I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan Hutan Tanaman Industri HTI dilakukan sejak tahun 1980-an di Indonesia. Untuk menunjang tercapainya keberhasilan hutan
tanaman, diadakan pembangunan pesemaian baik permanen maupun non permanen. Pengadaan bibit melalui pesemaian ini menghadapi berbagai
permasalahan seperti munculnya hama dan penyakit yang dapat menyerang sewaktu-waktu.
Pada pesemaian Perhutani Pongpoklandak di Cianjur, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, beberapa jenis bibit menunjukkan penyakit hawar daun
blight. Tanda yang terlihat yaitu terdapatnya miselium berwarna putih pada permukaan daun yang terserang. Hasil identifikasi sampai tingkat genus di
laboratorium menunjukkan bahwa jenis cendawan tersebut adalah Rhizoctonia
sp. Maesaroh, 2003. Cendawan Rhizoctonia sp. merupakan salah satu penyebab penyakit
lodoh yang sangat berbahaya bagi pesemaian karena dapat menyerang dan menyebabkan penyakit pada sejumlah jenis tanaman pada kondisi lingkungan
yang beragam. Serangan penyakit lodoh selain merupakan salah satu penyebab utama berkurangnya jumlah bibit yang dapat disediakan untuk
keperluan penanaman, juga dapat menurunkan kualitas semai. Beberapa upaya pengendalian penyakit telah banyak diteliti dan
dipraktikkan, berupa pengendalian secara fisik, kimiawi maupun secara biologi hayati. Bagaimana cara menekan populasi patogen secara efektif
perlu dipelajari untuk tiap jenis patogen. Informasi mengenai penyakit dan patogen penyebabnya masih perlu digali, diantaranya bagaimana berbagai
jenis atau suatu patogen dapat bertahan hidup di lapangan, dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap daya tahan hidupnya, kemampuan
bereproduksi serta perkembangan penyakit. Keberadaan dan keberhasilan hidup organisme tidak hanya ditentukan
oleh ketiadaankekurangan suatu faktor lingkungan yang diperlukan, tetapi juga seringkali oleh batas toleransi yang dimiliki oleh organisme yang
bersangkutan. Hukum Shelford menyatakan suatu organisme memiliki faktor
ekologi minimum dan maksimum, dengan batas-batas kisaran toleransi tertentu Hadi, 2001. Faktor fisik merupakan salah satu faktor pembatas
dalam pertumbuhan, perkembangan dan penyebaran suatu jenis organisme. Oleh karena itu perlu diketahui pengaruh berbagai faktor lingkungan
terhadap ketahanan hidup dari patogen. Berdasarkan informasi yang diperoleh dapat diketahui kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi kelangsungan
siklus suatu penyakit. Informasi-informasi tersebut diperlukan dalam rangka pengembangan cara untuk penanggulangan penyakit tersebut.
Studi biakan secara in vitro merupakan sarana bagi pemahaman biologi, fisiologi dan ekologi cendawan. Melalui studi biakan in vitro dapat diuji
dengan teliti antara lain respon pertumbuhan cendawan terhadap pH, temperatur dan kelembaban, serta fisiologi karbohidrat dan mineral, juga
produksi enzim dan hormon.
B. Tujuan penelitian
1. Untuk mengkaji media tumbuh in vitro yang memberikan kondisi
pertumbuhan terbaik atau sebaliknya kondisi yang merugikan terhadap pertumbuhan cendawan Rhizoctonia sp.
2. Untuk mengetahui sumber karbon karbohidrat yang memberikan
pertumbuhan terbaik bagi Rhizoctonia sp. 3.
Untuk mengetahui toleransi terhadap derajat kemasaman dan menentukan pH terbaik untuk pertumbuhan Rhizoctonia sp. secara in vitro.
4. Untuk mengetahui pengaruh penggoyangan media terhadap pertumbuhan
cendawan Rhizoctonia sp.
C. Hipotesis
1. Pada kondisi media semakin asam dan semakin basa alkali, pertumbuhan
cendawan Rhizoctonia sp. akan semakin terhambat. 2.
Media dengan sumber karbon monosakharida Glukosadekstrosa mengakibatkan respon pertumbuhan Rhizoctonia sp. yang berbeda dari
media dengan sumber karbon disakaridaoligosakarida sukrosa. 3.
Perlakuan fisik penggoyangan menggunakan shaker berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan Rhizoctonia sp.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Cendawan Rhizoctonia sp.