0.64 g. Hal ini disebabkan karena massa jenis pada bagian tengah malai yang juga lebih tinggi dibandingkan massa jenis pada bagian malai yang lainnya.
Bagian ujung mempunyai berat malai sebesar 1.25 ± 0.68 g, sedangkan pada
bagian pangkal mempunyai berat sebesar 1.29 ± 0.64 g. Pengukuran massa jenis
ini dapat disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Massa jenis dan persentase berat biji hotong per malai hotong
Komponen Pangkal Tengah
Ujung Keseluruhan
Massa jenis gml Berat 1000 biji g
Berat malai g Berat bijimalai g
Persentase berat biji per malai
0.64 ± 0.01
1.14 ± 0.01
1.29 ± 0.64
0.99 ± 0.48
77.23 ± 4.30
0.65 ± 0.01
1.22 ± 0.07
1.63 ± 0.75
1.32 ± 0.60
81.49 ± 3.10
0.63 ± 0.01
1.24 ± 0.12
1.25 ± 0.68
1.02 ± 0.55
81.31 ± 3.47
0.64 ± 0.01
1.19 ± 0.03
4.17 ± 1.96
3.35 ± 1.54
80.27 ± 2.53
Tabel diatas menunjukkan bahwa persentase berat biji per malai pada bagian tengah paling besar dibandingkan dengan pada bagian yang lainnya yaitu
sebesar 81.49 ± 3.10, sedangkan yang terkecil pada bagian pangkal sebesar
77.23 ± 4.30 dan pada bagian ujung mempunyai persentase berat biji per
malai sebesar 81.31 ± 3.47. Pengukuran karakteristik malai buru hotong dapat
dilihat pada Lampiran 6 dan persentase berat biji per malai dapat dilihat pada Lampiran 9.
4. Perontokan secara manual
Pengukuran terhadap perontokan secara manual meliputi kapasitas perontokan, rendemen dan susut tercecer biji. Kapasitas perontokan, rendemen
dan susut tercecer dapat dilihat pada Tabel 5. Kerontokan biji hotong dari malainya dapat dilakukan dengan empat
metode yaitu : a. Biji dirontokan dengan cara diurut sampai 15 kali oleh tangan bertekanan
rendah, biji yang berhasil dirontokan lebih dari 85 seluruh biji pada malai dan malai tidak patah.
b. Biji dirontokan dengan cara digilas oleh tangan diatas permukaan meja sampai 5 kali bertekanan rendah, biji yang berhasil dirontokan lebih dari
85 dari seluruh biji pada malai dan malai tidak patah. c. Biji dirontokan dengan digilas oleh kedua tangan sampai 9 kali bertenaga
agak kuat, biji yang berhasil dirontokan lebih besar dari 85 dari seluruh biji pada malai dan malai tidak patah.
d. Biji dirontokan dengan dibanting ke permukaan meja sampai 10 kali bertenaga kuat, biji yang berhasil dirontokan sekitar 20 dari seluruh biji
pada malai dan malai tidak patah. Perontokan secara manual dilakukan dengan berbagai kecepatan yakni
kecepatan rendah, kecepatan sedang dan kecepatan tinggi. Cara perontokan secara manual ini yaitu dengan cara menggerak-gerakkan jari telunjuk yang bertemu
dengan ibu jari sambil menekan atau semacam mengurut searah dari pangkal sampai ujung malai. Kapasitas perontokan didapat dari berat biji terontokan dibagi
dengan berat malai awal.
Tabel 5. Perontokan buru hotong secara manual Komponen
Kecepatan tinggi Kecepatan sedang
Kecepatan rendah Kapasitas kgjam
Rendemen Susut tercecer
0.59 ± 0.004
70.70 ± 1.30
8.11 ± 1.58
0.51 ± 0.012
72.62 ± 0.67
5.64 ± 0.97
0.41 ± 0.008
75.84 ± 0.19
1.51 ± 0.02
Tabel diatas menunjukkan bahwa perontokan pada kecepatan tinggi diperoleh kapasitas yang tinggi yakni 0.59
± 0.004 kgjam, tetapi diperoleh rendemen yang kecil dan susut tercecer yang besar yakni rendemennya sebesar
70.70 ± 1.30 dan susut tercecernya sebesar 8.11 ± 1.58, sedangkan dengan
kecepatan yang rendah diperoleh kapasitas yang rendah sebesar 0.41 ± 0.008
kgjam, tetapi diperoleh rendemen yang besar yakni 75.84 ± 0.19 dan susut
tercecer yang cukup kecil sebesar 1.51 ± 0.02. Perontokan dengan kecepatan
sedang menghasilkan kapasitas sebesar 0.51 ± 0.012 kgjam, dan menghasilkan
rendemen sebesar 72.62 ± 0.67, serta menghasilkan susut tercecer sebesar
5.64 ± 0.97. Perontokan secara manual ini menghasilkan kapasitas yang sangat
rendah maka diperlukan suatu alat yang dapat membantu untuk meningkatkan kapasitas perontokan. Perhitungan perontokan manual dapat dilihat pada
Lampiran 10.
5. Pengeringan