22
5 Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak,
menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.
6 Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangannya peran dan pendidikan
wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual berasal dari faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri individu, seperti penyebaran informasi dan rangsangan melalui media masa dengan teknologi yang canggih,
seperti VCD, foto, majalah, dan internet; Orang tua, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks
dengan anak; dan lingkungan pergaulan yang bebas. Sedangkan faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, yaitu perubahan hormonal
yang meningkat menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu.
2.2.4 Dampak Perilaku Seksual Pranikah
Darmasih 2009: 20 mengungkapkan bahwa perilaku seksual dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya dampak psikologis,
dampak fisiologis, dampak sosial, dan dampak fisik. 1 Dampak psikologis dari berperilaku seksual pada remaja diantaranya perasaan
marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa,
23
2 Dampak fisiologis dari perilaku seksual tersebut diantaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi,
3 Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang
hamil, perubahan peran menjadi ibu, belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut,
4 Dampak fisik lainnya yaitu penyakit penular seksual dikalangan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual PMS yang tertinggi
antara usi 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena PMS dan
HIVAIDS.
2.2.5 Pacaran Sehat
Pacaran sehat menurut Baktiar Tanpa tahun: 5 adalah suatu hubungan yang terhindar dari resiko kesehatan reproduksi remaja meliputi seksualitas, napza, dan
HIV aids. Selain itu juga dapat diartikan sebagai hubungan berpacaran dimana kondisi kedua belah pihak sehat baik secara fisik, social, maupun mental. Ada hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam menjalani pacaran sehat, yaitu adanya kasih, terhindar dari tindakan kekerasan, terbinanya kehidupan social di luar pacaran, saling
menghargai perasaan satu sama lain, tidak menghabiskan waktu berduaan saja terutama di tempat sepi, melakukan kegiatan positif bersama, menghindari barang-
24
barang yang berkonten pornografi, pengendalian diri, serta menghindari hubungan seks Mardiya, 2012: 5.
Selain hal-hal tersebut, ada dua prinsip yang harus dipegang teguh yaitu pacaran tidaklah mengikat dan jangan sekali-kali melakukan hubungan seks saat
pacaran. Pacaran tidak mengikat, dalam arti bahwa hubungan sosial dengan pihak lain tetap harus terjaga, seperti hubungan pertemanan dan keluarga haruslah tetap dibina
dengan baik. Hal itu agar selain mencegah terjadinya ketergantungan terhadap pasangan, juga agar remaja tidak merasa asing berada di lingkungannya sendiri.
Prinsip selanjutnya, yaitu larangan untuk melakukan hubungan seksual saat pacaran merupakan prinsip yang harus benar-benar diperhatikan dan dijalankan dikarenakan
dampak-dampak negatif yang dapat ditimbulkan seperti yang telah di sebutkan sebelumnya. “BKKBN”, par.8.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pacaran sehat digolongkan menjadi 1 sehat fisik, tidak ada kekerasan dalam berpacaran, dilarang
saling memukul, menampar ataupun menendang; 2 sehat emosional, hubungan terjalin dengan baik dan nyaman, saling pengertian dan keterbukaan, mampu
mengenali emosi diri sendiri dan emosi orang lain, mampu mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik: 3 sehat sosial, pacaran tidak mengikat artinya
hubungan social dengan yang lain harus tetap dijaga agar tidak merasa asing dengan lingkungan sendir; 4 sehat seksual, harus saling menjaga yaitu tidak melakukan hal-
25
hal yang beresiko, jangan sampai melakukan hal-hal yang beresiko, apalagi melakukan hubungan seks.
2.3 Bimbingan Kelompok