Analisis Data Populasi Larva dan Nimfa Caplak di SRS 99 414

caplak dilakukan dengan menggunakan mikroskop stereo yang dicocokkan dengan kunci identifikasi dari Anastos 1950.

3.6 Analisis Data

Analisis data predileksi dilakukan dengan menghitung secara langsung caplak dewasa yang menempel dan menghisap darah di tubuh badak dibagi berdasarkan empat regio, yaitu : kepala; leher pundak; punggung ekor; serta ventral tubuh kaki, sekaligus dilakukan secara manual dengan proses removal dari tubuh badak. Data predileksi caplak dewasa yang didapat menempel dan menghisap darah di tubuh badak dianalisis dengan kategori sebagai berikut : - : Nihil + : 5 ekor sedikit ++ : 5 – 10 ekor banyak +++ : 10 ekor banyak sekali Data infestasi larva dan nimfa caplak dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis-jenis Caplak

Jenis ektoparasit dari famili Ixodidae yang ditemukan di Suaka Rhino Sumatera SRS terdiri atas dua jenis, yaitu Haemaphysalis hystricis dan Amblyomma testudinarium.

4.1.1 Haemaphysalis hystricis

Spesies ini merupakan parasit pada mamalia, walaupun pernah dilaporkan pernah ditemukan pada kura-kura, Geoemyda spinosa Anastos 1950. Dilaporkan pertama kali ditemukan di Sumatera pada 1915 oleh Nuttall dan Warburton Anastos 1950. Menurut Yamaguti et al. 1971 H. hystricis tersebar di daerah beriklim subtropis sampai tropis dengan inang yang cukup beragam diantaranya manusia, anjing, kerbau, babi, babi hutan, dan harimau. Saat ini sudah diketahui 168 spesies dari genus Haemaphysalis. Genus Haemaphysalis dicirikan dengan tidak berornata, tidak mempunyai mata, adanya feston, palpus yang pendek dan berbentuk kerucut, dimana artikel keduanya mengarah ke lateral, terilhat secara jelas. Trochanter dari pasangan kaki pertamanya memiliki prosessus dorsal. Spirakel pada betina berbentuk oval atau seperti ‘koma’, pada jantan berbentuk oval. Permukaan ventral pada jantan tidak memiliki piringan kitin. Spesies ini biasanya berukuran kecil Soulsby 1974, Bowman et al. 2003, Jongejan Uilenberg 2004. Jenis caplak yang ditemukan pada badak-badak sumatera yaitu Rosa, Torgamba, Bina, dan Ratu Gambar 9 ini mempunyai ciri-ciri morfologi sama dengan yang diuraikan oleh Anastos 1950 Gambar 10 berikut ini. Jantan. Tiga spesimen yang diambil di Sumatera memiliki panjang 3.0, 2.7, dan 2.5 mm serta lebar 2.1, 2.0, dan 2.0 mm, tidak termasuk kapitulumnya. Badan berbentuk oval memanjang, agak mengecil di bagian anteriornya, lebih lebar di bagian tengahnya. Skutum berwarna kuning hingga kecoklatan; memiliki punctata-punctata yang kecil, dangkal, dan tersebar tidak merata; lekuk servical yang kecil, membentuk celah yang dalam di anteriornya, serta melebar di bagian posteriornya; permukaan dorsal tidak rata serta melandai ke tepinya; pseudoskutum memiliki kemiringan yang kecil; tidak adanya celah lateral, atau seringkali keberadaan celah sangat pendek di depan feston pertama di tiap sisinya; feston berjejer sepanjang lekukan posteriornya. Badan bagian ventral berwarna kuning muda, memiliki punctata yang pendek-pendek, putih, serta memiliki rambut yang tidak terlalu mencolok; arah lekuk genital berlawanan dengan koksa II; arah anus berlawanan dengan spirakel; spirakelnya berbentuk ‘koma’ menonjol ke dorsal; lekuk genital meluas melingkari anus; pelebaran dari lekuk anal hampir menyentuh lekuk genital. Kakinya panjang, kokoh, dan berambut banyak; koksa I relatif panjang taji eksternalnya; koksa II–IV dengan taji yang lebih pendek, trokhanter I memiliki ventral dan dorsal taji yang arahnya ke posterior; tarsinya melandai; pulvillus memiliki panjang kira-kira dua sampai tiga kalinya cakar. Kapitulum memiliki panjang 0.56 mm; basisnya berbentuk persegi panjang, dengan sisinya yang hampir lurus; kornuanya besar, hampir memiliki lebar yang sama dengan panjangnya; palpinya menonjol tegak lurus ke lateral; palpi artikel kedua dan ketiga hampir setara; artikel kedua memiliki perpanjangan seperti cuping di batas antero-internal; artikel ketiga memiliki taji dorsal yang kuat di bagian tengah dari batas posterior; hipostomnya pendek; formula pergigiannya 4 : 4, dengan 10–12 gigi tiap file-nya. Betina. Spesimen betina yang belum menghisap darah memiliki panjang 3.3 mm, lebar 2.3 mm, tidak termasuk kapitulum. Badan berbentuk oval memanjang, melebar di bagian tengahnya. Skutum memiliki panjang 0.075–1.2 mm dan lebar 1.0–1.5 mm, kuning, dengan skapula yang berwarna lebih gelap; punctata berukuran sedang, sedikit, dan merata; lekuk servical sama dalamnya dengan saluran yang keluar dari batas anterior, berlanjut melebar ke posterior, lekuk yang dangkal tidak mencapai batas skutum. Abdomennya memiliki punctata yang sangat kecil; spirakel hampir berbentuk melingkar, dekat dengan bagian tepi dorsal; arah genital berlawanan dengan koksa II; arah anal berlawanan dengan spirakel; lekuk genital meluas secara bertahap, tapi terbuka sangat lebar di bagian anal; perpanjangan dari lekuk anal menyatu dengan lekuk genital. Kaki dan koksa memiliki ciri yang sama dengan jantan. Panjang dari kapitulum 0.64 mm; basisnya berbentuk persegi panjang, sekitar tiga kali panjang lebarnya, bagian area berpori luas, oval, dalam, dan tumpul; palpus memiliki panjang sekitar dua kali dari lebarnya, menonjol ke arah lateral; artikel ke-2 lebih panjang, dengan penonjolan seperti lobus di bagian batas antero-internal; artikel ke-3 dengan taji dorsal yang jelas, dan taji ventralnya lebih panjang; hipostomnya pendek; formula pergigiannya 4:4, dengan 10–12 gigi tiap file-nya. Gambar 9 Caplak Dewasa A dan Larva B Haemaphysalis hystricis Keterangan : A – E, Jantan : A, Skutum; B, Koksa I – IV; C, Spirakel; D, Kapitulum dilihat dari dorsal; E, Kapitulum dilihat dari ventral. F – K, Betina : F, Skutum; G, Koksa I – IV; H, Tarsus IV; I, Spirakel; J, Kapitulum dilihat dari dorsal; K, Kapitulim dilihat dari ventral Gambar 10 Morfologi Haemaphysalis hystricis Anastos1950 A B

4.1.2 Amblyomma testudinarium

Distribusi dari Amblyomma testudinarum di Indonesia tersebar pada daerah Jawa, Sumatera, Lombok dan Sumba, serta inang yang disukainya adalah Rhinoceros sondaicus atau sejenis badak lainnya Anastos 1950. Saat ini sudah diketahui 129 spesies dari genus Amblyomma. Genus Amblyomma dicirikan dengan bagian mulutnya yang mecolok dengan panjang melebihi basis kapituli, segmen palpus kedua memiliki panjang setidaknya dua kali dari palpus ketiganya. Genus ini memiliki mata dan feston, skutumnya memiliki ornata yang khas, serta tidak memiliki keping adanal. Jenis Aponoma elaphensis mirip dengan genus ini, tapi bisa dibedakan dari ukurannya yang lebih kecil dan tidak memiliki mata. Genus ini tersebar dari daerah subtropis sampai tropis. Genus Amblyomma memiliki inang yang cukup variatif yaitu mamalia, amphibi, dan reptil. Stadium yang belum dewasa bahkan diketahui menginfestasi burung, sebagai satu di antara faktor yang menyebabkan genus ini memiliki distribusi yang cukup luas Bowman et al. 2003, Jongejan Uilenberg 2004. Jenis caplak yang ditemukan pada badak-badak sumatera yaitu Rosa, Torgamba, Bina, dan Ratu Gambar 11 ini mempunyai ciri-ciri morfologi sama dengan yang diuraikan oleh Anastos 1950 Gambar 12 berikut ini. Jantan. Panjang tubuh 5.4–6.4 mm dan lebar 5.1–6.0 mm, tidak termasuk kapitulum. Tubuhnya berbentuk oval meluas, dan mengkerucut di anterior. Skutum berwarna kuning–jingga dan coklat muda, memiliki ornata dibandingkan jenis lainnya; punctata sedikit, besar dan menyebar tidak merata, dengan adanya pertemuan yang jelas dengan feston di bagian anterior; lekuk servicalnya pendek, dalam, dan berbentuk ‘koma’; mata terlihat cukup besar, kuning, dan rata. Feston terlihat menonjol. Permukaan ventral badan berwarna kuning, agak mengkerut dan memiliki beberapa punctata; arah bukaan genital berhadapan dengan koksa II; lubang anal berhadapan dengan bagian batas posterior dari keping spirakel; keping spirakel berbentuk ‘koma’ dan terletak oblique; otot scutes di bagian feston berwarna coklat tua; peltae paralel dengan feston dan terletak secara jelas di postero-internal. Kaki panjang dan kokoh, adanya tanda melingkar yang terlihat samar-samar di bagian ujung distal tiap ruasnya; koksa I memiliki dua taji yang tidak sama, dimana taji eksternal lebih panjang; koksa II dan III masing-masing lebar, memiliki taji yang melingkar; koksa IV memilki satu taji yang panjangnya kira-kira dua kali dari lebarnya; tarsinya pendek, di ujungnya terdapat taji terminal dan sub-terminal; pulvillus kira-kira setengah panjang cakarnya. Kapitulumnya panjang; basis berbentuk persegi panjang dengan sisi-sisinya yang konveks dan pada batas posteriornya berbentuk konkaf; palpusnya panjang, dengan artikel ke-2 sedikit lebih panjang, kira-kira dua kali dari artikel ke-3; hipostom panjang dan ramping; formula pergigiannya 4:4, dengan 8–9 gigi tiap filenya. Gambar 11 Caplak Dewasa A dan Larva B Amblyomma testudinarium A B Keterangan : A – G, Jantan : A, Skutum; B, Koksa I – IV; C, Kapitulum dilihat dari dorsal; D, Spirakel; E, Tarsus I; G, Ventral muscle sentes. H – M, Betina : H, Skutum; I, Koksa I – IV; J, Kapitulum tampak dari dorsal; K, Spirakel; J, Tarsus IV; M, Tarsus I. Gambar 12 Morfologi Amblyomma testudinarium Anastos 1950 Betina. Betina yang telah penuh darah panjangnya 25 mm dengan lebar 18 mm serta lebar 15 mm. Bentuk tubuh yang belum menghisap darah hampir bulat. Skutum berbentuk segitiga, lebih panjang lebarnya dibandingkan panjangnya sendiri, sudut posteriornya tumpul, panjang 3.15 mm dengan lebar 3.9 mm, jumlah dan corak dari ornamennya sangat variatif; punctata tidak sama, tersebar tidak merata, dengan satu bentukan yang cukup besar di batas lateral dekat mata; lekuk servical kecil dan berbentuk ‘koma’; mata berwarna kuning, besar, mencolok. Bagian dorsal abdomen memiliki beberapa punctata yang besar dan adanya rambut pendek yang berwarna putih; bagian dorsal fovea kecil, gelap, dan mencolok.

4.2 Populasi Larva dan Nimfa Caplak di SRS

Jumlah caplak yang didapatkan dari dalam area kandang SRS sebanyak 513 ekor, dengan rincian sebanyak 99 ekor dari spesies Amblyomma testudinarium dan 414 ekor Haemaphysalis hystricis Tabel 1, Gambar 13, dan Gambar 14. Sebanyak 603 ekor yang didapatkan dari luar area kandang SRS, dengan rincian sebanyak 418 ekor dari spesies Amblyomma testudinarium dan 185 ekor Haemaphysalis hystricis Tabel 2, Gambar 15, dan Gambar 16. Tabel 1 Data Populasi Larva dan Nimfa Caplak di Dalam Area Kandang SRS No Tanggal Lokasi Jumlah n=10 Rata-rata ∑n Spesies A. testudinarium H. hystricis 1 120706 I – A 13 1.3 3 23.08 10 76.92 2 160706 I – B 31 3.1 16 51.61 15 48.39 3 190706 II – A 11 1.1 - 11 100 4 110706 II – B 28 2.8 10 35.71 18 64.29 5 140706 III – A 21 2.1 7 33.33 14 66.67 6 100706 III – B 31 3.1 5 16.13 26 83.87 7 070806 IV – A 30 3.0 7 23.33 23 76.67 8 070806 IV – B 67 6.7 10 14.93 57 85.07 9 070806 V – A 213 21.3 33 15.49 180 84.51 10 070806 V – B 68 6.8 8 11.76 60 88.24 Jumlah ∑ 513

51.3 99

19.30 414

80.70 Keterangan : I -A dan I -B: Kandang Bina; II -A dan II -B: Kandang Torgamba; III -A: Kandang Ratu; III -B: Kandang Rosa; IV -A, IV -B, V -A, dan V -B: Kosong I - A 3 I - B 6 II - A 2 II - B 5 III - A 4 III - B 6 IV - A 6 IV - B 13 V - A 42 V - B 13 Keterangan : I -A dan I -B: Kandang Bina; II -A dan II -B: Kandang Torgamba; III -A: Kandang Ratu; III -B: Kandang Rosa; IV -A, IV -B, V -A, dan V -B: Kosong Gambar 13 Diagram Populasi Caplak Famili : Ixodidae di Area Kandang SRS Gambar 14 Diagram Persentase Populasi Jenis Caplak Famili : Ixodidae di Area Kandang SRS Tabel 2 Data Populasi Larva dan Nimfa di Luar Area Kandang SRS No Tanggal Lokasi Jumlah Rata-rata Spesies A. testudinarium H. hystricis 1 090806 DK – I 111 22.2 63 56.76 48 43.24 2 090806 DK – II 34 6.8 14 41.18 20 58.82 3 090806 DK – III 143 28.6 82 57.34 61 42.66 4 090806 DK – IV 260 52 239 91.92 21 8.08 5 090806 DK – V 55 11 20 36.36 35 63.64 Jumlah ∑ 603 120.6 418

69.32 185