8 Struktur Antigen Salmonella sp.

yang hebat. Untuk kejadian demam ringan biasanya dapat sembuh 2–3 hari. Terdapat lesi-lesi peradangan usus halus dan usus besar. Salmonella sp. tidak dapat bertahan hidup pada lingkungan kering, apabila bakteri ini di letakkan di bawah sinar matahari ia akan mati dalam beberapa jam. Namun ia dapat bertahan hidup selama 20 hari dalam kamar gelap. Salmonella sp. mati pada suhu pasteurisasi pada 10-12 menit, dalam fenol 0.6, 3 menit dalam KMnO 4 1 dan HgCl 2 . Karakteristik biokimia Salmonella sp. antara lain : tidak mengurai glukosa, mannitol, maltose, tidak menghidrolisis urea, tidak mencairkan gelatin, tidak memproduksi indol, memproduksi asam dari glukosa serta tidak memproduksi asetyl metyl carbonil dari dextrose Dirjen Peternakan 1982.

2. 8 Struktur Antigen Salmonella sp.

Antigen Ag adalah substansi pada tubuh inang dapat mendorong pembentukan antibodi. Pada umumnya antigen adalah protein, tetapi ada pula yang tersusun dari polisakaridapolipeptida Jawetz et al. dalam Yulianingsih 1997. Salmonella memiliki 3 macam antigen, yaitu Ag simatik O, Ag flagell H yang berbeda satudua fase dan Ag kapsul Vi. Ag O dan Ag H adalah antigen utama Salmonella. Bakteri Salmonella membentuk Ag O dan AG H yang termostabil. Antigen O kodenya angka Romawi I, II dsb. Antigen yang dihubungkan dengan sifat virulensi S. typhi diberi kode Vi, antigen ini tidak tahan panas. Identifikasi Salmonella dilakukan dengan uji sitrat, biokimia dan analisis antigenik Buxton dan Frasel dalam Yulianingsih 1997. Antigen O merupakan bagian di struktur pembentuk dinding sel bakteri. Sifat Ag ini ditentukan oleh lipopolisakarida yang tahan panas 100 °C, alkohol dan asam Lay dan Hastowo, 1992; Jawetz et al. dalam Yulianingsih, 1997. Sebagian besar Salmonella spp. memiliki lebih dari satu Ag O Buxton dan Fraser dalam Yulianingsih 1997. Antigen O ini ditulis dengan angka dimulai dari angka 1-65, contohnya S. enteritidis 1, 9, 12, yang artinya mempunyai AgO : 1, 9, 12 Holt 1979. Antigen H terdiri dari protein yang disebut flagellia Buxton dan Fraser dalam Yulianingsih 1997. Antigen ini bersifat termolabil Jawetz et al. dalam Yulianingsih 1997. Antigen menjadi tidak aktif pada suhu diatas 60 °C atau dalam suasana asam. Antigen H terdiri dari 2 fase yaitu tipe 25 monofase kode huruf kecil:a, b dsb dan tipe difase kode angka Arab: 1, 2 dsb. Antigen H dibagi kedalam dua fase yaitu fase spesifik fase 1 dan fase group fase 2. Antigen fase 1 ditulis dengan huruf kecil a, b, c, dst dan untuk selanjutnya ditulis dengan huruf Z dan angka 1, 2, 3, dst. Variasi Ag ini digunakan sebagai dasar untuk membedakan serotipe dalam masing-masing group, contohnya S. paratyphi B mempunyai Ag H: b: 1, 2 Buxton dan Fraser dalam Yulianingsih 1997. Antigen Vi berasal dari kata “virulance”, berhubungan dengan virulensi bakteri Volk dan Whecler 1990. Antigen Vi merupakan polisakarida yang terdapat pada permukaan sel bakteri. Antigen Vi dapat hancur pada inkubasi suhu 60 °C selama 1 jam, pada kondisi asam atau di dalam phenol Volk dan Whecler 1990. Jenis antigen lain pada Salmonella adalah S Smooth, R Rough, M Mucoid dan K Kapsular. Identifikasi berdasarkan serotipe ini disusun dalam suatu bagan yang disebut “KAUPMAN – WHITE SCHEMA” Dirjen Peternakan 1982. Tabel 3. Struktur Antigen Salmonella spp. Holt, 1979 Ag H flagella Group Spesies Ag O Fase 1 Fase 2 A S. paratyphi A 1, 2, 12 a - B S. paratyhphi B S. typhimurium S. derby 1, 4, 5, 12 1, 5, 6, 12 4, 12 b l f, g 1, 2 1, 2, 3 - C S. paratyphi C S. oramenburg S. Newport 6, 7 6, 7 6, 7 c m, t e, h 1, 5 - 1, 2, 3 D S. typhi S. enteritidis S. Dublin 9, 12 1, 9, 12 1, 9, 12 d g, m g, p - - - E S. landon S. anatum 3, 10 3, 10 l, v e, h 1, 6 1, 6 26 Strain bakteri Salmonella , S. enteritidis dan S. typhimurium merupakan penyebab salmonellosis yang paling sering dilaporkan. Di Amerika Serikat sekitar 50 kejadian salmonellosis pada manusia disebabkan oleh S. enteritidis, S. typhimurium dan S. heidelberg Pasual et al. 1999. S. enteritidis biasanya mengkontaminasi telur yang dihasilkan oleh induk yang terinfeksi bakteri tersebut dan menjadi sumber penularan. Penularan S. enteritidis pada telur terjadi secara vertikal dan horizontal Miyamoto et al. 1998. Penularan vertikal terjadi akibat kuning telur atau albumin tertular oleh bakteri tersebut yang terjadi didalam organ reproduksi induk yang terinfeksi. Sedangkan penularan horizontal terjadi akibat penetrasi S. enteritidis pada kerabang telur Gast 1997.

2. 9 Prinsip Uji Presipitasi sekunder