Tahap 1 : Pembentukan Tim HACCP Tahap 2 : Mendeskripsikan Produk Tahap 3 : Identifikasi Pengguna Produk Tahap 4 : Penyusunan Diagram Alir Tahap 5 : Verifikasi Diagram Alir di tempat

menyimpulkan cara terbaik untuk menghasilkan produk dengan jaminan keamanan mendekati 100 adalah dengan sistem pencegahan dan penyimpanan rekaman data yang baik Dept. ITP, 2005. Pillsbury menerbitkan dokumen lengkap HACCP pertama pada tahun 1973 dan sukses diterapkan pada makanan kaleng berasam rendah. NAS kemudian membentuk National Advisory Committee on Konsep HACCP diadopsi oleh berbagai badan internasional seperti Codex Alimentarius Commission CAC. Indonesia juga mengeluarkan konsep HACCP dalam bentuk Standar Nasional Indonesia SNI 01-4852-1998 pada tahun 1998 Dept. ITP, 2005. Tujuan penerapan HACCP di industri pangan adalah untuk mencegah terjadinya bahaya pada rantai pasokan pangan dan proses produksi, berupa kontaminasi bahaya mikrobiologis, kimia maupun fisik. HACCP dapat diterapkan dalam rantai produksi pangan, dimulai dari produksi bahan baku pangan, penanganan, pengolahan, distribusi, pemasaran dan konsumsi oleh konsumen selaku pengguna produk akhir. Meskipun demikian, HACCP bukanlah sistem jaminan keamanan pangan yang bersifat tanpa resiko zero risk. HACCP dirancang untuk meminimumkan resiko bahaya keamanan pangan. Awalnya penerapan HACCP pada industri pangan di beberapa negara hanya bersifat sukarela. Banyak industri pangan di Indonesia yang telah menerapkan HACCP karena dokumen HACCP menjadi salah satu persyaratan dalam dokumen pengiriman produk impor. Dua persyaratan utama penerapan HACCP di industri pangan adalah penerapan Good Manufacturing Practices GMP dan Standar Sanitation Operational Procedure SSOP. Tahap-tahap pembuatan HACCP plan adalah:

1. Tahap 1 : Pembentukan Tim HACCP

Tim HACCP dibentuk oleh ketua tim atau orang yang memiliki keahlian atas keamanan pangan di industri, atau ahli HACCP, baik dari dalam maupun dari luar industri. Anggota tim HACCP sebaiknya menguasai disiplin ilmu yang berbeda-beda, seperti ahli kimia, ahli mikrobiologi, ahli manajemen, ahli produksi, ahli mesin dan sebagainya. Anggota tim HACCP dapat berasal dari berbagai level jabatan di industri, baik general manager, QA manager, supervisor dan inspektor. staff Quality Assurance atau Staff Quality Control, staff produksi, staff engineering dan staff Laboratorium atau ahli mikrobiologi. Tim HACCP bertugas menulis SSOP, membuat rencana HACCP, mengimplementasikan HACCP dan melakukan verifikasi HACCP.

2. Tahap 2 : Mendeskripsikan Produk

Deskripsi produk adalah kumpulan informasi mengenai produk. Informasi mencakup nama produk, komposisi, karakteristik produk akhir, struktur fisik maupun kimia, metode pengawetan, bahan pengemas, cara pengemasan, kondisi penyimpnanan, metode distribusi, masa simpan, pelabelan dan langkah yang harus dilakukan konsumen sebelum mengkonsumsi produk.

3. Tahap 3 : Identifikasi Pengguna Produk

Pengguna produk ditentukan berdasarkan manfaat yang dinikmati oleh konsumen. Informasi tentang pengguna produk menunjukkan kelompok populasi konsumen yang dapat mengkonsumsi produk.

4. Tahap 4 : Penyusunan Diagram Alir

Penyusunan diagram alir proses pembuatan produk dilakukan dengan mencatat seluruh tahapan proses, sejak bahan baku diterima, hingga produk siap disimpan dan didistribusikan. Diagram alir juga wajib mencantumkan ahan-bahan yang digunakan selama pengolahan air, bahan tambahan pangan, pengemas dan sebagainya dan bahan- bahan yang dihasilkan sebagai produk sampingan limbah, dan sebagainya maupun produk akhir.

5. Tahap 5 : Verifikasi Diagram Alir di tempat

Verifikasi adalah pengujian dan peninjauan ketepatan proses pengolahan dengan diagram alir proses yang telah dibuat. Bila diagram alir tidak tepat atau kurang sempurna maka dilakukan modifikasi dan perubahan diagram alir. Verifikasi dapat dilakukan dengan mengamati aliran proses, kegiatan pengambilan contoh, wawancara dan percobaan pengolahan non produksi.

6. Tahap 6prinsip 1 : Analisa Bahaya