185 Keberadaan Caplak (Parasitiformes : Ixodidae) di Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas Lampung dan Kaitannya dalam Penularan Penyakit pada Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)

Keterangan : I -A dan I -B: Kandang Bina; II -A dan II -B: Kandang Torgamba; III -A: Kandang Ratu; III -B: Kandang Rosa; IV -A, IV -B, V -A, dan V -B: Kosong Gambar 13 Diagram Populasi Caplak Famili : Ixodidae di Area Kandang SRS Gambar 14 Diagram Persentase Populasi Jenis Caplak Famili : Ixodidae di Area Kandang SRS Tabel 2 Data Populasi Larva dan Nimfa di Luar Area Kandang SRS No Tanggal Lokasi Jumlah Rata-rata Spesies A. testudinarium H. hystricis 1 090806 DK – I 111 22.2 63 56.76 48 43.24 2 090806 DK – II 34 6.8 14 41.18 20 58.82 3 090806 DK – III 143 28.6 82 57.34 61 42.66 4 090806 DK – IV 260 52 239 91.92 21 8.08 5 090806 DK – V 55 11 20 36.36 35 63.64 Jumlah ∑ 603 120.6 418

69.32 185

30.68 Keterangan : DK : daerah di depan kandang ke-... Keterangan : DK : daerah di depan kandang ke-... Gambar 15 Diagram Populasi Caplak Famili : Ixodidae di Luar Area Kandang SRS At 19 Hh 81 At Hh Amblyomma testudinarium Haemaphysalis hystricis Jumlah DK - I 18 DK - II 6 DK - III 24 DK - IV 43 DK - V 9 Gambar 16 Diagram Persentase Populasi Jenis Caplak Famili : Ixodidae di Luar Area Kandang SRS Berdasarkan data-data pada Tabel 1 dan Tabel 2 dapat disederhanakan sebagai berikut: a Jumlah caplak di luar area kandang SRS lebih banyak dibandingkan di area kandang SRS sendiri. b Urutan banyaknya caplak di area kandang SRS dari yang terbanyak yaitu kandang V – A 42; V – B dan IV – B 13; I – B, III – B, IV - A 6; II - B 5; II - A 4; I - A 3; serta II - A 2. c Urutan banyaknya caplak di luar area kandang SRS dari yang terbanyak yaitu DK-IV 43; DK - III 24; DK-I 18; DK-V 9; serta DK-II 6. d Jenis caplak Haemaphysalis hystricis 81 lebih banyak di bandingkan Amblyomma testudinarium 19 di area kandang SRS, sebaliknya persentase berbalik di luar area kandang SRS, jenis Amblyomma testidunarium 69 lebih banyak dibandingkan Haemaphysalis hystricis 31. Pada saat pengambilan spesimen ditemukan bahwa jumlah larva atau nimfa caplak yang berada di daerah kosong lebih banyak dibandingkan di daerah yang dihuni oleh badak. Faktor inang diduga berpengaruh pada keadaan tersebut, dimana daerah-daerah yang kosong jarang dilewati oleh badak sebagai inang, sehingga larva dan nimfa caplak tidak tersebar akibat tidak pernah menempel pada inang mengakibatkan terbentuknya titik-titik spot yang memiliki populasi yang tinggi di daerah-daerah kosong pada umumnya. Hal tersebut bertolakbelakang dengan Swai et al. 2006 yang meneliti bahwa jumlah caplak yang rendah di padang penggembalaan di Amani, Tanzania berhubungan At 69 Hh 31 Haemaphysalis hysricis Amblyomma testudinarium dengan jumlah ternak yang sedikit di daerah tersebut walaupun ada inang reservoirnya. Keadaan serupa juga terjadi di SRS, walaupun sebuah kandang kosong tidak diisi oleh badak, tapi keberadaan satwaliar lain seperti siamang, babi hutan, dan tupai tetap ada Andriansyah 2007, komunikasi pribadi. Seperti pada kandang IV dan kandang V, jumlah keberadaan larva dan nimfa sangat banyak. Ditemukan titik-titik dimana populasinya begitu tinggi, misal di kandang V-A rata-rata temuan tiap titiknya mencapai 21.8 caplak dibandingkan dengan rataan di titik lainnya yang berkisar antara 1.1–6.8 caplak saja Tabel 1. Gambar 17 Area Paddock Kandang Lepas di Suaka Rhino Sumatera Selain itu, saat pengambilan spesimen ditemukan kecenderungan populasi larva dan nimfa caplak tinggi di tempat spot dengan ciri-ciri tertentu, yaitu mendapat cahaya matahari yang cukup, berada di sepanjang tepian jalur badak, banyak terdapat tumpukan daun-daun kering, dan pada vegetasi yang rendah Gambar 17. Untuk data keberadaan jenis-jenis caplak di dalam dan di luar area perkandangan SRS dari jenis A. testudinarium dan H. hystricis, dimana hasil yang ditemukan seperti disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2, populasi H. hystricis lebih banyak daripada A. testudinarium di dalam area kandang SRS Tabel 1 dan keadaan sebaliknya terjadi di luar area kandang SRS Tabel 2. Dari data tersebut bisa dikatakan tidak ada pola yang pasti untuk penyebaran jenis-jenis caplak. Hal tersebut berkaitan dengan perilaku caplak yang meletakkan telurnya secara acak di tanah setelah kenyang menghisap darah inang Bowman et al. 2003. Pola oviposisi dari caplak belum diketahui secara pasti faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga sulit untuk memetakan kecenderungan jenis-jenis caplak dalam menyebarkan telurnya. Menurut Norval dan Lightfoot 1982 keberadaan jenis-jenis caplak dipengaruhi waktu antar musim dan antar tahun dan area antara habitat dan zona ekologi yang dikaitkan dengan beberapa faktor, seperti keberagaman inang, dan mikroklimat.

4.3 Predileksi Caplak Dewasa di Tubuh Badak