Escherichia coli sering ditemukan pada beberapa infeksi hewan. Mikroba
tersebut dapat merupakan agensia primer maupun sekunder pada infeksi. Infeksi E. coli
yang parah menyebabkan bakteriaemia atau septikemia disebabkan oleh E. coli
Lay dan Hastowo 2000. Escherichia coli merupakan agen penyakit pada hewan peka yaitu hewan menyusui dan hewan muda terutama yang berumur
kurang dari 1 minggu Carter dan John 1990. Penyakit yang disebabkan oleh E. coli
antara lain : infeksi intestinal dan mastitis pada sapi Carter dan John 1990; diare neonatal, enteritis hemoragika dan edema pada babi Supar et al. 1989; air
sacculitis , Hjare’s disease, enteritis dan kelainan organ reproduksi pada unggas
Anonim 2003; Wiryawan 2003.
2. 7 Salmonella sp.
Menurut Lignieres 1900, klasifikasi ilmiah Salmonella sp. Gambar 3 adalah sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella sp.
Gambar 3 Salmonella sp. Wikipedia 2007
22
Salmonella adalah salah satu bakteri penyebab infeksi yang sangat umum
terjadi di daerah-daerah dengan sanitasi dan kebersihan lingkungannya kurang terpelihara. Menurut Rhorer 1998 pada saat segar telur secara alami
terkontaminasi dengan jumlah mikroba 10 CFUml. Namun pada studi mereka membuktikan bahwa Salmonella sp. yang terkandung dalam telur secara alami
adalah 60 – 42 CFU Salmonella sp. perbutir telur. Sedangkan pada studi yang lain Humprey menemukan jumlah Salmonella sp. minimal 1 CFU dan maksimal 20
CFU pada telur yang besar. Pada umumnya infeksi Salmonella terjadi setelah memakan makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut dan
jumlah 10
5
- 10
8
. Hewan ternak, mamalia pengerat dan unggas secara alamiah terinfeksi dengan Salmonella dan mempunyai bakteri ini dalam jaringannya
daging, tinja atau telur Burrows et al. dalam Yulianingsih 1997. Salmonellosis adalah penyakit menular yang menyerang hewan dan atau
manusia, yang disebabkan oleh Salmonella. Salmonellosis merupakan penyakit zoonosis, dan bersifat food borne disease karena dapat menular dari hewan ke
manusia atau sebaliknya serta penularannya dapat terjadi melalui makanan dan minuman Gast 1997. Salmonella adalah bakteri gram negatif berbentuk batang
langsing, tidak membentuk spora, tidak berkapsel, bersifat motil kecuali Salmonella pullorum
dan Salmonella gallinarum dan gram negatif. Bakteri Salmonella
pertama kali diisolasi oleh Salmon dan Smith 1885 dari kasus kolera babi dan diberi nama Bacillus cholerasuis yang kemudian disebut Salmonella
cholerasuis . Setelah itu sejumlah peneliti lain berhasil mengisolasi bakteri
Salmonella dari penyakit hewan dan demam enterik, serta gastroentritis pada
manusia Dirjen Peternakan 1982. Hampir semua hewan rentan terhadap salmonellosis terutama ayam dan
babi. Derajat kerentanannya tergantung pada umur, kondisi tubuh induk semang serta keseimbangan flora dalam tubuh karena pengobatan antibiotika terus
menerus. Cara penularan salmonellosis terutama terjadi melalui saluran pencernaan yaitu akibat memakan atau meminum bahan makanan yang tercemari
bakteri Salmonella. Selain itu salmonellosis juga ditularkan secara intra uterin dan melalui telur. Penyebaran bakteri Salmonella terjadi melalui tinja penderita.
23
Penderita salmonellosis masih mengeksresi bakteri Salmonella 3 – 4 bulan setelah sembuh dari sakit Dirjen Peternakan 1982.
Telur yang terinfeksi ringan oleh Salmonella akan menghasilkan anak ayam yang bertahan hidup dan tumbuh menjadi besar carrier. Namun bersifat
carrier yang mungkin terus mengeksresikan Salmonella Pelzcar dan Chan 1981.
Penyakit salmonellosis dapat terjadi apabila sejumlah besar bakteri tertelan dalam keadaan hidup, dan di dalam saluran pencernaan menimbulkan gejala
gastroenteritis. Kerugian yang terjadi akibat salmonellosis pada hewan antara lain :
kematian, penurunan produksi ternak, abortus, kematian neonatal dan pengafkiran bahan makanan yang tercemar bakteri Salmonella. Salmonellosis pada unggas
umumnya disebut pullorum karena disebabkan oleh Salmonella pullorum. Gejala klinis pada unggas ialah tinja berwarna putih atau coklat kehijauan, nafsu makan
menurun, haus, lesu, sayap terkulai dan terjadi gangguan syaraf. Bahkan dapat menyebabkan kematian secara akut. Penyakit ini terutama menyerang unggas
muda. Kelainan pasca kematian pada pullorum akut, ditandai hati membengkak dan hemorrhagis, serta sekum berisi massa perkejuan. Pada proses subakut terjadi
pembesaran dan pembentukan sarang-sarang nekrosa pada jantung, hati, limpa dan paru-paru. Pada unggas dewasa penyakit ini dapat menyerang alat reproduksi
dengan tanda-tanda lesi pada ovum, penyimpangan bentuk, pendarahan serta pembentukan siste pada ovum Dirjen Peternakan 1982.
Menurut Jawetz
et al. dalam Yulianingsih 1997 secara klinis infeksi oleh
bakteri Salmonella dibagi atas 3 tipe yaitu : 1.
Demam enterik; Salmonella yang tertelan akan mencapai usus halus dan masuk ke dalam kelenjar getah bening, dan melalui aliran darah diangkut ke
berbagai organ lainnya, diantaranya hati dan limpa. Bakteri berkembang biak dalam jaringan limfoid dan diekskresikan dalam tinja.
2. Bakteriemia; invasi bakteri ke dalam darah setelah infeksi melalui mulut dan
dapat menimbulkan lesi lokal di paru-paru, tulang dan selaput otak. 3.
Gastroenteritis; gejala yang paling sering timbul dari infeksi Salmonella setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Setelah 8–48
jam akan menimbulkan demam, rasa mual, sakit kepala, muntah dan diare
24
yang hebat. Untuk kejadian demam ringan biasanya dapat sembuh 2–3 hari. Terdapat lesi-lesi peradangan usus halus dan usus besar.
Salmonella sp. tidak dapat bertahan hidup pada lingkungan kering, apabila
bakteri ini di letakkan di bawah sinar matahari ia akan mati dalam beberapa jam. Namun ia dapat bertahan hidup selama 20 hari dalam kamar gelap. Salmonella sp.
mati pada suhu pasteurisasi pada 10-12 menit, dalam fenol 0.6, 3 menit dalam KMnO
4
1 dan HgCl
2
. Karakteristik biokimia Salmonella sp. antara lain : tidak mengurai glukosa, mannitol, maltose, tidak menghidrolisis urea, tidak mencairkan
gelatin, tidak memproduksi indol, memproduksi asam dari glukosa serta tidak memproduksi asetyl metyl carbonil dari dextrose Dirjen Peternakan 1982.
2. 8 Struktur Antigen Salmonella sp.