UJI PERFORMANSI MESIN PENYOSOH BURU HOTONG

B. UJI PERFORMANSI MESIN PENYOSOH BURU HOTONG

Data hasil pengujian dari mesin penyosoh biji hotong pada berbagai tingkat kadar air biji hotong dapat dilihat pada Tabel 6. Dari Tabel 6, perubahan kadar air biji hotong berpengaruh terhadap peningkatan kapasitas mesin penyosoh kulit biji hotong, rendemen penyosohan, efektifitas kipas penyosoh, susut tercecer, dan kualitas penyosohan buru hotong. Contoh perhitungan performansi mesin penyosoh buru hotong dapat dilihat pada Lampiran 20. Tabel 6. Karakteristik teknik mesin penyosoh biji hotong Kriteria Kadar air 11.1 Kadar air 8.5 Kadar air 6.2 Kapasitas penyosohan kgjam Rendemen Efektifitas kipas Susut tercecer Persentase biji Tersosoh Persentase biji tak tersosoh Persentase biji pecah 44.86 60.17 14.95 6.58 91.86 1.00 7.14 40.90 62.80 15.29 3.51 92.97 1.93 5.11 32.15 68.97 14.56 5.83 93.00 3.03 3.97

a. Kapasitas Penyosohan Buru Hotong

Kapasitas penyosohan adalah banyaknya bahan yang disosoh per satuan waktu jam. Semakin banyak bahan yang tersosoh dalam waktu yang relatif singkat menunjukkan bahwa kapasitas yang dicapai semakin tinggi, dan sebaliknya semakin sedikit bahan yang tersosoh dalam waktu yang lama berarti kapasitas penyosohan yang dicapai akan rendah. Analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan kadar air biji hotong berpengaruh sangat nyata terhadap kapasitas penyosohan pada penyosohan biji hotong menggunakan mesin penyosoh pada taraf nyata 0.05. Peningkatan kadar air bahan menunjukkan peningkatan pada kapasitas penyosohan. Kapasitas penyosohan yang tertinggi adalah pada kadar air 11.1 yakni sebesar 44.86 kgjam. Kapasitas penyosohan yang terendah adalah pada kadar air 6.2 yakni sebesar 32.15 kgjam, sedangkan pada kadar air 8.5 mempunyai kapasitas penyosoh sebesar 40.90 kgjam. Peningkatan kapasitas penyosohan pada tingkat kadar air yang meningkat dapat disebabkan karena faktor bahan. Kadar air bahan diturunkan dengan cara pengeringan menyebabkan ukuran bahan tersebut menjadi lebih kecil dibandingkan jika tidak dikeringkan. Kadar air yang lebih tinggi dapat menyebabkan biji hotong mudah tersosoh karena dengan ukuran biji yang besar maka memungkinkan terjadinya gesekan antara biji dengan biji, biji dengan roller, dan biji dengan plat dan begitu juga sebaliknya jika kadar air lebih rendah maka proses penyosohan semakin lambat, oleh karena itu kapasitas penyosohan semakin menurun pula. Hubungan antara kadar air dengan kapasitas penyosohan dapat dilihat pada Gambar 15. Pengukuran kapasitas penyosohan buru hotong dapat dilihat pada Lampiran 11. 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 6.20 8.50 11.10 Kadar Air Kapasi tas Penyosohan K g jam Gambar 15. Hubungan antara kadar air dengan kapasitas penyosohan

b. Rendemen Penyosohan Buru Hotong

Rendemen penyosohan biji bersih hasil penyosohan diperoleh dengan cara membagi berat biji hasil penyosohan dengan berat awal bahan yang disosoh kemudian dikali dengan 100. Rendemen ini merupakan hasil dari 3 tiga kali proses penyosohan dengan cara pengulangan pada proses penyosohan. Analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan kadar air biji hotong berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen penyosohan pada penyosohan biji hotong menggunakan mesin penyosoh pada taraf nyata 0.05. Data hasil pengujian mesin penyosoh biji hotong ini menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas mesin pada proses penyosohan mengakibatkan rendemen penyosohan mengalami penurunan. Rendemen tertinggi diperoleh ketika kadar airnya rendah yakni pada kadar air 6.2 sebesar 68.97 dan rendemen terkecil diperoleh ketika kadar air 11.1 sebesar 60.17, sedangkan pada kadar air 8.5 maka diperoleh rendemen 62.80. Hal ini disebabkan karena ketika pada kadar air tinggi akan mengakibatkan biji hotong saling menempel dan menempel pada roller dan menempel pada rumah penyosoh akibatnya biji hotong yang keluar akan sedikit karena tertahan pada rumah penyosoh sehingga rendemen penyosohan akan semakin menurun. biji hotong banyak yang keluar melalui celah yang ada pada rumah penyosoh. Begitu juga sebaliknya, kadar air rendah akan mengakibatkan biji tidak saling menempel dan juga tidak menempel pada roller dan tidak menempel pada rumah penyosoh, sehingga biji hotong akan sedikit tertahan pada rumah penyosoh, akibatnya rendemen yang dihasilkan akan tinggi karena banyak biji hotong yang keluar melalui lubang pengeluaran. Hubungan antara kadar air dengan peningkatan rendemen dapat dilihat pada Gambar 16. Pengukuran rendemen penyosohan buru hotong dapat dilihat pada Lampiran 11. 54 56 58 60 62 64 66 68 70 6.20 8.50 11.10 Kadar Air Rendemen Penyosohan Gambar 16. Hubungan rendemen penyosohan dengan kadar air

c. Efektifitas Kipas Penyosohan Buru Hotong

Setelah melalui proses penyosohan di dalam rumah penyosoh, kulit biji yang telah tersosoh, debu dan kotoran masih bercampur dengan biji yang telah tersosoh, untuk memisahkan kulit biji dan kotoran tersebut supaya mendapatkan hasil penyosohan yang bersih, maka diperlukan suatu aliran udara dengan kecepatan tertentu sehingga kulit biji dan kotoran dapat dipisahkan dengan biji yang tersosoh. Hal ini menggunakan prinsip bahwa aliran udara dapat menghisap sekaligus menghembuskan kulit biji dan kotoran. Aliran udara penghisap sekaligus penghembus ini dapat dihasilkan oleh blower kipas tipe sentrifugal berbentuk siput. Efektifitas kipas sangat rendah, efektifitas kipas diperoleh dengan cara membagi jumlah dedak yang dapat dihisap oleh kipas dengan jumlah dedak keseluruhan yang dihasilkan dari proses penyosohan ini. Efektifitas kipas yang rendah diakibatkan oleh adanya celah pada pada blower dan panjang selang yang menghubungkan antara lubang pengeluaran biji hotong dengan lubang pengeluaran dedak terlalu panjang serta diameter selang yang terlalu lebar. Adanya celah pada blower mengakibatkan dedak keluar melalui celah kipas sehingga dedak berhamburan keluar dan menyebabkan keadaan sekitar mesin penyosoh kotor. Panjang selang yang terlalu panjang mengakibatkan penghisapan dedak menuju saluran pengeluaran dedak sangat sulit karena energi yang dibutuhkannya sangat besar, akibatnya banyak dedak hotong keluar bersama-sama dengan biji hotong sosoh melalui saluran pengeluaran biji hotong sosoh. Diameter yang terlalu lebar akan mengakibatkan kecepatan hisap semakin berkurang, sehingga kemampuan menghisap dedak berkurang pula, dengan demikian dedak akan keluar bersama-sama dengan biji hotong sosoh. Analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan kadar air biji hotong berpengaruh sangat nyata terhadap efektifitas kipas penyosohan pada penyosohan biji hotong menggunakan mesin penyosoh pada taraf nyata 0.05. Pengukuran efektifitas kipas dapat dilihat pada Lampiran 12. Perbedaan kadar air berpengaruh terhadap efektifitas kipas hal ini dapat dilihat pada Gambar 17, yakni bahwa pada kadar air 8.5 diperoleh efisien yang paling tinggi dibandingkan dengan kadar air yang lainnya, yakni sebesar 15.29, pada kadar air 6.2 diperoleh efektifitas kipas sebesar 14.56, sedangkan pada kadar air 11.1 diperoleh efektifitas sebesar 14.95. Ini menunjukkan bahwa dengan kandungan kadar air yang tinggi menyebabkan efektifitas kipas yang rendah, ini disebabkan karena dedak biji hotong tersebut juga mempunyai kadar air yang tinggi sehingga kipas kurang mampu menghisap dedak, akibatnya dedak akan keluar bersama-sama dengan biji hotong sosoh melalui saluran biji hotong sosoh, dan bila kadar air terlalu rendah maka dedak biji banyak yang keluar melalui celah akibatnya dedak yang keluar melalui kipas sedikit yang menagkibatkan efektifitas kipas terlalui rendah. 14 14.2 14.4 14.6 14.8 15 15.2 15.4 6.20 8.50 11.10 Kadar Air Efektifitas Kipas Gambar 17. Hubungan efektifitas kipas dengan kadar air

d. Susut Tercecer Penyosohan Buru Hotong

Susut tercecer biji hotong hasil penyosohan diperoleh dengan cara membagi berat biji yang tercecer pada penyosohan dengan berat biji yang disosoh kemudian dikali dengan 100. Susut tercecer ini diperoleh dengan cara mengambil biji yang tercecer ketika waktu penyosohan berlangsung dan biji tidak tertampung pada tempat penampung. Hubungan antara susut tercecer dengan kadar air dapat dilihat pada Gambar 4. Analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan kadar air biji hotong berpengaruh sangat nyata terhadap susut tercecer penyosohan pada taraf nyata 0.05. Biji tercecer terjadi karena ketika penyosohan biji hotong ada yang keluar dari celah mesin dan ada pula yang keluar dari tempat penampungan. Gambar 18 menunjukkan bahwa susut tercecer terendah terjadi pada kadar air 8.5 sebesar 3.51, sedangkan susut tercecer terbesar terjadi pada kadar air 11.1 sebesar 6.58. Susut tercecer pada kadar air 6.2 sebesar 5.83. Hal ini disebabkan karena dengan kadar air yang tinggi yaitu 11.1 maka menghasilkan kapasitas yang tinggi sehingga biji banyak yang keluar dari penampungan penyosoh dan keluar dari celah yang ada pada rumah penyosoh, akibatnya susut tercecer juga akan semakin besar, begitu juga dengan kadar air yang rendah yaitu 6.2 juga menyebabkan susut tercecer yang cukup besar pula. Pengukuran persentase susut tercecer dapat dilihat pada Lampiran 13. 1 2 3 4 5 6 7 6.20 8.50 11.10 Kadar Air Susut Tercecer Gambar 18. Hubungan susut tercecer dengan kadar air

e. Kualitas Penyosohan Buru Hotong

Biji yang tersosoh dengan baik adalah biji yang telah bersih dari kulitnya, warna hasil penyosohan kuning terang. Kualitas penyosohan yang baik adalah persentasi biji utuh dan tersosoh setinggi mungkin, biji tidak tersosoh dan biji pecah serendah mungkin. Kualitas penyosohan dapat dilihat pada Gambar 19. Analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan kadar air biji hotong berpengaruh sangat nyata terhadap kualitas penyosohan pada taraf nyata 0.05. Gambar 19. Kualitas penyosohan buru hotong Persentase biji tersosoh tertinggi diperoleh pada saat penyosohan pada kadar air 6.2 sebesar 93.00 dan mempunyai persentase biji pecah yang paling rendah yaitu sebesar 3.97, namun persentase biji tidak tersosoh paling tinggi sebesar 3.03. Hal ini disebabkan karena dengan kadar air yang rendah maka biji yang mempunyai kadar air yang rendah akan memerlukan waktu yang cukup lama dalam penyosohan sehingga biji yang akan tersosoh kemungkinan besar akan banyak, tetapi kelemahan penyosohan dengan kadar air yang cukup rendah akan menyebabkan biji sulit tersosoh karena kulit dengan biji melekat sangat kuat. Gambar hubungan antara kadar air dengan kualitas penyosohan dapat dilihat pada Gambar 20. 20 40 60 80 100 6.20 8.50 11.10 Kadar Air Kual it as Penyosohan Biji Tersosoh Biji Tidak Tersosoh Biji Pecah Gambar 20. Hubungan kualitas penyosohan dengan kadar air Persentase biji tersosoh terendah diperoleh pada saat penyosohan pada kadar air 11.1 sebesar 91.86 dan mempunyai persentase biji pecah yang paling tinggi yakni sebesar 7.14. Persentase biji tidak tersosoh pada kadar air 11.1 merupakan persentase yang paling rendah dibandingkan pada kadar air yang lainnya yaitu sebesar 1.00. Hal ini disebabkan karena dengan kadar air yang tinggi maka biji akan memerlukan waktu yang cukup cepat untuk disosoh sehingga biji yang akan tersosoh kemungkinan akan sedikit, tetapi kelebihannya penyosohan dengan kadar air yang cukup tinggi akan menyebabkan biji yang tidak tersosoh sedikit. Persentase biji tersosoh pada kadar air 8.5 adalah sebesar 92.97, sedangkan persentase biji tidak tersosoh sebesar 1.93 dan persentase biji pecah sebesar 5.11. Pengukuran persentase kualitas penyosohan dapat dilihat pada Lampiran 13. Rata-rata biji hotong yang tersosoh dapat dilihat bahwa besarnya daiatas 90 tetapi dibawah 100, jadi bila dibandingkan dengan kualitas sosohan beras maka biji sosoh buru hotong ini termasuk kualitas B yaitu dengan syarat biji yang tersosoh diatas 90. Beras sosoh yang termasuk kualitas yang paling bagus yaitu tidak ada beras yang tidak tersosoh atau dengan kata lain bahwa beras tersosoh 100. Ini digolongkan pada Kualitas A.

C. UJI PERFORMANSI MESIN PENEPUNG BURU HOTONG