Manfaat bagi masyarakat Manfaat Penelitian

uniseluler Zeibig, 2013. Cacing A. lumbricoides dewasa jantan berukuran lebih kecil dari cacing betina. Panjang cacing jantan dewasa 15-30 cm dan cacing betina dewasa yaitu 20-35 cm Supali et al., 2008. Karakteristik cacing jantan dewasa lebih ramping dan memiliki ekor membengkok, sedangkan cacing betina bentuknya yang seperti pensil Zeibig, 2013. Gambar 2. Telur A. lumbricoides fertil ASM Microbe Library, 2014 Siklus hidup A. lumbricoides dimulai sejak dikeluarkannya telur oleh cacing betina sekitar 200.000 telur per hari dan kemudian dikeluarkan bersama tinja. Telur fertil dapat membentuk embrio dan menjadi kondisi infektif second-stage larva setelah 10-14 hari pada 28-32 o C atau 45-55 hari pada 16-18 o C. Telur dapat bertahan hidup tergantung dengan kondisi yang menguntungkan seperti suhu 5-34 o C, tanah yang lembab kelembaban 4 dan tanah yang terlindung matahari. Apabila manusia tertelan telur yang infektif, larva akan menetas di jejunum dan melepaskan larva stadium dua. Larva akan menembus dinding usus halus menuju ke venula mesenterika, masuk ke sirkulasi porta, kemudian ke jantung kanan lalu mengikuti aliran darah ke paru Supali et al., 2008; Soedarmo et al., 2012; Shoff dan Shoff, 2015. Gambar 3. Siklus hidup Ascaris lumbricoides CDC, 2015 Larva di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus dan masuk rongga alveolus. Larva akan menetas menjadi larva stadium 3 dan larva stadium 4 dalam waktu 4-14 hari. Larva bermigrasi ke saluran nafas atas yaitu bronkiolus menuju bronkus lalu ke trakea. Larva dari trakea menuju ke faring sehingga menimbulkan rangsangan pada faring. Penderita batuk karena rangsangan tersebut dan larva akan tertelan ke dalam esofagus, lalu menuju ke usus halus dan menjadi dewasa dalam waktu 14-20 hari. Siklus ini berlangsung sekitar 65-70 hari atau kurang lebih 2-3 bulan Supali et al., 2008; Soedarmo et al., 2012; Shoff dan Shoff, 2015.

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Higiene dengan Infeksi Cacing Soil Transmitted Helminths pada Siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

0 38 78

Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminths dengan Kejadian Underweight pada Sekolah Dasar Negeri 067244 Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011

0 39 62

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KECACINGAN DAN JENJANG KELAS DENGAN KEJADIAN KECACINGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTH (STH) PADA SISWA KELAS 4, 5, DAN 6 SD NEGERI 1 PINANG JAYA BANDAR LAMPUNG

4 40 53

HUBUNGAN PENCEMARAN TANAH OLEH TELUR SOIL TRANSMITTED HELMINTH (STH) DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) 01 KRAWANGSARI NATAR

4 24 68

HUBUNGAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI DAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTH (STH) PADA SISWA SDN 1 KRAWANGSARI NATAR DAN PEMETAAN TEMPAT TINGGAL SISWA TERINFEKSI STH

1 9 63

HUBUNGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTH (STH) DENGAN PERTUMBUHAN DAN STATUS ANEMIA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) DI KECAMATAN KELUMBAYAN KABUPATEN TANGGAMUS

1 16 87

Faktor Risiko Kejadian Infeksi Soil Transmitted Helmints Pada Anak SD Di Desa Taman, Kecamatan Abiansemal Tahun 2016.

2 8 43

HUBUNGAN ANTARA INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) DENGAN KADAR EOSINOFIL DARAH TEPI PADA SISWA SD BARENGAN DI KECAMATAN TERAS BOYOLALI.

0 0 12

DERAJAD EOSINOFILIA PADA PENDERITA INFEKSI SOIL-TRANSMITTED HELMINTH (STH)

0 0 8

Hubungan Suku Dengan Pola Hidup Sehat dan Infeksi Soil-Transmitted Helminth pada Anak Usia Sekolah Dasar di Medan Labuhan

0 2 15