44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas beberapa hal sesuai masalah penelitian meliputi; 1 hasil analisis kebutuhan penutur bahasa Jawa terhadap model kamus praktis Jawa-
Indonesia dan Indonesia-Jawa berbasis audiolingual pada aplikasi android2 prototipe model kamus praktis Jawa-Indonesia dan Indonesia-Jawa berbasis
audiolingual pada aplikasi android mencakup materi, sistem operasional, serta desain, dan 3 validasi desain model kamus praktis Jawa-Indonesia dan Indonesia-Jawa
berbasis audiolingual pada aplikasi android.
4.1. Kebutuhan Penutur Bahasa Jawa Terhadap Model Kamus Praktis Jawa-
Indonesia dan Indonesia-Jawa Berbasis Audiolingual pada Aplikasi Android.
Data kebutuhan terhadap kamus pada aplikasi android diperoleh dari
wawancara dan angket kebutuhan. Data analisis kebutuhan dijabarkan dalam beberapa subbab, meliputi; 1 bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari penutur
bahasa Jawa dan 2 kamus yang dibutuhkan oleh penutur bahasa Jawa.
4.1.1. Bahasa Jawa dalam Kehidupan Sehari-hari
Bahasa Jawa masih lestari di lingkungan keluarga Jawa masa kini, namun hal tersebut berlaku pada orang yang berusia paruh baya dan bukan pada generasi
muda Jawa masa kini. Fakta tersebut didasari oleh hasil penelitian melalui wawancara dan angket kebutuhan. Wawancara dilakukan di beberapa lokasi penelitian. Lokasi
yang ditetapkan yaitu pasar, pembelajaran bahasa Jawa di kelas, pujasera, lingkungan rumah, dan tempat keramaian yang memungkinkan terjadi kontak verbal di
dalamnya. Data yang ditunjukkan yaitu penutur bahasa Jawa menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi dengan lawan bicara dan terkadang melakukan campur
kode. Hal ini diperkuat dengan hasil angket kebutuhan yang menyatakan bahwa 66,7 dari dua puluh empat responden menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan
sehari-hari. Data wawancara menunjukkan bahwa bahasa Jawa digunakan pada situasi
dan lawan bicara tertentu. Pada pasar tradisional Sanggalangit Ponorogo, pembeli yang berusia tiga puluh tahun ke atas menggunakan bahasa Jawa saat transaksi,
namun pembeli berusia 18-20 tahun cenderung melakukan campur kode bahkan sama sekali tidak menggunakan bahasa Jawa. Hal tersebut dipertegas data lain dari
wawancara yang menyebutkan bahwa bahasa Jawa hanya sesekali digunakan dalam berkomunikasi. Hasil angket kebutuhan juga menguatkan fakta tersebut bahwa
bahasa Jawa digunakan saat berkomunikasi dengan teman sebaya yang sudah akrab dan orang yang lebih tua. Selebihnya menggunakan bahasa Indonesia atau melakukan
campur kode. Data yang ditunjukkan oleh angket kebutuhan yang disebar pada dua puluh
empat responden dengan latar belakang yang beragam menyebutkan bahwa bahasa Jawa adalah hal yang sulit. Sebanyak 83,3 responden menyatakan kesulitan
menggunakan bahasa Jawa. Sebagian besar alasannya adalah kesulitan menerapkan bahasa Jawa ragam krama yang baik serta ketidaktahuan mengenai kosakata-kosakata
bahasa Jawa sehingga bingung saat menggunakannya. Hasil wawancara menguatkan data tersebut bahwa masyarakat suku Jawa ragu dan takut salah untuk menerapkan
undha usuk saat berkomunikasi. Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa yang manganut adanya tingkat
tutur atau undha usuk basa Sukoyo, 2013:1. Komunikasi yang terjadi sering menggunakan bahasa Jawa dan harus memperhatikan dan membedakan keadaan
lawan bicara atau yang topik pembicaraan berdasarkan usia maupun status sosialnya. Prinsip tersebut adalah prinsip yang dianut oleh Jawa yaitu ragam ngoko dan krama
Kodiran dalam Muji, 2011:2. Penggunaan ragam bahasa Jawa menjadi faktor utama masyarakat suku Jawa khususnya generasi penerus penuturnya kesulitan berbahasa
Jawa sesuai unggah-ungguh. Hasil wawancara menyebutkan bahwa penutur bahasa Jawa lebih menggunakan bahasa Indonesia dibanding dengan bahasa Jawa.
Alasannya adalah untuk menghindari kesalahan penggunaan ragam bahasa Jawa. Wawancara yang dilakukan menyebutkan bahwa penutur bahasa Jawa
kesulitan mengikuti pembelajaran. Berdasarkan observasi pembelajaran bahasa Jawa di kelas, guru menyisipkan bahasa Indonesia agar siswanya lebih memahami materi
yang disampaikan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Mulder dalam Muji, 2011:2 yang menyebutkan bahwa bahasa itu memang merupakan bahasa rumah
sebagian besar murid, tetapi sekarang sudah banyak diberikan pelajaran dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, siswa lebih memahami menggunakan bahasa nasional
dibandingkan dengan bahasa Jawa.
Keluarga sebagai unit terkecil merupakan tempat asal tumbuh dan berkembangnya perilaku individu, yang salah satunya melalui
frekuensi bertemu dan berkomunikasi, kualitas hubungan antar keluarga, juga keterlibatan di antara anggota keluarga dalam
saling mempengaruhi Liliweri dalam Muji,2011:3.
Sebagaimana pendapat Liliweri yang dikutip oleh Muji 2011:3 menunjukkan bahwa keluarga memiliki pengaruh besar terhadap kepribadian anak.
Rasa hormat kepada orang tua diajarkan dalam berbahasa Jawa yang mengenal undha usuk basa. Berdasarkan wawancara dengan orang tua menyebutkan bahasa Jawa
sedikit perlahan tergeser dengan bahasa Indonesia. Lingkungan sekitar baik sekolah maupun masyarakat menganggap menggunakan bahasa Indonesia lebih praktis. Hal
tersebut menyebabkan masyarakat Jawa sering kesulitan menerjemahkan bahasa Indonesia ke bahasa Jawa dan sebaliknya. Oleh karena itu, berkurangnya penggunaan
bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari mengakibatkan perbendaharaan kosakata bahasa Jawa semakin terbatas.
4.1.2. Kamus yang Dibutuhkan Penutur Bahasa Jawa