transovarial artinya caplak dewasa betina yang terinfeksi patogen akan dapat menularkannya pada generasi berikutnya atau sel-sel telurnya Hadi Soviana
2000. Caplak berumah dua dan tiga dapat menularkan organisme patogen secara transtadial. Pada transovarial, organisme patogen hanya dimungkinkan
oleh caplak berumah satu sebagai vektornya, misalnya pada transmisi Babesia bigemina oleh caplak Boophilus yang menurunkan ke keturunannya melalui
ovariumnya Bowman et al. 2003.
2.2 Badak Sumatera
Badak sumatera merupakan badak terkecil dari lima spesies badak yang ada di dunia. Keberadaannya di alam kurang dari 300 ekor, dengan populasinya
yang berkurang dengan cepat akibat kerusakan habitat dan perburuan liarMiller 1999; Macdonald 2001. Statusnya dikategorikan dalam Critically Endangered
CR – A1bcd, C2a dalam the IUCN Red List 2006
4
, dan terdaftar dalam Appendix I CITES
5
. Klasifikasi badak sumatera sebagai berikut: Kingdom
: Animalia Filum
: Chordata Subfilum
: Vertebrata Kelas
: Mamalia Subkelas
: Theria WWF 2002
6
Ordo : Perissodactyla
Subordo : Ceratomorpha
Famili : Rhinoceratidae
Genus : Dicerorhinus
Spesies : Dicerorhinus sumatrensis, Fischer 1814
2.2.1 Morfologi Badak Sumatera
Kulitnya kasar dan keras berwarna abu-abu – coklat, yang bentuknya berlipat-lipat membentuk seperti baju zirah Gambar 5. Salah satu ciri yang
paling unik yang membedakan dari badak lainnya, seluruh tubuhnya ditutupi dengan rambut yang kasar, berwarna coklat kemerahan Schenkel 1990.
Tubuhnya relatif pendek dan gemuk. Dua cula berada di moncongnya baik jantan maupun betina, dengan cula bagian depannya yang lebih panjang dibandingkan
4
http:www.redlist.org [18 Maret 2007]
5
http:www.cites.org [18 Maret 2007]
6
http:panda.orgresourcespublicationsspeciesthreatenedsumatranRhinocerosindex.cfm [11 Maret 2007]
dengan yang bagian belakang. Cula pada badak jantan biasanya lebih besar dibandingkan pada badak betina. Bagian bibir atasnya berbentuk kait dan dapat
mengkait prehensile Wilson Reeder 1993. Panjang tubuhnya diukur dari ujung moncong hidung sampai dengan ujung otot pinggul belakang 207–265 cm,
tinggi badan 97–131 cm. Panjang cula depan 10–23 cm, sedangkan cula belakang 5–12 cm. Berat badan antara 631 - 667 kg SRS, unpublish.
Gambar 5 Dua Ekor Badak Sumatera Dicerorhinus sumatrensis di SRS; Bina kiri, Torgamba kanan SRS 2005
Badak sumatera memiliki masa kebuntingan selama 477 hari berdasar data badak sumatera di Cincinnati Zoo, dengan angka kelahiran sebanyak satu
ekor per partus. Masa menyusui selama 18 bulan. Badak sumatera betina mencapai dewasa kelamin pada usia empat tahun, sedangkan jantan pada usia
tujuh tahun. Badak sumatera captive dapat mencapai usia sampai dengan 35 tahun Foose van Strien 1997.
2.2.2 Perilaku Badak Sumatera
Badak sumatera biasanya hidup soliter. Pada siang hari, mereka menghabiskan waktu dengan berkubang di kolam lumpur. Kubangan lumpur
tersebut biasanya dibuat oleh badak itu sendiri, dengan keadaan dalam radius 10–35 meter relatif bebas gangguan, karena biasanya digunakan untuk tempat
beristirahat Nowak 1991. Aktifitas berkubang berfungsi untuk mempertahankan suhu kulit agar tetap dingin dan melindungi dari kekeringan Macdonald 2001.
Badak sumatera dilaporkan melakukan pergerakan musiman, bergerak ke dataran yang lebih tinggi selama musim hujan, dan bergerak ke lembah-lembah
selama bulan-bulan dengan cuaca lebih cerah. Mereka mampu melakukan pergerakan di tebing-tebing, serta mampu berenang dengan baik Foose van
Strien 1997. Badak sumatera memiliki perilaku menggaram menjilat garam untuk memenuhi kebutuhan mineral esensial, yang juga berhubungan dengan
populasi mereka. Di sekitar satu tempat bergaram, kepadatan populasinya sekitar 13–14 ekor tiap satu kilometer perseginya Schenkel 1990. Wilayah
jelajah home range dari badak sumatera jantan dewasa sekitar 30 kilometer persegi, dengan batasan yang saling bertindih antar individunya overlapping.
Badak sumatera betina memiliki wilayah jelajah yang lebih kecil, dengan rata-rata 10–15 kilometer persegi. Keduanya jantan maupun betina menandai
wilayahnya dengan garukan kaki, kotoran, dan urin Wilson Reeder 1993. Badak sumatera umumnya mencari makan pada saat pagi setelah fajar
dan menjelang malam, serta di malam hari. Jenis makanan yang disukai badak sumatera kebanyakan ditemukan di daerah perbukitan, berupa tumbuhan,
semak, dan pohon-pohonan. Merumput tidak dilakukan kecuali untuk jenis-jenis bambu seperti Melocana bambusoides. Terdapat 102 jenis tanaman dalam 44
famili yang disukai badak sumatera. Sebanyak 82 jenis tanaman dimakan daunnya, 17 jenis dimakan buahnya, 7 jenis dimakan kulit dan batang mudanya,
dan 2 jenis dimakan bunganya Nowak 1991. Rata-rata konsumsi harian badak sumatera di Suaka Rhino Sumatera sebanyak 20–40 kg daun-daunan yang
diberikan pada badak atau hand feeding dan 3–6 kg buah-buahan, ditambah konsumsi di area paddock yang merupakan hutan alami yang belum diketahui
secara pasti Candra 2005.
2.2.3 Habitat dan Distribusi Badak Sumatera