26 bagian dari kehidupan tersebut. Membekali siswa dengan kemampuan
mengembangkan pengetahuan IPS sesuai dengan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS diadakan di SD bertujuan menanamkan sikap sosial yang tinggi
pada siswa dan cara bagaimana mereka hidup di tengah-tengah masyarakat. Dengan melihat pentingnya tujuan IPS di SD, IPS perlu diajarkan kepada siswa.
IPS inilah yang akan membantu siswa untuk memiliki pengetahuan sosial, kemudian akan dijadikannya bekal untuk menyelesaikan masalah sosial yang
dihadapinya. Di samping itu, dengan mempelajari sosialmasyarakat siswa secara langsung dapat mengamati dan mempelajari norma-normaperaturan serta
kebiasaan-kebiasaan baik yang berlaku dalam masyarakat tersebut, sehingga siswa mendapat pengalaman langsung adanya timbal-balik yang saling mempengaruhi
antara kehidupan pribadi dan msyarakat.
2.1.7 Model Pembelajaran Role Playing
Menurut Joyce dan Weil 1980 dalam Rusman 2012: 133, model pembelajaran yaitu suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum rencana pembelajaran jangka panjang, merancang bahan- bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Menurut Frogg 2001 dalam Huda 2014: 208, Role Playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang di dalamnya ada tujuan,
aturan, dan edutainment. Dalam rencana pembelajaran, siswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas dan membayangkan dirinya sebagai orang lain. Siswa
27 diperlakukan sebagai subjek pembelajaran yang secara aktif melakukan praktik-
praktik berbahasa bertanya dan menjawab bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Dengan demikian, siswa dapat merasakan sendiri bagaimana berperan
menjadi orang lain, sehingga pembelajaran dapat dimaknai dan akan terekam lebih baik dalam diri siswa.
Role Playing berfungsi untuk 1 mengeksplorasi perasaan siswa; 2 mentransfer dan mewujudkan pandangan mengenai perilaku, nilai, dan persepsi
siswa; 3 mengembangkan skill pemecahan masalah dan tingkah laku; serta 4 mengeksplorasi materi pelajaran dengan cara yang berbeda. Adapun langkah-
langkah dalam pembelajaran yang menggunakan model Role Playing menurut Huda 2014: 116 yaitu sebagai berikut:
1 Tahap 1: Pemanasan suasana kelompok, meliputi 1 guru
mengidentifikasi dan memaparkan masalah; 2 guru menjelaskan masalah; 3 guru menafsirkan masalah; dan 4 guru menjelaskan Role
Playing. 2
Tahap 2: Seleksi partisipan, meliputi 1 guru menganalisis peran dan 2 guru memilih pemain siswa yang akan melakukan peran.
3 Tahap 3: Pengaturan setting, meliputi 1 guru mengatur sesi-sesi peran;
2 guru menegaskan kembali tentang peran; serta 3 guru dan siswa mendekati situasi yang bermasalah.
4
Tahap 4: Persiapan pemilihan siswa sebagai pengamat, meliputi 1 guru dan siswa memutuskan apa yang akan dibahas, serta 2 guru memberi
tugas pengamatan terhadap salah seorang siswa.
28 5
Tahap 5: Pemeranan, meliputi 1 guru dan siswa memulai role play [playing]; 2 guru dan siswa mengukuhkan role play [playing]; serta 3
guru dan siswa menyudahi role play [playing]. 6
Tahap 6: Diskusi dan evaluasi, meliputi 1 guru dan siswa mereview pemeranan kejadian, posisi, kenyataan; 2 guru dan siswa
mendiskusikan fokus-fokus utama; serta 3
guru dan siswa mengembangkan pemeranan selanjutnya
7 Tahap 7: Pemeranan kembali, meliputi 1 guru dan siswa memainkan
peran yang berbeda serta 2 guru memberi masukan atau alternatif perilaku dalam langkah selanjutnya.
8 Tahap 8: Diskusi dan evaluasi yang dilakukan seperti pada tahap 6
9 Tahap 9: Sharing dan generalisasi pengalaman, meliputi 1 guru dan
siswa menghubungkan situasi yang diperankan dengan kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain yang mungkin muncul serta 2 guru
menjelaskan prinsip umum dalam tingkah laku.
2.1.8 Kelebihan dan Kelemahan Model Role Playing