BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal adalah pelengkap di sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan, pasar modal memberikan jasanya yaitu
menjembatani hubungan antara pemilik modal dan dalam hal ini disebut sebagai pemodal investor dengan peminjam dana perusahaan.
1
Perusahaan dimaksud adalah Perseroan Terbuka, yaitu Perseroan Publik
2
atau Perseroan
3
yang melakukan penawaran umum saham, yang disebut juga dengan emiten.
4
Pasar Modal bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional ke
arah peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pasar modal mempunyai peran strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia
usaha, termasuk usaha menengah dan kecil untuk pembangunan usahanya, sedangkan
1
Zulham, “Pengaturan Social Clause dalam Pasar Modal Analisis Terhadap Perlindungan Konsumen dalam Pergumulan Ekonomi Syari’ah di Indonesia Bandung: Cita Pustaka Media, 2007,
h. 99.
2
Perseroan Publik adalah Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 tiga ratus pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-
kurangnya Rp 3.000.000.000,00 tiga miliar rupiah atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Pasal 1 ayat 8 Undang-undang Nomor 40
Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Jo. Pasal 1 ayat 22 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
3
Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas menyebutkan: “Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang Perseroan Terbatas serta
peraturan pelaksanaannya.”
4
Pasal 1 ayat 6 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
Universitas Sumatera Utara
di sisi lain pasar modal juga merupakan wahana investasi bagi masyarakat termasuk pemodal kecil dan menengah.
5
Negara-negara berkembang membutuhkan sistem ekonomi baru yang efisien untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan sustainable development,
6
ikut serta sebagai mitra dalam perekonomian global, guna melindungi dan mengentaskan
kemiskinan serta penderitaan manusia.
7
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pasar modal menjadi jembatan antara pemodal investor dengan peminjam dana perusahaan. Dengan demikian
perusahaan merupakan salah satu unsur terpenting dalam perkembangan dan kemajuan pasar modal demi terwujudnya pembangunan nasional yang berkelanjutan.
Perusahaan dalam upaya pembangunan nasional tersebut, tentu tidak hanya berorientasi pada kepentingan perusahaan atau pemegang saham, tetapi juga
pemegang kepentingan stakeholder lainnya. Selain untuk menghadapi tuntutan
perkembangan dunia usaha dalam era globalisasi ekonomi, pasar modal juga dimaksudkan untuk mempercepat proses keikutsertaan masyarakat dalam pemilikan
saham perusahaan-perusahaan, serta menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dana, sehingga dapat dipergunakan secara produktif untuk pembangunan
nasional.
5
Penjelasan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
6
Pembangunan yang berkelanjutan adalah suatu gagasan paradigma yang berupaya untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhannya. Sasaran utama sustainable development adalah upaya dalam meningkatkan taraf hidup manusia sehingga kemiskinan dapat diminimalisir sampai titik terendah. Lihat Arief Budiman,
Corporate Social Responsibility: Jawaban Bagi Model Pembangunan Indonesia Masa Kini, Jakarta: ICSD, h.5.
7
Michael Keating, Bumi Lestari Menuju Abad 21 Jakarta: Kopalindo, 1994, h. 72.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, setiap perusahaan mempunyai tanggungjawab sosial corporate social responsibility, yaitu kepedulian dan komitmen moral perusahaan
terhadap kepentingan masyarakat, terlepas dari kalkulasi untung rugi perusahaan. Setiap perusahaan memiliki aktivitas memproduksi barang danatau jasa untuk
mendapatkan keuntungan yang layak. Konsekuensinya perusahaan tersebut dalam aktivitasnya harus memiliki rasa tanggungjawab terhadap kelestarian lingkungan
hidup dan masyarakat. Apabila memungkinkan, di samping mendapatkan keuntungan bagi perusahaan sendiri juga sekaligus dapat memberikan kesejahteraan bagi
lingkungan dan masyarakat.
8
Kondisi yang demikian membutuhkan prinsip keterbukaan disclosure principle, yang berbicara tentang sistem dan mekanisme yang berlaku pada industri
sekuritas tersebut. Dalam aspek keterbukaan akan diukur integritas pelaku pasar dalam menjalankan kewajiban tranparancy sebagai salah satu prinsip dalam good
corporate governance GCG dalam penyelenggaraan usaha perusahaan. Seperti halnya terhadap lingkungan hidup dan
perlindungan konsumen dalam mengkonsumsi barang atau jasa yang diproduksi perusahaan tersebut, perusahaan juga bertanggungjawab untuk memberikan
perlindungan terhadap tenaga kerjanya.
Forum for Corporate Governance Indonesia FCGI mendefenisikan good corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta
8
Murti Sumarni dan Jhon Suprihanto, Pengantar Bisnis: Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan Yogyakarta: Liberty, 1987, h. 21.
Universitas Sumatera Utara
para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan
perusahaan, yang bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan stakeholder.
9
Secara yuridis, prinsip keterbukaan yang dapat dilihat dalam peraturan- peraturan pasar modal adalah kewajiban menyampaikan informasi material,
kewajiban pelaporan keuangan dan kewajiban-kewajiban lainnya yang dirasakan perlu dan dapat mempengaruhi jalannya perseroan. Prinsip keterbukaan adalah
pedoman umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada Undang-undang pasar modal untuk menginformasikan kepada
masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap pemodal terhadap efek dimaksud
danatau harga dari efek tersebut.
10
Informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting yang relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat
mempengaruhi harga efek pada bursa atau keputusan pemodalcalon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi ataupun fakta tersebut.
11
Oleh karena itu, informasi yang terkandung di dalamnya harus memuat hal-hal yang benar-benar menggambarkan keadaan emiten yang bersangkutan, sehingga
keterangan atau informasi dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk
9
I Nyoman Tjager, dkk, Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia Jakarta: FCGI, 2003, h. 19.
10
Pasal 1 ayat 25 UUPM.
11
M. Irsan Nasaruddin dan Indra Surya, Aspek Hukum dalam Pasar Modal Jakarta: Kencana, 2004 , h. 226.
Universitas Sumatera Utara
menetapkan keputusan investasinya. Apabila informasi fakta material yang disajikan tidak benar, atau tidak mengungkapkan informasi yang benar, maka dapat
mengakibatkan pemodal mengambil keputusan investasi yang tidak tepat.
12
Informasi penting lainnya yang dapat dipahami dari perkembangan peraturan pasar modal, adalah bahwa penegakan hukum prinsip keterbukaan harus sejalan
dengan yang diinginkan pasar modal, dan penegakannya juga harus sesuai dengan hukum lain di luar hukum pasar modal. Hukum lain yang berkaitan dengan kegiatan
pasar modal adalah hukum yang mengatur klausula sosial social clause, antara lain perlindungan hak tenaga kerja, perlindungan konsumen, perlindungan lingkungan
hidup dan status hak atas tanah yang berkaitan dengan informasi penting dan relevan bagi perusahaan.
13
Keterbukaan fakta material dalam pasar modal adalah jiwa pasar modal itu sendiri. Hal tersebut disebabkan prinsip keterbukaanlah yang memungkinkan
tersedianya bahan pertimbangan bagi investor, sehingga ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham.
Misalnya ketentuan mengenai kewajiban dan tanggungjawab perusahaan untuk melakukan keterbukaan yang berkaitan dengan perlindungan hak
tenaga kerja.
14
Setidaknya ada tiga fungsi prinsip keterbukaan dalam pasar modal. Pertama, prinsip keterbukaan berfungsi untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar.
12
C.S.T Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-pokok Hukum Pasar Modal Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, h. 153.
13
Ibid, h. 106.
14
Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, edisi revisi Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006, h. 7-9.
Universitas Sumatera Utara
Tidak adanya keterbukaan dalam pasar modal membuat investor tidak percaya terhadap mekanisme pasar. Sebab prinsip keterbukaan mempunyai peranan penting
bagi investor dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi karena melalui prinsip keterbukaan dapat berbentuk suatu penilaian judgement terhadap investasi,
sehingga investor secara optimal dapat menentukan pilihan terhadap portofolio mereka. Kedua, prinsip keterbukaan berfungsi untuk menciptakan mekanisme pasar
yang efisien. Prinsip keterbukaan dapat berperan dalam meningkatkan supply informasi yang benar, agar dapat ditetapkan harga pasar yang akurat. Hal ini menjadi
penting karena berkaitan dengan pasar modal sebagai lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan informasi. Ketiga, prinsip keterbukaan penting untuk
mencegah penipuan fraud.
15
Tujuan penegakan prinsip keterbukaan dalam pasar modal adalah untuk menjaga kepercayaan investor, karena hal tersebut sangat relevan ketika munculnya
ketidakpercayaan terhadap pasar modal yang pada gilirannya mengakibatkan pelarian modal capital flight secara besar-besaran, yang akhirnya mengakibatkan
kehancuran pasar modal itu sendiri. Para investor, khususnya investor profesional dan investor institusional selalu
aktif mengumpulkan berbagai informasi dan memanfaatkannya untuk memahami harga-harga saham yang ditawarkan dalam pasar perdana maupun sekunder.
Informasi yang dikumpulkan adalah informasi yang mengandung fakta material. Pasal 1 angka 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
15
Ibid, h. 9-11.
Universitas Sumatera Utara
UUPM menyatakan bahwa: ” Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat
mempengaruhi harga efek atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi tersebut.”
Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-86PM1996 dan Peraturan X.K1 menyebutkan bahwa salah satu fakta material yang dapat memberikan pengaruh
kepada efek dan investasi pemodal adalah perselisihan tenaga kerja yang relatif penting dan tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan danatau direktur dan
komisaris perusahaan. Tuntutan hukum penting tersebut tentu saja akibat pelanggaran hukum yang dilakukan oleh perusahaan danatau direktur dan komisaris perusahaan.
Tentu banyak pelanggaran yang mungkin terjadi, diantaranya adalah pelanggaran terhadap perlindungan hak tenaga kerja.
Tenaga kerja merupakan salah satu bagian terpenting dari perusahaan. Oleh karena harus dilindungi, ditingkatkan kesejahteraannya karena ketidak perdulian
perusahaan terhadap hak-hak tenaga kerjanya akan mengakibatkan “perlawanan” baik dalam bentuk fisik, seperti mogok kerja, atau sikap, seperti penurunan loyalitas
terhadap perusahaan. Oleh karena itu diperlukan konsep yang jelas terhadap perlindungan hak tenaga kerja.
Perlindungan hak tenaga kerja adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada tenaga kerja.
Perlindungan hukum bagi pekerjaburuh mutlak dibutuhkan karena secara sosial
Universitas Sumatera Utara
ekonomis kedudukan antara buruh dan majikan tidak sama terutama yang unskilllabour.
16
Meskipun secara yuridis keduanya memiliki kedudukan yang sama.
17
Buruh seringkali dipandang sebagai objek. Bahkan ada juga yang beranggapan atau memperlakukan pekerja hanya sebagai “faktor ekstern” yang
berkedudukan sama dengan pelanggan pemasok atau pelanggan pembeli yang berfungsi menunjang kelangsungan perusahaan dan bukan “faktor intern” sebagai
bagian yang tidak terpisahkan atau sebagai unsur konstitutif yang menjadikan perusahaan.
18
Pemberi kerja dapat dengan leluasa menekan pekerjaburuhnya untuk bekerja secara maksimal, terkadang melebihi kemampuan kerjanya. Misalnya pemberi kerja
dapat menetapkan upah hanya maksimal Upah Minimum Regional UMR di provinsi yang bersangkutan, tanpa melihat masa kerja dari pekerja itu. Seringkali
pekerja dengan masa kerja yang lama upahnya hanya selisih sedikit lebih besar dari upah pekerja yang masa kerjanya kurang dari satu tahun. Pemberi kerja seringkali
enggan menaikkan upah pekerja meskipun terjadi peningkatan hasil produksi dengan dalih takut diprotes oleh perusahaan-perusahaan lain yang sejenis.
19
Ketidaksadaran para pengusaha bahwa pekerjaburuh adalah bagian intern dari perusahaan menjadi potensi konflik antar kedua pihak. Hal tersebut tentu saja
16
Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h. 9.
17
Pasal 27 UUD 1945.
18
H. P. Rajagukguk, Peran Serta Pekerja dalam Pengelolaan Perusahaan Co- determination, Jakarta: Yayasa Obor Indonesia, 2002, h. 135.
19
Asri Wijayanti, Op. Cit. h. 10
Universitas Sumatera Utara
sangat tidak menguntungkan bagi investor. Oleh karena itu perlu ada informasi yang jelas bagi para investor mengenai perlindungan hak tenaga kerja di perusahaan, agar
tidak mengambil keputusan yang salah dalam berinvestasi. Pelaksanaan prinsip keterbukaan berkenaan dengan perlindungan hak tenaga kerja yang cukup dan
harmonis guna meningkatkan efisiensi kerja, sekaligus peningkatan produktivitas usaha. Hal ini perlu karena kondisi kesejahteraan yang memprihatinkan atau tidak
memenuhi standar ketenagakerjaan menimbulkan dampak negatif pada emiten. Keresahan tenaga kerja dapat menurunkan produktivitas usaha emiten, mengingat
kalau tenaga kerja resah, mereka cenderung melakukan pemogokan, yang memang dibenarkan oleh peraturan,
20
Permasalahan mengenai tanggungjawab perusahaan suatu perusahaan publik terhadap sosial clause atas kegiatan usaha yang dijalankannya menjadi sangat
penting, sebab apabila perusahaan ditutup oleh pemerintah atau menghadapi tuntutan dari tenaga kerjanya maupun dari masyarakat luas, hal ini tentu saja akan
mempengaruhi harga saham dan merugikan investor. sebagaimana diatur dalam Pasal 137-145 Undang-
undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Misalnya pemogokan yang dilakukan oleh karyawan PT. International Nickel Indonesia Tbk PT. Inco
21
20
Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal.Op.Cit. h. 104.
yang menuntut peningkatan kesejahteraan, aksi tersebut juga didukung oleh masyarakat sekitar Sorowako. Mogok kerja tersebut tentu saja
21
PT International Nickel Indonesia Tbk., merupakan salah satu produsen nikel utama dunia, satu jenis logam serbaguna yang penting dalam meningkatkan standar kehidupan dan mendorong
pertumbuhan ekonomi, bertempat di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi. Lihat http:www.pt- inco.co.idnewindex.php, diakses 20 Mei 2011.
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan produktivitas PT. Inco menurun dan kapasitas ekspor juga menjadi rendah. Harga saham PT. Inco juga mengalami penurunan dari Rp107.900 per lembar
saham 16112007 menjadi Rp107.700 per lembar saham 19112007.
22
Bahkan lima hari kemudian sahamnya ditutup di harga Rp 95.500 per lembar saham atau
turun 11,3.
23
Ironisnya peraturan yang berkaitan dengan pengaturan Social Clause, khususnya tentang perlindungan Hak Tenaga Kerja di Pasar Modal Indonesia masih
berupa ketentuan-ketentuan yang bersifat administratif. Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-49PM1996, Peraturan Bapepam Nomor IX.B.1 tentang Pedoman
bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik hanya mengatur penyampaian informasi berkaitan dengan:
1 Rincian pegawai menurut jabatan dan pendidikan,
2 Sarana pendidikan dan pelatihan,
3 Tenaga kerja asing dan
4 Sarana kesejahteraan, seperti:
a Pengobatan
b Transportasi
c Perjanjian tenaga kerja
d Jamsostek
e Koperasi dan
f Dana pensiun.
24
Disamping itu, penyampaian informasi mengenai tenaga kerja emiten lainnya dipersyaratkan dalam standard laporan pemeriksaan dan pendapat hukum Himpunan
Konsultan Hukum Pasar Modal, yang memuat standar pemeriksaan lain, antara lain
22
http:www.ujungpandangekspres.comview.php?id=14084, diakses 27 April 2011.
23
http:www.majalahtrust.comekonomiinvestasi1574.php, diakses 20 Mei 2011.
24
Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-49PM1996 tanggal 17 Januari 1996. Peraturan Nomor IX.B.1 tentang Pedoman bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik.
Universitas Sumatera Utara
Upah Minimum Regional dan ijin-ijin khusus dibidang ketenagakerjaan, seperti ijin untuk bekerja di malam hari.
Peraturan Bapepam tersebut, tentu saja belum cukup untuk memberikan informasi yang akurat bagi investor atau calon investor terkait dengan aktivitas
perusahaan dalam memenuhi hak-hak tenaga kerja. Peraturan penyampaian informasi perlindungan hak tenaga kerja perlu diperbaiki sesuai dengan ketentuan standar
ketenagakerjaan labour standard yang berkembang sekarang ini sejalan dengan perkembangan isu ketenagakerjaan dalam era globalisasi
25
atau standar ketenagakerjaan yang transnasional transnasional labour standard, yang
memberikan alasan suatu masalah ekonomi dapat menjadi harmonis dengan adanya kebijakan sosial. Karena standar ketenagakerjaaan menjadi penting maka standar
ketenagakerjaan tersebut dapat dituangkan sebagai aturan dalam pembangunan ekonomi dan pemeliharaan kompetisi yang dinamis dalam sistem ekonomi.
26
Sebagaimana telah dikemukakan, apabila perusahaan mengalami pemogokan- pemogokan karena ketidakpuasan buruh, maka hal ini akan menghambat produksi
dan merugikan perusahaan. Akhirnya berdampak pada turunnya harga saham dan merugikan investor.
25
Hal ini dapat dilakukan dengan mengacu pada hasil-hasil Konvensi organisasi buruh sedunia ILO. Hingga akhir 2009, ILO telah mengadopsi 188 Konvensi dan 199 Rekomendasi yang
meliputi beragam subyek: kebebasan berserikat dan perundingan bersama, kesetaraan perlakuan dan kesempatan, penghapusan kerja paksa dan pekerja anak, promosi ketenagakerjaan dan pelatihan kerja,
jaminan sosial, kondisi kerja, administrasi dan pengawasan ketenagakerjaan, pencegahan kecelakaan kerja, perlindungan kehamilan dan perlindungan terhadap pekerja migran serta kategori pekerja
lainnya seperti para pelaut, perawat dan pekerja perkebunan.
26
Bismar Nasution, Prinsip Keterbukaan dalam Pasar Modal.Op.Cit. h. 190.
Universitas Sumatera Utara
Keadaan demikian membuat posisi prinsip keterbukaan mengenai perlindungan hak tenaga kerja perusahaan berbeda dengan keterbukaan social clause lainnya,
karena tenaga kerja merupakan bagian internal perusahaan. Investor berhak mengetahui kondisi internal perusahaan, termasuk kondisi tenaga kerjanya. Tidak
hanya sekedar profil tenaga kerja tetapi juga bagaimana perusahaan memperlakukan mereka dalam memenuhi hak-haknya sebagai tenaga kerja.
Keterbukaan perusahaan terkait dengan perlindungan hak tenaga kerja akan memberikan gambaran bagi para investor tentang kepedulian dan tanggungjawab
perusahaan terhadap karyawan. Sebab, kepedulian perusahaan terhadap kesejahteraan tenaga kerja akan melahirkan rasa kecintaan tenaga kerja tersebut terhadap
pekerjaannya. Pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas perusahaan yang dapat membuat harga saham naik dan menguntungkan investor. Tentu saja hal
tersebut mampu memberikan pertimbangan yang positif bagi investor untuk membeli, menjual danatau menahan sahamnya.
Pelanggaran peraturan prinsip keterbukaan dalam pandangan hukum pasar modal dikategorikan sebagai penipuan fraud.
27
27
Pasal 90 UU Nomor 8 Tahun1995 Tentang Pasar Modal menyatakan bahwa : “Penipuan adalah membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta
material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri
sendiri atau pihak lain dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.”
Pelanggaran prinsip keterbukaan, yaitu pernyataan menyesatkan dalam bentuk misrepresentation, dapat terjadi apabila
ada pernyataan yang secara jelas tidak sesuai dengan fakta. Artinya, pernyataan tersebut tidak sesuai dengan fakta dan terdapat suatu gambaran yang salah atau
Universitas Sumatera Utara
gambaran yang diterima oleh investor tersebut merupakan kondisi yang berlainan dengan keadaan yang sebenarnya, seperti perbuatan-perbuatan yang memberikan
gambaran yang salah terhadap kualitas emiten, manajemen, potensi ekonominya, saham-saham yang ditawarkan atau fakta material.
28
Misrepresentation adakalanya disebut juga dengan misstatement, yaitu suatu perbuatan yang membuat pernyataan salah, khususnya berkaitan dengan data internal
yang dapat menyesatkan bagi investor. Selain itu, pernyataan menyesatkan juga dapat muncul karena adanya omission, yaitu penghilangan informasi fakta material, baik
dalam dokumen-dokumen maupun dalam perdagangan saham. Dengan demikian pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan dalam bentuk “pernyataan menyesatkan”
harus dipertanggungjawabkan secara hukum.
29
Undang-undang Pasar Modal menyatakan, bahwa setiap prospektus dilarang memuat keterangan yang tidak benar tentang fakta materiel atau tidak memuat
keterangan yang benar tentang fakta material yang diperlukan agar prospektus tidak memberikan gambaran yang menyesatkan.
30
Undang-undang Pasar Modal pada Pasal yang lain juga menyatakan, bahwa setiap pihak dilarang, dengan cara apa pun, membuat pernyataan atau memberikan
keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan sehingga mempengaruhi harga efek di Bursa Efek apabila pada saat pernyataan dibuat atau
28
Bismar Nasution, Beberapa Isu yang Penting dalam Pembaharuan Undang-Undang Pasar Modal, disampaikan pada sosialisasi “Harmonisasi perubahan UU Dana Pensiun dan UU Pasar Modal
sebagai Bahan dari Undang-Undang Sektoral dalam Rangka Memperkuat Pengawasan di Sektor Jasa Keuangan” oleh BAPEPAM Dept. Keuangan R.I., Grand Angkasa, 25 November 2009, h. 4.
29
Ibid.
30
Pasal 78 ayat 1 UUPM
Universitas Sumatera Utara
keterangan diberikan: Pertama, pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar
atau menyesatkan. Kedua, Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut.
31
Pelanggaran terhadap kedua Pasal tersebut tidak hanya mengakibatkan lahirnya sanksi yang bersifat administratif tetapi juga sanksi pidana berupa pidana penjara
paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp.15.000.000.000,00 lima belas miliar rupiah.
32
Meskipun demikian peraturan tersebut belum cukup mampu melindungi investor dari pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan oleh perusahaan terkait
perlindungan hak tenaga kerja. Hal itu dikarenakan Undang-undang Pasar Modal Indonesia jika diperhatikan secara mendalam beberapa peraturannya masih bersifat
sumir atau tidak cukup terperinci, sehingga membuka peluang bagi mereka yang tidak beritikad baik. Tidak terperincinya standar penentuan fakta materiel sangat
berpotensi terhadap pelanggaran prinsip keterbukaan yang pada akhirnya dapat menimbulkan perbuatan curang dalam penjualan saham dan merugikan investor.
Ketentuan standar penentuan fakta material adalah nafas pasar modal.
33
Penentuan fakta material terkait dengan social clause, khususnya yang berkaitan dengan perlindungan hak tenaga kerja tentu bukan hal yang mudah. Namun
31
Pasal 93 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
32
Pasal 104, Ibid
33
Peter D. Santori : “Selling Investment Company Shares Via an of-the-page Prospectus: Leveling the Playing Field or Diminishing Investor Protection”, The Journal of Corporation, Winter,
1995, h. 248 dalam Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal.Op. Cit. h. 11.
Universitas Sumatera Utara
hal tersebut harus dilakukan, tidak hanya untuk memberikan perlindungan kepada investor namun juga demi kemajuan pasar modal Indonesia. Maka selayaknya
penyampaian informasi tentang perlindungan hak tenaga kerja tidak hanya berkutat pada sesuatu yang bersifat administratif.
Pengaturan prinsip keterbukaan perusahaan publik terkait perlindungan hak tenaga kerja dalam pasar modal tidak dimaksudkan untuk mematikan ataupun
melemahkan usaha dan aktifitas perusahaan, tetapi justru sebaliknya, sebab pengaturan perlindungan hak tenaga kerja diharapkan mampu mendorong
terwujudnya perusahaan yang tangguh dan siap menghadapi persaingan di dunia usaha secara sehat.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis akan
melakukan penelitian dengan judul, PENGATURAN PRINSIP KETERBUKAAN PERUSAHAAN PUBLIK TERKAIT PERLINDUNGAN
HAK TENAGA KERJA DI PASAR MODAL INDONESIA
B. Rumusan Masalah