Ascaris lumbricoides cacing gelang

lalu mengikuti aliran darah ke paru Supali et al., 2008; Soedarmo et al., 2012; Shoff dan Shoff, 2015. Gambar 3. Siklus hidup Ascaris lumbricoides CDC, 2015 Larva di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus dan masuk rongga alveolus. Larva akan menetas menjadi larva stadium 3 dan larva stadium 4 dalam waktu 4-14 hari. Larva bermigrasi ke saluran nafas atas yaitu bronkiolus menuju bronkus lalu ke trakea. Larva dari trakea menuju ke faring sehingga menimbulkan rangsangan pada faring. Penderita batuk karena rangsangan tersebut dan larva akan tertelan ke dalam esofagus, lalu menuju ke usus halus dan menjadi dewasa dalam waktu 14-20 hari. Siklus ini berlangsung sekitar 65-70 hari atau kurang lebih 2-3 bulan Supali et al., 2008; Soedarmo et al., 2012; Shoff dan Shoff, 2015. Gejala klinis penyakit yang disebabkan oleh A. lumbricoides tergantung dari intensitas infeksi dan organ yang terkena Patel dan Kazura, 2012. Gejala yang biasanya timbul pada penderita dapat disebabkan oleh migrasi larva dan cacing dewasa Supali et al., 2008; Soedarmo et al., 2012. Pada infeksi ringan, trauma yang terjadi berupa perdarahan petechial hemorrhage dan pada infeksi berat kerusakan jaringan paru dapat terjadi. Gangguan yang disebabkan oleh adanya cacing dewasa dalam jumlah banyak di usus berupa distensi abdomen dan kram perut Bethony et al., 2006; Patel dan Kazura, 2012. Cacing dewasa juga dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan Bethony et al., 2006. Cacing Ascaris dapat bermigrasi ke duktus biliaris dan pankreatikus menyebabkan kolestitis dan pankreatitis. Cacing yang mati dapat menjadi nidus untuk pembentukan batu Patel dan Kazura, 2012. Cara penegakkan diagnosis penyakit adalah pemeriksaan mikroskopik feses secara langsung untuk menemukan telur Supali et al., 2008; Patel dan Kazura, 2012; Longo et al., 2012. Selain itu, diagnosis dapat ditegakkan bila didapatkan cacing dewasa keluar melalui anus lewat tinja dan mulut atau hidung karena muntah Supali et al., 2008; Ridley, 2012. Terapi pilihan untuk askariasis gastrointestinal adalah albendazole 400 mg PO dosis tunggal, mebendazole 100 mg 2xhari PO selama 3 hari atau 500 mg PO 1xhari atau pirantel pamoat 11 mgkgBB PO dosis tunggal, maksimum 1 g. Efek samping dari albendazole berupa migrasi dari A. lumbricoides melewati mulut, gejala gastrointestinal, gejala sistem saraf pusat dan reaksi alergi Albonico et al., 2008. Pencegahan dapat dilakukan dengan fasilitas sanitari untuk defekasi, mencuci tangan dan mencuci bahan makanan yang berasal dari tanah Ridley, 2012.

2.1.2. Trichuris trichiura cacing cambuk

Trichuris trichiura adalah infeksi cacing yang terbanyak pada manusia setelah infeksi A. Lumbricoides Soedarmo et. al., 2012. Infeksi dari T. trichiura pada usus besar menyebabkan penyakit trichuriasis Zeibig, 2013. Cacing ini bersifat kosmopolit terutama ditemukan di daerah panas dan lembab. Pada saat ini infeksi sering dijumpai pada anak usia sekolah Supali et al., 2008. Umur yang paling rentan untuk mendapat infeksi cacing adalah 5-15 tahun Kazura dan Dent, 2011. Telur T. trichiura berbentuk seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub dan berukuran 50-55 µm x 25 µm Supali et al., 2008; Ridley, 2012. Telur akan dikeluarkan dari hospes bersama tinja dan akan mengalami maturasi kurang lebih 2-6 minggu dan dapat bertahan sampai beberapa bulan. Telur dapat rusak bila terpapar sinar matahari langsung lebih dari 12 jam dan pada temperatur kurang dari 8 o C atau 40 o C selama satu jam Supali et al., 2008; Gupta dan Ang, 2015. Manusia mendapat infeksi dengan menelan telur yang inefektif telur yang mengandung larva atau kontak dengan yang terkontaminasi. Setelah tertelan, larva keluar melalui dinding telur, menembus dan berkembang di mukosa usus halus. Setelah menjadi dewasa ±1 minggu, cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon sekum. Cacing betina di sekum setelah 3 bulan dari infeksi dapat menghasilkan 3000-20000 telur setiap harinya dan akan dikeluarkan bersama tinja Soedarmo et al., 2012; Gupta dan Ang, 2015. a b Gambar 4. a Telur Trichuris trichiura b Cacing T. Trichiura dewasa jantan dan betina Bethony et al., 2006 Panjang cacing betina kira-kira 35-50 mm, sedangkan cacing jantan lebih kecil kira-kira 30-45 mm. Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 35 dari panjang seluruh tubuh dan mengandung esofagus. Bagian posterior mengandung organ reproduksi serta intestinal dan berbentuk lebih gemuk serta pada cacing betina berbentuk membulat tumpul Supali et al., 2008; Zeibig, 2013. Masa hidup dari cacing ini adalah 1-3 tahun Gupta dan Ang, 2015. Gambar 5. Siklus hidup T. Trichiura CDC, 2013c Trauma kerusakan pada dinding usus yang menimbulkan iritasi dan peradangan pada mukosa usus kolitis terjadi karena cacing Trichuris memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus. Kolitis yang berkepanjangan dapat menyebabkan inflammatory bowel disease seperti nyeri abdomen kronik, diare dan gejala sisa kegagalan pertumbuhan, anemia penyakit kronik dan clubbing finger Bethony et al., 2006. Gejala pada infeksi ringan dan sedang adalah anak menjadi gugup, susah tidur, nafsu makan menurun, kadang ditemui nyeri epigastrik atau nyeri perut, muntah atau konstipasi, perut kembung dan buang angin. Pada infeksi berat dijumpai mencret yang mengandung darah serta lendir, nyeri perut, tenesmus, anoreksia, anemia dan penurunan berat badan. Pada infeksi yang sangat berat mukosa rektum dapat terjadi prolapsus akibat mengejan penderita pada waktu defekasi Supali et al., 2008; Soedarmo et al., 2012. Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam feses dan mukosa rektal yang mengalami prolapsus atau menemukan cacing dewasa Supali et al, 2008; Soedarmo et al., 2012. Mebendazole 100 mg 2xhari selama 3 hari atau 500 mg dosis tunggal adalah obat yang aman dan efektif untuk infeksi T. trichiura serta dapat mengurangi telur sebesar 90-99. Albendazole 400 mg dosis tunggal merupakan terapi alternatif, akan tetapi pada infeksi berat albedanzole harus diberikan selama tiga hari Kazura dan Dent, 2011. Pencegahan adalah pilihan terbaik untuk menghindari infeksi cacing ini dengan cara menjaga personal hygiene dan menghindari makanan dan air yang terkontaminasi Ridley, 2012.

2.1.3. Ancylostoma duodenale dan Necator americanus cacing kait

Cacing kait terdiri dari dua spesies yaitu Ancylostoma duodenale dan Necator americanus menyebabkan penyakit ancylostomiasis. Infeksi oleh N. americanus lebih sering dibandingkan infeksi oleh A. duodenale di Indonesia Soedarmo et al., 2012. Penyakit cacing kait terbentuk dari kombinasi faktor-faktor seperti infeksi cacing berat, lamanya durasi infeksi dan tidak adekuat intake besi yang menyebabkan anemia defisiensi besi dan hipoproteinemia Longo et al., 2012. Penyebaran cacing ini di seluruh daerah khatulistiwa dan di tempat dengan keadaan yang sesuai misalnya di daerah pertambangan dan perkebunan Supali et al., 2008. Morbiditas dan mortalitas infeksi cacing kait terutama terjadi pada anak-anak 50 telah terinfeksi sebelum usia 5 tahun dan 90 terinfeksi pada usia 9 tahun.

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Higiene dengan Infeksi Cacing Soil Transmitted Helminths pada Siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

0 38 78

Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminths dengan Kejadian Underweight pada Sekolah Dasar Negeri 067244 Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011

0 39 62

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KECACINGAN DAN JENJANG KELAS DENGAN KEJADIAN KECACINGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTH (STH) PADA SISWA KELAS 4, 5, DAN 6 SD NEGERI 1 PINANG JAYA BANDAR LAMPUNG

4 40 53

HUBUNGAN PENCEMARAN TANAH OLEH TELUR SOIL TRANSMITTED HELMINTH (STH) DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) 01 KRAWANGSARI NATAR

4 24 68

HUBUNGAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI DAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTH (STH) PADA SISWA SDN 1 KRAWANGSARI NATAR DAN PEMETAAN TEMPAT TINGGAL SISWA TERINFEKSI STH

1 9 63

HUBUNGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTH (STH) DENGAN PERTUMBUHAN DAN STATUS ANEMIA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) DI KECAMATAN KELUMBAYAN KABUPATEN TANGGAMUS

1 16 87

Faktor Risiko Kejadian Infeksi Soil Transmitted Helmints Pada Anak SD Di Desa Taman, Kecamatan Abiansemal Tahun 2016.

2 8 43

HUBUNGAN ANTARA INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) DENGAN KADAR EOSINOFIL DARAH TEPI PADA SISWA SD BARENGAN DI KECAMATAN TERAS BOYOLALI.

0 0 12

DERAJAD EOSINOFILIA PADA PENDERITA INFEKSI SOIL-TRANSMITTED HELMINTH (STH)

0 0 8

Hubungan Suku Dengan Pola Hidup Sehat dan Infeksi Soil-Transmitted Helminth pada Anak Usia Sekolah Dasar di Medan Labuhan

0 2 15