1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang masih digunakan oleh masyarakat khususnya suku Jawa. Sebagaimana halnya bahasa-bahasa lain,
bahasa Jawa memiliki sifat dinamis. Dinamika tersebut ditunjukkan oleh perkembangannya dari waktu ke waktu. Wedhawati dkk. 2006:1 mencatat bahwa
bahasa Jawa telah mengalami perkembangan secara diakronis dari bahasa Jawa Kuno, bahasa Jawa Pertengahan hingga bahasa Jawa Baru seperti saat ini.
Perkembangan bahasa Jawa akan berdampak pada kelestarian bahasa Jawa sebagai identitas suku Jawa yang menjunjung tinggi nilai tata krama. Akibat
perkembangan tersebut banyak keluarga Jawa yang tidak menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu. Pemerhati bahasa Jawa, Sutadi Siswarujita mengungkapkan
bahwa penggunaan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu di keluarga sudah jarang ditemukan dikutip dari harian Jateng, 1 Mei 2012.
Pernyataan Sutadi Siswarujita diperkuat dengan hasil penelitian pendahuluan pada pembelajaran bahasa Jawa kelas VIII SMP Negeri 15 Semarang.
Penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa peserta didik merasa kesulitan mengikuti mata pelajaran bahasa Jawa dan cenderung tidak menggunakan bahasa
Jawa saat berkomunikasi dengan guru atau orang yang lebih tua. Alasannya adalah kurang menguasai leksikon bahasa Jawa.
Fenomena di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah penduduk Jawa tidak sepenuhnya masyarakat suku Jawa. Urbanisasi penduduk
memicu bercampur baurnya suku Jawa dengan masyarakat lain. Akibatnya bahasa Jawa berada di tengah masyarakat diaglosik, artinya beberapa bahasa memiliki
fungsi dan peran masing-masing dalam satu wilayah. Sudah barang tentu, eksistensi bahasa Jawa sebagai bahasa yang luhur menjadi bahasa kedua karena kondisi
tersebut. Kedua, pada lingkungan keluarga keluarga, sebagian orang tua kurang
mengenalkan kepada anak mengenai bahasa Jawa serta undhausuknya. Pemerolehan bahasa Jawa pada anak yang terbatas berakibat pada tuturan sehari-hari. Ditunjukkan
pada tuturan sebagian generasi penerus penutur bahasa Jawa melakukan alih kode dan campur kode. Generasi muda menganggap bahwa menggunakan bahasa Jawa
akan menurunkan derajat atau gengsi mereka sebagai kaum modern dan populis. Ketiga, kurangnya pengenalan bahasa Jawa di lingkungan keluarga
berdampak pada pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Peserta didik kesulitan mengikuti pelajaran yang ditunjukkan dengan mengajukan pertanyaan mengenai arti
atau makna suatu kata. Alternatifmya adalah menyisipkan bahasa Indonesia untuk menciptakan pembelajaran yang komunikatif.
Ketiga hal di atas berdampak pada terbatasnya perbendaharaan kosakata bahasa Jawa. Pada penelitian pendahuluan juga ditemukan kesalahan pelafalan pada
fonem- fonem tertentu. Salah satunya pada kata „wedi‟= [wədi] bermakna takut,
namun diucapkan dengan [w əDi] bermakna pasir. Kesalahan fonem tersebut
menyebabkan makna kata berubah. Berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi, bahasa Jawa semakin berada pada titik bahaya.
Salah satu langkah pemerintah guna menjaga kelestarian bahasa Jawa yaitu dengan mengaturnya dalam Peraturan Gubernur Nomor 57 Tahun 2013 mengenai
Petunjuk Pelaksanaan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Bahasa, Sastra, dan Aksara Jawa. Peraturan ini menyatakan bahwa mata pelajaran
bahasa Jawa merupakan muatan lokal yang wajib diajarkan di semua jenjang pendidikan formal baik negeri maupun swasta mulai dari SD hingga SMA. Upaya
pemerintah melestarikan bahasa Jawa tersebut didukung oleh Balai Bahasa Jawa Tengah, melalui acara sarasehan dan seminar bahasa Jawa pada beberapa sekolah di
Jawa Tengah. Hal tersebut bertujuan untuk menanamkan rasa memiliki terhadap bahasa Jawa kepada generasi penerus penutur bahasa Jawa, namun faktanya usaha
pemerintah menggalakkan bahasa Jawa tidak berbanding lurus dengan kondisi di lapangan. Terlebih pada generasi muda Jawa yang disibukkan dengan gadget atau
hal baru lainnya. Fenomena smartphone di kalangan masyarakat masa kini dibuktikan oleh
berbagai penelitian. Salah satunya Cathlee dan Eliot 2011:1, terdapat hasil survei yang menyatakan bahwa
„I use my smartphone for all the function-it‟s my live‟. Hal tersebut akibat revolusi mobile phone menjadi Hp pintar atau sering disebut
smartphone. Sebagai alat komunikasi, keduanya mampu melakukan panggilan, mengirim pesan singkat, dan beberapa fitur dasar mobile phone lainnya. Berbeda
dengan mobile phone, smartphone memiliki kemampuan untuk mengakses internet kapan dan dimana saja tanpa perlu perangkat laptop atau personal computer.
Pengaruh kuat revolusi mobile phone menjadi smartphone terhadap pola pikir masyarakat menjadi salah satu faktor smartphone khususnya android mampu
menguasai pangsa pasar dunia elektronik. Android merupakan salah satu jenis platform smartphone dengan angka penjualan yang signifikan. Dikutip dari harian
Kompas 15 Agustus 2014, sejak dirilis pertama pada November 2007, penjualan android meningkat dari tahun ke tahun. Pada kuartal ketiga tahun 2014, penjualan
android mencapai 301,3 juta. Angka tersebut naik sebanyak 25,1 dari penjualan tahun lalu. Prosentase penjualan android tersebut, Indonesia masuk dalam lima besar
pengguna android. Berbagai hal mempengaruhi android populer di pangsa pasar smartphone.
Salah satu kelebihan yang dimiliki android adalah open source system. Sistem tersebut hanya pada android, smartphone lain tidak menciptakan sistem yang sama.
Sebuah sistem dengan kode terbuka yang memungkinkan siapa saja dapat melihat kode dalam sistem. Hal tersebut menjadi alasan open source system pada android
menjadi daya tarik bagi pengguna khususnya para pengembang, karena berbagai aplikasi dapat dengan mudah dikembangkan sesuai kreatifitasnya.
Uraian di atas melatarbelakangi perancangan aplikasi Model Kamus Praktis Jawa-Indonesia dan Indonesia-Jawa Berbasis Audiolingual pada Aplikasi Android.
Perancangan kamus ini didasari oleh kebutuhan keluarga Jawa masa kini yang merasa kesulitan berbahasa Jawa. Model kamus praktis Jawa-Indonesia ini dirancang
untuk mempermudah belajar bahasa Jawa tanpa harus membawa kamus cetak yang tebal. Harapannya dapat memperkaya kosakata bahasa Jawa dan menjaga
kelestariannya agar tidak lagi ada warisan leluhur berpindah tangan kepada penutur bahasa lain.
1.2. Identifikasi Masalah