4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Jenis-jenis Caplak
Jenis ektoparasit dari famili Ixodidae yang ditemukan di Suaka Rhino Sumatera SRS terdiri atas dua jenis, yaitu Haemaphysalis hystricis dan
Amblyomma testudinarium.
4.1.1 Haemaphysalis hystricis
Spesies ini merupakan parasit pada mamalia, walaupun pernah dilaporkan pernah ditemukan pada kura-kura, Geoemyda spinosa Anastos 1950.
Dilaporkan pertama kali ditemukan di Sumatera pada 1915 oleh Nuttall dan Warburton Anastos 1950. Menurut Yamaguti et al. 1971 H. hystricis tersebar
di daerah beriklim subtropis sampai tropis dengan inang yang cukup beragam diantaranya manusia, anjing, kerbau, babi, babi hutan, dan harimau.
Saat ini sudah diketahui 168 spesies dari genus Haemaphysalis. Genus Haemaphysalis dicirikan dengan tidak berornata, tidak mempunyai mata, adanya
feston, palpus yang pendek dan berbentuk kerucut, dimana artikel keduanya mengarah ke lateral, terilhat secara jelas. Trochanter dari pasangan kaki
pertamanya memiliki prosessus dorsal. Spirakel pada betina berbentuk oval atau seperti ‘koma’, pada jantan berbentuk oval. Permukaan ventral pada jantan tidak
memiliki piringan kitin. Spesies ini biasanya berukuran kecil Soulsby 1974, Bowman et al. 2003, Jongejan Uilenberg 2004.
Jenis caplak yang ditemukan pada badak-badak sumatera yaitu Rosa, Torgamba, Bina, dan Ratu Gambar 9 ini mempunyai ciri-ciri morfologi sama
dengan yang diuraikan oleh Anastos 1950 Gambar 10 berikut ini.
Jantan. Tiga spesimen yang diambil di Sumatera memiliki panjang 3.0, 2.7, dan
2.5 mm serta lebar 2.1, 2.0, dan 2.0 mm, tidak termasuk kapitulumnya. Badan berbentuk oval memanjang, agak mengecil di bagian anteriornya, lebih lebar di
bagian tengahnya. Skutum berwarna kuning hingga kecoklatan; memiliki punctata-punctata yang kecil, dangkal, dan tersebar tidak merata; lekuk servical
yang kecil, membentuk celah yang dalam di anteriornya, serta melebar di bagian posteriornya; permukaan dorsal tidak rata serta melandai ke tepinya;
pseudoskutum memiliki kemiringan yang kecil; tidak adanya celah lateral, atau seringkali keberadaan celah sangat pendek di depan feston pertama di tiap
sisinya; feston berjejer sepanjang lekukan posteriornya. Badan bagian ventral berwarna kuning muda, memiliki punctata yang pendek-pendek, putih, serta
memiliki rambut yang tidak terlalu mencolok; arah lekuk genital berlawanan dengan koksa II; arah anus berlawanan dengan spirakel; spirakelnya berbentuk
‘koma’ menonjol ke dorsal; lekuk genital meluas melingkari anus; pelebaran dari lekuk anal hampir menyentuh lekuk genital. Kakinya panjang, kokoh, dan
berambut banyak; koksa I relatif panjang taji eksternalnya; koksa II–IV dengan taji yang lebih pendek, trokhanter I memiliki ventral dan dorsal taji yang arahnya
ke posterior; tarsinya melandai; pulvillus memiliki panjang kira-kira dua sampai tiga kalinya cakar. Kapitulum memiliki panjang 0.56 mm; basisnya berbentuk
persegi panjang, dengan sisinya yang hampir lurus; kornuanya besar, hampir memiliki lebar yang sama dengan panjangnya; palpinya menonjol tegak lurus ke
lateral; palpi artikel kedua dan ketiga hampir setara; artikel kedua memiliki perpanjangan seperti cuping di batas antero-internal; artikel ketiga memiliki taji
dorsal yang kuat di bagian tengah dari batas posterior; hipostomnya pendek; formula pergigiannya 4 : 4, dengan 10–12 gigi tiap file-nya.
Betina. Spesimen betina yang belum menghisap darah memiliki panjang 3.3
mm, lebar 2.3 mm, tidak termasuk kapitulum. Badan berbentuk oval memanjang, melebar di bagian tengahnya. Skutum memiliki panjang 0.075–1.2 mm dan lebar
1.0–1.5 mm, kuning, dengan skapula yang berwarna lebih gelap; punctata berukuran sedang, sedikit, dan merata; lekuk servical sama dalamnya dengan
saluran yang keluar dari batas anterior, berlanjut melebar ke posterior, lekuk yang dangkal tidak mencapai batas skutum. Abdomennya memiliki punctata
yang sangat kecil; spirakel hampir berbentuk melingkar, dekat dengan bagian tepi dorsal; arah genital berlawanan dengan koksa II; arah anal berlawanan
dengan spirakel; lekuk genital meluas secara bertahap, tapi terbuka sangat lebar di bagian anal; perpanjangan dari lekuk anal menyatu dengan lekuk genital. Kaki
dan koksa memiliki ciri yang sama dengan jantan. Panjang dari kapitulum 0.64 mm; basisnya berbentuk persegi panjang, sekitar tiga kali panjang lebarnya,
bagian area berpori luas, oval, dalam, dan tumpul; palpus memiliki panjang sekitar dua kali dari lebarnya, menonjol ke arah lateral; artikel ke-2 lebih panjang,
dengan penonjolan seperti lobus di bagian batas antero-internal; artikel ke-3 dengan taji dorsal yang jelas, dan taji ventralnya lebih panjang; hipostomnya
pendek; formula pergigiannya 4:4, dengan 10–12 gigi tiap file-nya.
Gambar 9 Caplak Dewasa A dan Larva B Haemaphysalis hystricis
Keterangan : A – E, Jantan : A, Skutum; B, Koksa I – IV; C, Spirakel; D, Kapitulum dilihat dari dorsal; E,
Kapitulum dilihat dari ventral. F – K, Betina : F, Skutum; G, Koksa I – IV; H, Tarsus IV; I, Spirakel; J, Kapitulum dilihat dari dorsal; K, Kapitulim dilihat dari ventral
Gambar 10 Morfologi Haemaphysalis hystricis Anastos1950
A B
4.1.2 Amblyomma testudinarium