Prinsip dan Tujuan Restroactive Justice

Proses diversi dilakukan dalam upaya melakukan kesempatan untuk mengeluarkan atau mengalihkan suatu kasus tergantung landasan hukum atau kriteria yang ada dalam prakteknya. Di lingkungan juga terlihat ada suatu model informal yang tidak meletakan kasus satu persatu secara formal seperti polisi memutuskan untuk tidak melanjutkan penyidikan, berpikir untuk bedamai keadaan ini merupakan satu tindakan untuk melakukan perubahan, pengembalian, penyembuhan pada korban dan pertanggungjawaban pelaku. Secara konteks variabel sepeti pengorganisasian, kedudukan dan faktor situasi juga relevan dalam pelaksanaan diversi. Isu kunci kemampuan sebuah organisasi dapat mengontrol perilaku anggotannya dengan mengawasi jalanya aturan dan praktek pelaksanaanya agar tidak dipengaruhi oleh keinginan pribadi atau sebagain dari masyarakat dengan prioritas atau standar kemampuan.

D. Prinsip dan Tujuan Restroactive Justice

Tentang konsepsi restroactive justice sebenarnya bukan hal yang baru atau asing bagi masyarakat indonesia, karena selama ini masyarakat indonesia dengan warisan keanekaragaman adatbudaya kearifan lokal yang telah mempunyai mekanisme bermasyarakat dan penyelesaian masalah yang mampu diandalkan untuk menagani anak yang berhadapan dengan hukum yakni anak yang melakukan tindakan-tindakan melangar norma ataupun diduga melangar ketentuan hukum yang berlaku. Menurut David Fogel, restroactive justce model diajukan kaum Abolisinonis yang mengangap bahwa sistem perdilan pidana bermasalah atau cacat struktural sehinga harus diubah dasar-dasar struktural dari Universitas Sumatera Utara sistem tersebut. Analisis paham Abolisinonis menurut Brants dan Silvis sebagaimana dikutip Romli Atmasasmita lebih banyak ditujukan terhadap kegagalan dari sistem peradilan pidana dibandingkan keberhasilannya. 55 Susan Sharpe seorang ahli berkebangsaan Canada pada tahun 1998 memberikan penjelasan kembali terhadap defenisi restroactive justice yang dikemukakan oleh Tony F. Marshall. Susan sharpe mengusulkan ada 5 prinsip kunci dari restroactive justice yaitu : 56 1. Restroactive justice invites full participation and consensus restroactive justice mengandung partisipasi penuh dan konsensus artinya korban dan pelaku dilibatkan dalam perjalanan proses secara aktif, selain itu juga membuka ruang dan kesempatan bagi orang lain yang merasa kepentingan mereka telah terganggu atau terkena imbas. Undangan untuk ikut serta pada dasarnya tidak mengikatwajib hanya sebatas sukarela, walaupun demikian tentunya pelaku harus diikutkan. Kalu tidak maka akan berjalanlah peradilan tradisional 2. Restroactive justice seeks to heal what is broken restroactive justice berusaha menyembuhkan kerusakankerugian yang ada akibat terjadinya tindakan kejahatan dalam hal ini proses restroactive justice tersebut haruslah mengutarakan dan mengungkapkan perasaan yang dirasakannya kepada orang yang telah merugikannya untuk 55 www.google.com 56 U.S Departement of Justice. 1999. Balanced and Restroactive justice. USA: Office of Juvenile Justice and Delinqency Prevention. Office of Justice Program, hal.5-6, yang dikutip dari Buku Pengantar Konsep Diversi dan Restroactive Justice Dalam Hukum Pidana ; Marlina Universitas Sumatera Utara menunjukan bahwa mereka butuh perbaikan. Pelaku juga butuh penyembuhan, mereka butuh untuk dibebaskan dari kebersalahan dan ketakutan, mereka butuh untuk dibebaskan dari kebersalahan dan ketakutan untuk memperbaiki semuanya 3. Restroactive justice seeks ful and direct accountability restroactive justice memberikan pertanggungjawaban langsung dari pelaku secara utuh. Pertangguungjawaban bukan hal yang mudah untuk dilakukan, karena pelaku harus mau menunjukan fakta pengakuannya bahwa dia atau mereka melangar hukum, dia juga harus menunjukan kepada orang-orang yang telah dirugikannya atau melihat bagaimana perbuatannya itu merugikan orang banyak. Dia harus atau diharapkan menjelaskan perilakunya sehingga korban dan msyarakat dapat menanggapinya. Dia juga diharapkan untuk mengambil langkah nyata untuk memperbaiki kerusakan dan kerugian tadi 4. Restroactive justice seeks to recinite what has been devided restroactive justice mencarikan penyatuan kembali kepada warga masyarakat yang telah terpisah atau terpecah karena tindaka kriminal dalam proses ini restroactive justice berusaha menyatukan kembali seseorang atau beberapa orang yang telah mendapatkan penyisihan atau stigmatisasi, dengan melakukan rekonsiliasi antra korban dengan pelaku dan mengintegrasikan keduanya kembali ke dalam masyarakat. Universitas Sumatera Utara 5. Restroactive justice seeks to strengthen the community in order to prevent further harms Restroactive justice memberikan ketahanan kepada masyarakat agar dapat mencegah terjadinya tindakan kriminal berikutnya kerusakan yang terjadi akibat dari kejahatan memang tidak dapat dihindarkan, tetapi dalam hal ini kejahatan juga membuka tabir keadilan pada norma yang sudah ada untuk menjadi jalan awal memulai keadilan yang sebenarnya bagi semua masyarakat Prinsip-prinsip di atas tersebut sebenarnya telah dimulai yang mana dalam Draft Bill yang dpublikasikan di Afrika pada tahun 1998 yang merupakan langkah reformasi hukum terhadap perdilan anak di Afrika Selatan di dalamnya terdapat prinsip restroactive justice, yaitu menganjurkan rekonsiliasi, restitusi dan pertanggungjawaban dengan melibatkan pelaku, orang tua pelaku atai keluarga korban dan juga masyarakat. Adapun tindakannya berupa : 57 1. Membantu perkembangan anak dalam kepekaan yang bermatabat dan bernilai. Mengubah pandangan perahatian anak tehadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar orang lain dengan menjaga rasa tanggungjawab anak terhadap perbuatannya dan melindungi kepentingan korban dan masyarakat 2. mendukung rencana rekonsiliasi dalam proses restoractive justice 3. keterlibatan orang tua, keluarga, korban dan masyarakat dalam proses peradilan anak untuk mendukung reintegerasi anak dalam syarat yang ditentukan 57 Allison Morris and Gabrielle Maxell. O.Cit, gal. 114 “restorative justice means the promotion of reconcilations and responsibilitry through the involvement a a child, a child’s parent, family members, victims and communities”, yang dikutip dari Buku Pengantar Konsep Diversi dan Restroactive Justice Dalam Hukum Pidana ; Marlina Universitas Sumatera Utara Berikut beberapa prinsip yang terkait dalam konsep restroactive justce yang termuat dalam Draft Declaration of Basic Principles on The Use of Restroactive justce Programer in Criminal Matters 58 1. Program restroactive justce berarti beberapa program yang mengunakan proses restroactive atau mempunyai maksud mencapai hasil restroactive 2. Restroactive outcome adalah sebuah kesepakatan yang dicapai sebagai hasil dari proses restroactive justce. Contoh; restitution, community service dan program yang bermaksud memperbaiki korban dan masyarakat dan mengembalikan korban danatau pelaku 3. Restroactive process dalam hal ini adalah suatu proses dimana korban, pelaku dan masyarakat yang diakibatkan oleh kejahatan berpartisipasi aktip bersama-sama dalam membuat penyelesaian masalah kejahatan dan dicampuri oleh pihak ketiga 4. Parties dalam hal ini adalah korban, pelaku dan individu lain atau anggota masyarakat yang merasa dirugikan oleh kejahatan yang dilibatkan dalam program restroactive justce 5. Facilitator hal ini adalah pihak ketiga yang menjalankan fungsi memfasilitasi partisipasi keikut sertaab korban, pelaku dalam pertemuan. Perbedaan penafsiran restroactive justce dimasing-masing negara sangatlah wajar, akan tetapi memiliki maknamaskud yang sama yaitu untuk mengembalikan korban, pelaku dan masyarkat pada kondisi semula sebelum tindak pidana terjadi. 58 Draft beberapa elemen dari Declaration of Basic Principles on the use of Restroactive Justice Programmer in Criminal Matters, yang dikutip dari Buku Pengantar Konsep Diversi dan Restroactive Justice Dalam Hukum Pidana ; Marlina Universitas Sumatera Utara Adapun menurut Van Ness untuk mengembangkan konsep restroactive justce harus memperhatikan beberapa hal yaitu : 1. Kejahatan pada dasarnya merupakan konflik antar individu-individu yang menghasilkan keterlukaan pada korban, masyarakat dan pelaku itu sendiri, hanya secara efek lanjutannya merupaka pelanggaran hukum 2. Tujuan lebih penting dari proses sistem peradilan pidana haruslah melakukan rekonsiliasi para pihak-pihak yang bertujuan untuk memperbaiki kerusakan yang ada pada korban akibat dari kriminal yang terjadi 3. Proses sistem keadilan pidana haruslah memfasilitasi partisipasi aktif dari korban, pelaku dan masyarakat dan bukan didominisasi oleh negara dengan pelanggaran dari proses penyelesian Pendekatan restroactive justice telah menjadi model dominan dari sistem peradilan pidana dalam kebanyakan sejarah manusia. Penyelesaian perkara pada umunya merupakan penerapan ganti rugi oleh pelaku dan keluarganya kepada korban atau keluarganya untuk menghindari konsekuensi dari balas dendam. Model penyelesaian restroactive justice nerupakan suatu proses di luar peradilan formal. Penanganan yang dijalankan dengan memperhitungan pengaruh yang lebih luas terhadap korban, pelaku dan masyarkat. Konsep ini di mulai dan berawal dari pengertian bahwa kejahatan adalah sebuah tindakan melawan orang atau masyarakat dan berhubungan dengan pelanggaranpengrusakan terhadap suatu norma hukum yang berlaku. Universitas Sumatera Utara Menurut pandangan konsep restroactive justice penangganan kejahatan yang terjadi bukan hanya menjadi tanggung jawab negara akan tetapi juga merupakan tanggung jawab masyarakat. Oleh karena itu konsep restroactive justice dibangun berdasarkan pengertian bahwa kejahatan yang telah menimbulkan kerugian harus dipulihkan kembali baik kerugian yang diderita oleh korban maupun kerugian maupun yang ditanggung oleh masyarakat. Keterlibatan anggota masyarakat sangat dibutuhkan untuk membantu memperbaiki kesalahan dan penyimpangan yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Pemberian penghargaan dan penghormatan pada korban dengan mewajibkan pihak pelaku melakukan pemulihan kembali atau akibat tindak pidana yang telah dilakukannya. Pemulihan yang dilakukan oleh pelaku bisa berupa ganti rugi, pekerjaan sosial atau melakukan sesuatu perbaikan atau kegiatan tertentu sesuai dengan keputusan bersama yang telah disepakati semua pihak dalam pertemuan yang dilakukan. Pergeseran pemikiran dari model penghukuman tradisioanal adalah dengan adanya model penghukuman yang memberikan keadilan, terutama keadilan yang diarahkan pada keadilan masyarakat. Hal ini merupakan suatu titik awaldasar lahirnya restroactive justice di negara manapun. Adanya pergeseran pemikiran tersebut memperlihatkan bahwa dalam sistem peradilan pidana telah terjadi suatu upaya untuk memberikan perhatian dan pemahaman terhaap penyelesaian suatu kasus tindak pidana yang dilakukan dengan tujuan tercapainya keadilan untuk semua pihak yang terkait dalam tindak pidana. Adapun tujuan dari restroactive justice adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Mempertemukan pihak korban, pelaku dan masyarakat dalam satu pertemuan; 2. Mencari jalan keluar terhadap penyelesaian; 3. Memulihkan kerugian yang telah terjadi. Menurut John Braiwheit bahwa restroactive justice bertujuan memulihkan harmoni atau keseimbangan secara an sich saja tidak cukup, oleh karena itu “memulihkan keseimbangan” secara moral antara pelaku dan korban yang ada sebelumnya adalah keseimbangan yang pantas. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa sebagai konsep pemidanaan tentunya tidak hanya terbatas pada ketentuan hukum pidana formil dan materil. Mengacu pada pendapat di atas tersebut, bahwa restroactive justice merupakan jalan alternatif dalam menyelesaikan permasalahan didalam hukum pidana khusunya tindak pidana anak. Dalam hal ini memulihkan suatu keadaan, baik bagi korban, pelaku dan anggota masyarakat karena terjadinya suatu kejahatan.

E. Peran Diversi Dalam Penegakan Hukum