara Tenaga Kerja dan Perusahaan Hubungan antara tenaga kerja dan perusahaan pada dasarnya adalah hubungan kerja. Hubungan kerja adalah suatu hubungan hukum yang dilakukan oleh paling sedikit dua subjek hukum mengenai suatu pekerjaan tertentu yang diimplementasikan dalam bentuk perjanjian kerja. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 ayat 15 menyatakan bahwa, hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerjaburuh berdasarkan perjanjian kerja 135 135 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 14 menyebutkan bahwa “Perjanjian Kerja adalah perjanjian antara pekerjaburuh dengan pengusaha atau , yang mempunyai unsur pekerjaan upah dan perintah. Universitas Sumatera Utara Hal tersebut dipertegas oleh Pasal 50 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang menyebutkan hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan buruh. Perjanjian Kerja tersebut dibuat berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum, adanya pekerjaan yang dijanjikan dan pekerjaan yang dijanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang- undangan yang berlaku. 136 4. Perlindungan Hak Tenaga Kerja Pekerja merupakan tulang punggung perusahaan, tanpa adanya pekerja tidak mungkin perusahaan itu bisa berjalan dan berpartisipasi dalam pembangunan. Menyadari akan pentingnya pekerja bagi perusahaan, pemerintah dan masyarakat, maka perlu dilakukan pemikiran agar pekerja dapat menjaga keselamatannya dalam menjalankan pekerjaan. Demikian pula perlu diusahakan ketenangan dan kesehatan pekerja agar apa yang dihadapinya dalam pekerjaan dapat diperhatikan semaksimal mungkin, sehingga kewaspadaan dalam menjalankan pekerjaan tetap terjamin. Pemikiran-pemikiran tersebut merupakan program perlindungan pekerja, yang dalam pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak.” Bandingkan dengan Pasal 1601 a KUHPerdata yang menyebutkan bahwa perjanjian kerja adalah suatu persetujuan bahwa pihak kesatu yaitu buruh mengikatkan diri untuk menyerahkan tenaganya kepada pihak lain, yaitu majikan dengan upah selama waktu tertentu. 136 Pasal 52 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Universitas Sumatera Utara praktik sehari-hari berguna untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas dan kestabilan perusahaan. 137 Imam Soepomo membagi perlindungan pekerjaburuh dalam tiga bahagian, yaitu: 138 a Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerjaburuh suatu penghasilan yang cukup untuk memenuhi keperluan sehari-hari baginya serta keluarganya, termasuk dalam hal pekerjaburuh tersebut tidak mampu bekerja karena sesuatu di luar kehendaknya. Perlindungan ini disebut dengan jaminan sosial; b Perlindungan Sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha kemasyarakatan, yang tujuannya memungkinkan pekerjaburuh itu “mengenyam” dan mengembangkan kehidupannya sebagai manusia pada umumnya, dan sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga atau yang biasa disebut dengan kesehatan kerja; c Perlindungan teknis, yaitu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk menjaga pekerjaburuh dari bahaya kecelakaan yang dapat ditimbulkan alat-alat kerja atau oleh bahan yang bahan yang diolah atau dikerjakan oleh perusahaan. Perlindungan jenis ini disebut dengan keselamatan kerja. Sedangkan menurut Kartasapoetra G. dan Rience Indraningsih, perlindungan pekerja ini mencakup: 137 Lalu Husni, Perlindungan Buruh Arbeidsbescherming, dalam Zainal Askin, dkk, Dasar- dasar Hukum Perburuhan Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, h. 95-96. 138 Ibid, h. 97. Universitas Sumatera Utara a Norma keselamatan kerja, yang meliputi keselamatan kerja yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat-alat kerja bahan dan proses pengerjaannya, keadaan tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan. b Norma Kesehatan kerja dan heigine kesehatan perusahaan, meliputi pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan pekerja, mengatur persediaan tempat, cara dan syarat kerja yang memenuhi heigine kesehatan perusahaan dan kesehatan pekerja untuk mencegah penyakit, baik akibat bekerja atau penyakit umum serta menetapkan syarat kesehatan bagi perumahan pekerja. c Norma kerja yang meliputi perlindungan terhadap tenaga kerja yang bertalian dengan waktu bekerja, sistem pengupahan, istirahat, cuti, kerja wanita, anak, kesusilaan, ibadah menurut keyakinan masing-masing, kewajiban social kemasyarakatan dan sebagainya. d Perlindungan terhadap tenaga kerja yang mendapatkan kecelakaan danatau menderita penyakit akibat pekerjaan, berhak atas ganti rugi perawatan dan rehabilitasi akibat kecelakaan danatau penyakit akibat pekerjaan, ahli warisnya juga berhak mendapat ganti rugi. Berbagai bentuk perlindungan yang dikemukakan oleh pendapat diatas adalah perlindungan yang telah diakomodir oleh undang-undang ketenagakerjaan. Namun, untuk tenaga kerja perusahaan publik perlindungan-perlindungan tersebut dirasa belum cukup, karena belum mampu meningkatkan bargaining position tenaga kerja. Salahsatu cara menjamin perlindungan terhadap tenaga kerja dalam sebuah Universitas Sumatera Utara perusahaan adalah dengan menawarkan kepemilikan perusahaan kepada karyawannya Employee Stock Ownership Plan. Konsep kepemilikan saham dari ESOP ini mempunyai beberapa cara dan metode pelaksanaannya, yaitu: 139 Pertama, perusahaan dapat memberikan porsi dari sahamnya kepada serikat pekerja. Serikat pekerja inilah nantinya yang akan menjadi pemegang saham dari perusahaan tersebut. Pembayaran dividen dari saham tersebut dapat dilakukan dengan melihat senioritas atau kedudukan dari karyawan tersebut. Kedua, perusahan dapat menawarkan porsi dari sahamnya kepada karyawan dengan harga di bawah pasar. Pembelian dapat dilakukan tunai atau dipotong dari gaji karyawan. Biasanya hanya karyawan tetaplah yang boleh memilih opsi ini. Pada pembagian dividen, karyawan memiliki opsi untuk mendapatkan uang tunai atau meningkatkan kepemilikan sahamnya. 140 Bagi karyawan kepemilikan saham ini selain memberikan perlindungan juga dapat meningkatkan bargaining position karyawan tersebut terhadap kebijakan perusahaan dan pengawasan manajemen dari perusahaan oleh karyawan. Sehingga pada gilirannya manajemen perusahaan akan lebih memperhatikan kepentingan karyawan. Sedangkan bagi perusahaan, kepemilikan saham oleh karyawan ini dapat memberikan keuntungan dari segi produktivitas dan loyalitas karyawan. 139 Selengkapnya lihat http:www.allbussiness.comhuman-resourscesbenefits-employee- ownership-stock-options2975897-1.html, diakses 22 Mei 2011. 140 Ibid. Universitas Sumatera Utara

B. Prinsip Keterbukaan terkait Perlindungan Hak Tenaga Kerja pada Perusahaan Publik di Pasar Modal