Keterangan : I -A dan I -B: Kandang Bina; II -A dan II -B: Kandang Torgamba; III -A: Kandang Ratu; III -B: Kandang Rosa; IV -A, IV -B, V -A, dan V -B: Kosong
Gambar 13 Diagram Populasi Caplak Famili : Ixodidae di Area Kandang SRS
Gambar 14 Diagram Persentase Populasi Jenis Caplak Famili : Ixodidae di Area Kandang SRS
Tabel 2 Data Populasi Larva dan Nimfa di Luar Area Kandang SRS
No Tanggal
Lokasi Jumlah
Rata-rata Spesies
A. testudinarium H. hystricis
1 090806
DK – I 111
22.2 63
56.76 48
43.24 2
090806 DK – II
34 6.8
14 41.18
20 58.82
3 090806
DK – III 143
28.6 82
57.34 61
42.66 4
090806 DK – IV
260 52
239 91.92
21 8.08
5 090806
DK – V 55
11 20
36.36 35
63.64
Jumlah ∑ 603
120.6 418
69.32 185
30.68
Keterangan : DK : daerah di depan kandang ke-...
Keterangan : DK : daerah di depan kandang ke-...
Gambar 15 Diagram Populasi Caplak Famili : Ixodidae di Luar Area Kandang SRS
At 19
Hh 81
At Hh
Amblyomma testudinarium
Haemaphysalis
hystricis
Jumlah
DK - I 18
DK - II 6
DK - III 24
DK - IV 43
DK - V 9
Gambar 16 Diagram Persentase Populasi Jenis Caplak Famili : Ixodidae di Luar Area Kandang SRS
Berdasarkan data-data pada Tabel 1 dan Tabel 2 dapat disederhanakan sebagai berikut:
a Jumlah caplak di luar area kandang SRS lebih banyak dibandingkan di area
kandang SRS sendiri. b
Urutan banyaknya caplak di area kandang SRS dari yang terbanyak yaitu kandang V – A 42; V – B dan IV – B 13; I – B, III – B, IV - A 6; II - B
5; II - A 4; I - A 3; serta II - A 2. c
Urutan banyaknya caplak di luar area kandang SRS dari yang terbanyak yaitu DK-IV 43; DK - III 24; DK-I 18; DK-V 9; serta DK-II 6.
d
Jenis caplak Haemaphysalis hystricis 81 lebih banyak di bandingkan Amblyomma testudinarium 19 di area kandang SRS, sebaliknya
persentase berbalik di luar area kandang SRS, jenis Amblyomma testidunarium 69 lebih banyak dibandingkan Haemaphysalis hystricis
31. Pada saat pengambilan spesimen ditemukan bahwa jumlah larva atau
nimfa caplak yang berada di daerah kosong lebih banyak dibandingkan di daerah yang dihuni oleh badak. Faktor inang diduga berpengaruh pada keadaan
tersebut, dimana daerah-daerah yang kosong jarang dilewati oleh badak sebagai inang, sehingga larva dan nimfa caplak tidak tersebar akibat tidak pernah
menempel pada inang mengakibatkan terbentuknya titik-titik spot yang memiliki populasi yang tinggi di daerah-daerah kosong pada umumnya. Hal tersebut
bertolakbelakang dengan Swai et al. 2006 yang meneliti bahwa jumlah caplak yang rendah di padang penggembalaan di Amani, Tanzania berhubungan
At 69
Hh 31
Haemaphysalis hysricis
Amblyomma testudinarium
dengan jumlah ternak yang sedikit di daerah tersebut walaupun ada inang reservoirnya. Keadaan serupa juga terjadi di SRS, walaupun sebuah kandang
kosong tidak diisi oleh badak, tapi keberadaan satwaliar lain seperti siamang, babi hutan, dan tupai tetap ada Andriansyah 2007, komunikasi pribadi. Seperti
pada kandang IV dan kandang V, jumlah keberadaan larva dan nimfa sangat banyak. Ditemukan titik-titik dimana populasinya begitu tinggi, misal di kandang
V-A rata-rata temuan tiap titiknya mencapai 21.8 caplak dibandingkan dengan rataan di titik lainnya yang berkisar antara 1.1–6.8 caplak saja Tabel 1.
Gambar 17 Area Paddock Kandang Lepas di Suaka Rhino Sumatera
Selain itu, saat pengambilan spesimen ditemukan kecenderungan populasi larva dan nimfa caplak tinggi di tempat spot dengan ciri-ciri tertentu, yaitu
mendapat cahaya matahari yang cukup, berada di sepanjang tepian jalur badak, banyak terdapat tumpukan daun-daun kering, dan pada vegetasi yang rendah
Gambar 17. Untuk data keberadaan jenis-jenis caplak di dalam dan di luar area
perkandangan SRS dari jenis A. testudinarium dan H. hystricis, dimana hasil yang ditemukan seperti disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2, populasi H. hystricis
lebih banyak daripada A. testudinarium di dalam area kandang SRS Tabel 1 dan keadaan sebaliknya terjadi di luar area kandang SRS Tabel 2. Dari data
tersebut bisa dikatakan tidak ada pola yang pasti untuk penyebaran jenis-jenis caplak. Hal tersebut berkaitan dengan perilaku caplak yang meletakkan telurnya
secara acak di tanah setelah kenyang menghisap darah inang Bowman et al. 2003.
Pola oviposisi dari caplak belum diketahui secara pasti faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga sulit untuk memetakan kecenderungan jenis-jenis
caplak dalam menyebarkan telurnya. Menurut Norval dan Lightfoot 1982 keberadaan jenis-jenis caplak dipengaruhi waktu antar musim dan antar tahun
dan area antara habitat dan zona ekologi yang dikaitkan dengan beberapa faktor, seperti keberagaman inang, dan mikroklimat.
4.3 Predileksi Caplak Dewasa di Tubuh Badak