molekul kecil seperti gula, alkohol dan asam organik sampai polimer besar seperti protein, lipid, polisakarida dan lignin. Sumber karbon memberikan dua
fungsi essensial di dalam fisiologi jamur dan organisme heterotrofik lain, yaitu: 1 mensuplai kebutuhan karbon untuk sintesis komponen kritis seperti
karbohidrat, protein, lipid, dan asam nukleat, dan 2 oksidasinya menyediakan sumber energi untuk menjalankan fungsi yang sesuai
menyangkut proses penting bagi kehidupan jamur Garraway dan Evans, 1984.
Sebagian besar jenis cendawan menggunakan monosakarida, tetapi tidak dapat menggunakan molekul yang lebih besar yang terdiri atas subunit
monosakarida yang sama. Sebagai contoh, Rhizopus nigricans, tumbuh kurang baik pada sukrosa tetapi subur pada glukosa atau fruktosa. Hal ini berkaitan
dengan ketidakmampuan dari jamur ini menghidrolisis disakarida. Suatu jenis fungi mungkin mempunyai kemampuan untuk menggunakan sumber karbon
tertentu untuk pertumbuhan vegetatif, tetapi tidak mampu menggunakannya untuk produksi struktur khusus Garraway dan Evans, 1984.
Pada umumnya fungi mampu untuk merombak karbohidrat dan bahan- bahan organik lainnya dengan reaksi enzimatik sehingga membuatnya lebih
mudah untuk asimilasi Butler dan Jones, 1955. Kebutuhan cendawan akan karbohidrat lebih besar dari pada nutrisi lainnya, akan tetapi sumber nitrogen
juga harus dipenuhi. Secara alami Deuteromycetes memiliki kemampuan genetik mensintesis enzim untuk dapat memakai karbon dari berbagai macam
sumber, salah satu diantaranya adalah selulosa, sumber karbon yang jumlahnya melimpah Barnett dan Hunter, 1998.
2. Pengaruh pH Media terhadap Pertumbuhan Rhizoctonia sp.
Pertumbuhan dan perkembangan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor nutrisi tetapi juga oleh faktor fisik. Nilai pH memiliki peran penting dalam
proses metabolisme nutrisi. Kondisi optimal bagi cendawan bervariasi tergantung spesies dan strainnya. Sebagian besar cendawan, sel vegetatifnya
tumbuh baik pada kondisi asam mendekati netral Chang dan Miles, 1997. Kisaran pH optimum untuk pertumbuhan Rhizoctonia sp. yang
didapatkan dari studi ini adalah pH 4-8, dengan pertumbuhan terbaik terjadi
pada pH 8. Perbedaan nilai pH medium optimal tersebut menurut Garraway dan Evans 1984, karena pH untuk pertumbuhan jamur bervariasi antar galur
ataupun antara spesies. Menurut Sarles et al. 1956, reaksi dari medium diperlihatkan pada
bagian konsentrasi ion hidrogen biasanya disebut pH sedapat mungkin digunakan untuk mengetahui pengaruhnya pada kecepatan dan tingkat
pertumbuhan dari mikroorganisme. Semua mikroorganisme mempunyai pH optimum, dimana mereka dapat tumbuh baik, pH minimum dimana sebagian
besar reaksinya asam, dimana mereka akan tumbuh, dan pH maksimum dimana sebagian besar reaksinya alkali atau basa yang memungkinkan mereka
tumbuh. Wolpert 1924 dalam Lilly dan Barnett 1951, menemukan bahwa
selang pH dari banyak jamur bervariasi pada media yang berbeda dan menyimpulkan bahwa selang pH yang paling luas diperoleh pada media yang
baik, dalam hal ini media PDL dan PDA yang memiliki sumber karbon dekstrosaglukosa.
Kebanyakan fungi tumbuh baik bila substrat sedikit asam antara pH 5 dan pH 6. Akan tetapi fungi masih mampu tumbuh dengan baik pada selang
yang lebih luas, dari sekitar pH 3 sampai pH 8. Spesies tertentu bahkan toleransinya sampai pada selang yang jauh lebih lebar seperti Rhizoctonia
solani , pH 2.5 – 8.5 Barnett dan Hunter, 1998.
Cendawan Rhizoctonia sp. memiliki toleransi hidup pada selang pH yang lebar, dan harus diwaspadai. Selain itu Rhizoctonia sp. juga memiliki
kemampuan untuk menyebabkan penyakit pada kisaran suhu tanah, pH tanah, tipe tanah, tingkat kesuburan, dan kelembaban tanah yang luas. Kemampuan
alami Rhizoctonia sp. ini akibat dari luasnya potensi genetik yang dimiliki. Isolat Rhizoctonia sp. dapat menyebabkan penyakit pada sejumlah spesies
tanaman dengan kondisi lingkungan yang beragam Kucharek, 1994. Rhizoctonia
sp. masih dapat hidup pada tanah dengan pH 2.4 dan 9, tetapi tumbuh baik pada tanah dengan pH 3.5 dan 7.5 Agrios, 1988.
Carlile et al. 2001 menyatakan bahwa konsentrasi ion hidrogen pada medium dapat mempengaruhi pertumbuhan secara tidak langsung, yaitu
melalui efek pada tersedianya nutrisi, atau secara langsung melalui aktivitas pada permukaan sel. Perkembangan morfologi juga dipengaruhi oleh derajat
kemasaman pH. Selain itu pH juga mempunyai efek terhadap proses metabolik, sehingga jamur mampu menggunakan zat tertentu untuk
mendapatkan kebutuhan nutrisinya. Derajat kemasaman juga mempengaruhi aktivitas enzim, dan pemecahan molekul kedalam ion-ion pada membran
permeabel. Derajat kemasaman optimal dapat membuat zat tertentu melewati membran kemudian dimanfaatkan oleh jamur yang sebelumnya tidak dapat
memanfaatkan zat tersebut Chang dan Miles, 1997. Karena pengangkut molekul adalah protein, aktivitas mereka
dipengaruhi oleh temperatur, pH dan penghambat lain yang juga mempengaruhi enzimnya. Derajat kemasaman penting karena keterlibatan H
+
dalam hal symportpengangkutan dari banyak molekul. Pengangkutan aktif dapat dipengaruhi oleh bahan kimia atau faktor fisik yang mempengaruhi
pernapasanrespirasi dan begitu pula produksi energi di dalam sel itu Garraway dan Evans, 1984.
Aktivitas enzim dipengaruhi oleh pH. Secara umum, ada suatu korelasi langsung antara selang pH optimum untuk sebagian besar enzim dan selang pH
optimum untuk pertumbuhan. Haldane 1930 dalam Lilly dan Barnett 1951 menemukan dari 105 enzim yang diteliti kecuali 9 diantaranya, berfungsi
optimal antara pH 4 dan 8. Kebanyakan jamur juga mempunyai pH optimal untuk pertumbuhan antara batas tersebut, kemungkinan pH mempengaruhi
tingkat pertumbuhan jamur, setidaknya pada sebagian proses, dengan memodifikasi tingkat reaksi enzimatik tertentu Lilly dan Barnett, 1951.
konsentrasi ion hidrogen eksternal juga mempengaruhi pH di dalam sel, yang pada gilirannya mempengaruhi aktivitas enzim. Enzim gagal
fungsinya pada pH yang ekstrem, tetapi enzim memiliki pH optimum yang berbeda-beda untuk aktifitasnya. Kebanyakan optimal antara pH 4 dan pH 8 .
Moore-Landecker, 1972. Banyak sel hanya dapat berfungsi pada selang pH yang amat sempit,
karena itu membutuhkan larutan penyangga yang dapat mempertahankan selang pH yang sempit tersebut agar metabolisme dapat berlangsung normal.
Pada sistem kehidupan ada tiga jenis larutan penyangga yang amat berperan yaitu larutan protein, bikarbonat dan fosfat yang memiliki sistem sendiri.
Walaupun suatu jenis mikroorganisme mampu hidup pada pH lingkungan atau pH eksternal berselang luas, akan tetapi enzim yang bekerja di dalam sel akan
tetap bekerja pada pH internal sel. Hal ini dapat terjadi karena enzim pada sitoplasma memiliki suatu sistem mekanisme sendiri sehingga organisme
tersebut dapat beradaptasi terhadap lingkungan yang eksternal pH-nya luas. Dengan mekanisme tersebut suatu bentuk kehidupan akan dapat bertahan
hidup pada pH eksternal atau lingkungan yang berselang luas, akan tetapi pH internalnya dimana enzim bekerja tidak harus berselang luas Hawab, Bintang,
Kustaman, 1989. Moore-Landecker 1972 menjelaskan bahwa pengaruh pH terhadap
pertumbuhan ada dua. Pengaruh yang pertama adalah terdapatnya ion logam. Ion logam ini dapat membentuk ikatan kompleks dan pada tingkat pH tertentu
sulit dipecahkandiuraikan. Pengaruh kedua adalah pada permeabilitas sel yang dapat berubah pada tingkat kemasaman atau kebasaan yang berbeda.
Akibatnya yang terutama dapat terlihat pada senyawa-senyawa yang mengalami ionisasi. Penjelasan yang mungkin adalah pada pH rendah
membran protoplasma dipenuhi dengan ion hidrogen, sehingga aliran kation- kation yang essensial terhambatterbatas. Sebaliknya pada pH tinggi membran
protoplasma dipenuhi dengan ion hidroksil yang akan menghambat aliran anion-anion yang essensial. Pada pH rendah asam p-Aminobenzoic berada
sebagai asam bebas, selain itu pH rendah merupakan kondisi yang baik untuk pengambilan vitamin. Pada pH 6 dibutuhkan delapan kali lebih banyak asam
asam p-aminobenzoic dibanding pada pH 4 untuk mendukung pertumbuhan cendawan.
3. Pengaruh Penggoyangan Media terhadap Pertumbuhan Rhizoctonia sp.