Teori Pengambilan Keputusan Tinjauan Kepustakaan

Pendekatan Restroactive Justice telah menjadi model dominan dari sistem peradilan pidana dalam kebanyakan sejarah manusia. Diskusi tentang Restroactive Justice di beberapa negara dimulai dengan membandingkan sistem peradilan pidana yang ada sekarang dengan proses Restroactive Justice. Menurut Howard Zehr sistem penghukuman Restributive Justice dimulai dengan sebuah pengertian dasar bahwa kejahatan merupakan pelanggaran terhadap hukum yang dibuat negara. Kejahatan tersebut harus telah dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap hukum yang telah ditetapkan oleh negara, sehingga terhadap seseorang yang melakukan pelanggaran dituduh bersalah terhadap seseorang. sedangkan Restroactive Justice adalah suatu pandangan penghukuman yang diarahkan pada upaya untuk memulihkan kembali keadaan yang telah tergoncang akibat terjadinya kekerasan kepada keadaan semula saat sebelum terjadinya tindakan pelanggaran. Proses penyelesainnyadiarahkan untuk menghasilkan keadilan bagi semua pihak baik itu korban, pelaku dan masyarakat.

3. Teori Pengambilan Keputusan

Pada tahun 1950-an pengambilan keputusan oleh hakim kurang memberikan perhatian terhadap pengambilan keputusan, dan hal ini baru dimulai pada saat perang dunia kedua. Bersamaan dengan dimulianya perang dunia kedua, cikal bakal computer mulai ditemukan. Seorang pilot akan dihadapkan pada berbagai alternatif pilihan dalam pekejaaannya sehingga memahami proses berpikir manusia menjadi sesuatu yang sangat penting. Setelah perang dunia kedua dan seiring dengan semakin berkembangnya kemajuan computer, pembicaraan pemprosesan informasi menjadi penting dan teori-teori berpikir tahun 1800-an banyak dikaji ulang dalam konsep teori pemrosesan informasi. Universitas Sumatera Utara Informasi tidak dapat dilepaskan dengan pengambilan keputusan, karena hal ini sejalan, apakah baik atau tidaknya keputusan itu dibuat. Menurut “Umslot mengatakan bahwa pengambilan keputusan decision making merupakan proses berpikir dan perilaku yang menghasilkan suatu pilihan.” 19 Pendapat yang berbeda diutarakan oleh “Matlin dimana pengambilan keputusan dengan penalaran resoning dalam hal derajat kepastian situasinya. lebih lanjut lagi ia mengatakan penalaran merupakan pengujian terhadap informasi dan penarikan kesimpulan dalam situasi yang lebih pasti dibanding dengan pengambilan keputusan.” Dengan kata lain dalam hal ini ini adanya proses berpikir dan perilaku sehingga mengakibatkan suatu pilihan. 20 Menurut “Umstot menjelaskan bahwa pemecahan masalah problem solving meliputi proses sistematik yaitu mendefenisikan problem, mengumpulkan data, mengajukan alternatif, menentukan pilihan diantara sekian banyak alternative, menerapkan pemecahan masalah dan tindak lanjut.” 21 Sedangkan, menurut Malayu S.P. Hasibuan mendefenisikan yaitu suatu proses penentuan keputusan yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk melakukan aktivitas-aktivitas pada masa yang akan datang. 22 19 Yusti Probowati Rahay, Dibalik Putusan Hakim, hal. 51 dikutip dari, Umstot, D.D. 1988, Understanding Organixatational Behavior, San Fransisco; West Publishing Company; 20 Ibid., hal. 51, dikutip dari, Matlin, M.W. 1989. Cognition. New York : Holt, Rinehart and Winston, Inc. hal. 75 21 Ibid., hal 51, dikutip dari, Umstot, D.D. 1988, Understanding Organixatational Behavior, San Fransisco; West Publishing Company; 22 Sumber: http:id.shvoong.comwriting-and-speaking2103425-pengertian-pengambilan- keputusanixzz1Ksly1L2Y Universitas Sumatera Utara Dari beberapa defenisi yang dikemukakan, dapat disimpulkan pengambilan keputusan yaitu proses bagaimana menetapkan suatu keputusan yang terbaik, logis, rasional dan ideal berdasarkan fakta, data dan informasi dari sejumlah alternatif untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dengan resiko terkecil, efektif dan efisien, yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang. Dasar pengambilan keputusan adalah berpikir. Menurut Dawes dan Kagen secara sederhana berpikir dapat dibedakan menjadi berpikir otomatis dan terkontrol. Salah satu berpikir secara otomatis adalah asosiasi yaitu sesuatu pada lingkungan yang memunculkan ide dalam pikiran atau satu ide memunculkan ide lain atau ingatan lain. Dan berpikir terkontrol adalah berpikir yang ilmiah, yaitu individu menghepotesiskan sejumlah objek atau pengalaman, diamati dan diajukan kemungkinan hipotesisnya. 23 1. Perwakilan representative yaitu evaluasi probalitas atau kemungkinan dengan melihat seberapa besar A mewakili B dengan memperhatikan kemiripan A mewakili B. jika A sangat mewakili B, probalitas A berasal dari proses B adalah tinggi, begiu pula sebaliknya; Adapun Kahnemen mengemukakan tiga macam keputusan heuristic atau Metoda pemecahan masalah yang didasarkan pada pola kecerdasan manusia sebagai berikut : 2. Ketersediaan Avalaibilty yaitu mempertimbangkan kejadian yang ada dalam pikirannya. Contoh, seseorang memprediksi frekuensi kemungkinan terkena resiko penyakit jantung dengan cara mengingat jumlah kejadian serangan jantung pada manula yang dikenalnya 23 Ibid., hal 52, dikutip dari, Umstot, D.D. 1988, Understanding Organixatational Behavior, San Fransisco; West Publishing Company; Universitas Sumatera Utara 3. Penyesuaian dan jangkar Adjustnment Anchor yaitu melakukan estimasi kuantitatif dengan memulai dari suatu nilai awal kemudian disesuaikan sehingga membawa hasil jawaban akhir”. 24

4. Teori Pengambilan Keputusan Dalam Perkara Pidana