KCl 50 kgha diberikan saat tanam, pemberian pupuk dilakukan dalam larikan tanaman.
7. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika tanaman menunjukkan adanya gejala serangan hama penyakit. Hama utama yang umumnya
menyerang adalah ulat penggerek dan dapat dicegah dengan furadan 3G. Dosis furadan 3G 20 kgha dan diberikan dengan cara menyebar merata diatas
lahan.
8. Panen
Panen hasil dilakukan pada saat malai mulai berwarna coklat dengan keseragaman warna mencapai 90. Panen dilakukan dengan memotong
tangkai malai, diikat dan dijemur. Rata-rata umur panen hotong 80 – 90 hari setelah tanam.
C. PENANGANAN PASCA PANEN BURU HOTONG
Beberapa permasalahan dalam penanganan pasca panen buru hotong adalah karakteristik bijimalai yang berbeda dengan padi baik ukuran maupun
karakteristik fisik bahan lainnya seperti massa jenis dan kadar air bahan, sehingga pemilihan alatmesin yang digunakan untuk penyosohan maupun penepungan
hotong perlu pengkajian khusus. Penanganan pascapanen hotong meliputi kegiatan panen, pengeringan malai, perontokan, pembersihan, penyosohan,
penepungan, dan penyimpanan. Bagan alir kegiatan pascapanen hotong dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini :
Gambar 2. Bagan alir kegiatan pascapanen buru hotong
Uraian kegiatan pascapanen telah tercantum di bawah ini : 1.
Pemanenan Pemanenan dilakukan ketika buru hotong sudah masak atau pada kadar air
tertentu. Panen dilakukan pada saat malai mulai berwarna coklat dengan keseragaman warna mencapai 90. Panen dilakukan dengan memotong tangkai
malai, diikat dan dijemur. Rata-rata umur panen hotong 80 – 90 hari setelah tanam.
Pemanenan di Indonesia umumnya masih menggunakan alat tradisional yaitu ani-ani dan sabit. Pemanenan dilakukan dengan memotong tangkai hotong
Panen Pengeringan
malai Perontokan
Pengeringan
Pembersihan Penyosohan
Penepungan
Pengemasan Penyimpanan
Malai Sekam
yang ada malainya. Menurut panjang pemotongan, ada dua macam cara pemanenan yaitu : 1 pemanenan jerami pendek, dan 2 pemanenan jerami
panjang. Pada pemanenan jerami pendek, panjang jerami adalah 15 cm dan total dengan malainya adalah 30 cm, sedangkan pada pemanenan jerami panjang,
panjang jerami adalah 60 cm dan total dengan malainya adalah 75 cm. Pemanenan jerami pendek umumnya dilakukan pada sawah yang
tergenang air sepanjang tahun, untuk pemanenan jerami pendek ini membutuhkan tenaga lagi untuk memotong jerami apabila akan mengolah tanah. Pemanenan
jerami panjang dilakukan apabila waktu panen, sawah tidak ada genangan air. Keuntungan pemanenan jerami panjang adalah penyiapan lahan baru akan lebih
cepat.
2. Perontokan
Perontokan adalah pemisahan biji hotong dari malainya. Perontokan biji hotong dapat dilakukan sesudah atau sebelum pengeringan, tetapi umumnya
perontokan dilakukan sebelum pengeringan. Perontokan dapat dilakukan dengan “diiles” diinjak, dibanting, dipukul
dan dapat pula menggunakan alat perontok. Perontokan dengan cara diinjak dilakukan dengan meletakkan hotong yang
telah dipanen pada lantai, kemudian hotong tadi diinjak-injak dengan menggesekkan antara malai yang satu dengan yang lainnya sehingga hotong akan
rontok. Kecepatan perontokan dengan cara diinjak ini tergantung kepada hotong yang dirontokan. Hotong yang mudah rontok akan cepat perontokannya.
Alat perontok terdiri dari tiga bagian utama yaitu silinder perontok, tempat pemasukan hotong dan motor penggerak atau pedal. Sebagian alat perontok
dilengkapi dengan ayakan atau saringan serta penghembus yang berfungsi sebagai alat pemisah butiran biji hotong yang berisi dengan kotoran, gabah hampa dan
debu. Silinder perontok konvensional terdiri dari beberapa tipe yaitu silinder gigi paku, silinder pasak, dan silinder kawat bengkok.
Berdasarkan cara pengoperasiannya, ada dua tipe perontok yaitu : 1 Tipe “throw-in”, yaitu jerami biji-bijian yang akan dirontokan seluruhnya dimasukkan
ke dalam alat. 2 Tipe “hold-on”, yaitu jerami biji-bijian yang akan dirontokkan dipegang ujung tangkainya, sedangkan ujung yang berbulir dimasukkan ke dalam
alat.
3. Pembersihan
Biji-bijian yang sudah dirontokan biasanya masih tercampur dengan tangkai biji-bijian, jerami, gabah hampa maupun kotoran lain yang tercampur
pada waktu dirontokan, oleh sebab itu perlu dibersihkan. Pembersihan yang paling sederhana adalah dengan penampi tampah.
Penggunaan penampi ini secara manual dan memerlukan keahlianketrampilan sendiri. Gerakan apabila bahan berputar-putar diatas penampi disebut
“mengayak”, sedangkan apabila bahan meloncat-loncat disebut “menampi”. Pembersihan biji-bijian yang lebih modern adalah dengan menggunakan
alat pembersih. Cara kerja alat pembersih biji-bijian ini adalah dengan prinsip perbedaan berat jenis.
4. Pengeringan
Proses pengeringan hasil pertanian dapat dilakukan dengan penjemuran di bawah sinar matahari atau dengan cara pemberian udara panas secara buatan.
Pengeringan dengan menjemur diatas suatu lamporan merupakan cara pengeringan alami yang memanfaatkan energi matahari. Pengeringan dengan cara
ini memerlukan tempat yang luas, waktu yang lama, membutuhkan banyak tenaga manusia dan mutu hasil pengeringannya tergantung pada cuaca.
Pengeringan buatan menggunakan alat pengering mekanis dimana suhu, kelembaban nisbi udara, kecepatan pengeringan dapat diatur dan diawasi.
Pengeringan biji-bijian bertujuan untuk menurunkan kadar air sampai batas kadar air yang aman untuk penyimpanan. Pengeringan merupakan kunci
untuk menjamin mutu produk selama penyimpanan. Untuk skala kecil, pengeringan umumnya dilakukan secara alami dengan penjemuran. Penjemuran
dilakukan dengan menghamparkan biji hotong dengan ketebalan 10 cm dan dilakukan proses pembalikan secara berkala. Pengeringan dilakukan hingga kadar
air mencapai 13 yang memerlukan waktu 3 – 4 hari tergantung kondisi cuaca. Sarana pokok yang diperlukan untuk penjemuran adalah lantai penjemuran atau
lamporan. Penjemuran sebagai salah satu metode pengeringan memiliki kelebihan
dan kelemahan. Kelebihannya antara lain a tidak memerlukan bahan bakar sehingga biaya pengeringan dapat ditekan, b memerlukan banyak tenaga
manusia sehingga menguntungkan dalam hal kesempatan kerja bagi tenaga tak
terlatih, c infra merah yang dipancarkan matahari mempunyai daya penetrasi yang dapat menembus sel biji-bijian sehingga memungkinkan panas merata ke
seluruh biji-bijian dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, sedangkan kelemahannya adalah a memerlukan luasan lahan untuk lantai penjemuran, b
tergantung kondisi cuaca, c suhu dan kelembaban pengeringan tidak terkontrol sehingga jika frekuensi pembalikan tidak optimum mengakibatkan kadar air biji-
bijian tidak merata, dan d kemungkinan terjadinya susut lebih besar akibat tercecer atau adanya gangguan burung maupun ternak lainnya.
Pengeringan hotong secara mekanis dapat dilakukan dengan mesin pengering tipe bin dryer. Laju pengeringan dipengaruhi oleh suhu dan
kelembaban udara pengeringan, aliran udara pengering dan kadar air bahan yang dikeringkan. Suhu pengeringan yang dianjurkan adalah 43
o
C untuk tujuan benih, 60
o
C untuk penggilingan atau pengolahan pangan dan 82
o
C untuk pakan ternak.
5. Penyosohan
Penyosohan adalah suatu proses penghilangan sebagian atau seluruh katul yang terdapat pada beras pecah kulit hingga dihasilkan beras sosoh yang putih dan
bersih Hardjosentono et. al., 1978. Proses penyosohan terbagi menjadi dua yaitu proses pemutihan dan penyosohan, pada proses pemutihan terjadi pengelupasan
kulit perak dan lapisan dedak, sedangkan proses penyosohan biji-bijian menjadi biji-bijian putih, lapisan dedak yang masih tertinggal pada permukaan biji-bijian
terpoles menjadi mengkilap. Proses penyosohan selalu terjadi setelah proses pemutihan selesai, kadang-kadang terjadi kerancuan tentang kata yang digunakan
dalam proses ini. Pemutihan whitening kadang-kadang disebut penyosohan polishing or milling. Penyosohan kadang-kadang disebut pembersihan akhir
refiring or grinding Araullo et. al., 1976. Jika diinginkan hasil yang bagus, biji-bijian dari pemutih diproses lagi sekali atau lebih didalam penyosoh.
Penyosoh sama dengan pemutih kecuali disamping sebuah batu penggosok, juga terdiri dari sebuah drum yang dibungkus dengan strip-strip dari kulit domba atau
kulit kerbau liar Grist, 1975. Proses pemutihan biji-bijian terjadi karena gesekan antara biji-bijian dengan permukaan kasar abrasive dan pengelupasan terjadi
karena gesekan antara partikel biji-bijian pada tekanan tertentu. Penyosohan bertujuan untuk memisahkan kulit sekam dari butir biji
dengan tingkat kerusakan minimum atau menghasilkan biji pecah kulit yang maksimum. Pengertian penggilingan pada biji-bijian meliputi dua proses pokok,
yaitu proses pengupasan kulit menjadi biji-bijian pecah kulit dan pengupasan kulit ari dari biji-bijian pecah kulit menjadi biji-bijian sosoh. Menurut esmay et al.,
1979, penggilingan padi adalah proses penghilangan sekam dan dedak dari butir biji-bijian menghasilkan biji-bijian putih dan bersih. Kriteria operasi penggilingan
biji-bijian yang baik adalah : a. biji-bijian yang dihasilkan maksimum,
b. mendapatkan kualitas terbaik, c. meminimumkan kehilangan ,
d. minimum dalam ongkos pengolahan. Penyosohan biji-bijian bertujuan untuk mendapatkan biji-bijian sosoh.
Dasar proses pengulitan dan penyosohan biji-bijian adalah sama seperti pada
penggilingan padi yaitu memberikan gaya gesek pada biji sehingga kulit biji tersosoh dari dagingnya Purwadaria, 1980.
Secara tradisional, penggilingan hotong dengan cara hotong dibersihkan dari sekamnya dengan cara penumbukan dan hasil yang diperoleh adalah biji
pecah kulit dan dedak kasar. Biji pecah kulit tersebut kemudian ditumbuk lagi untuk memisahkan kulit arinya. Hasil yang diperoleh adalah beras hotong, dedak
halus atau bekatul.
6. Penepungan
Penepungan merupakan proses pengecilan ukuran suatu bahan padat secara mekanis tanpa diikuti oleh perubahan sifat kimia dari bahan yang
ditepungkan. Proses penepungan dapat dilakukan beberapa kali sampai diperoleh hasil tepung dengan ukuran fraksi tertentu, namun tidak mudah untuk memperoleh
hasil tepung dengan ukuran partikel tertentu. Ukuran partikel hasil gilingan tersebar dalam banyak fraksi Handerson dan Perry, 1978.
Proses pengecilan ukuran butiran hasil pertanian, menurut Handerson dan Perry 1978, ada tiga cara yaitu pemotongan , penggerusan peremukan dan
pengguntingan, baik dilakukan sendiri-sendiri atau kombinasi dari ketiganya. Pemotongan adalah pemisahan atau pengecilan yang diperoleh dengan
cara menekan pisau tipis dan tajam pada bahan yang akan dikecilkan dimana semakin tajam dan tipis pisau pemotong semakin baik hasilnya. Bahan yang
diperkecil dengan cara ini misalnya buah-buahan dan sayur-sayuran. Produk hasil pemotongan mengalami perubahankerusakan yang minimum dengan permukaan
baru yang dihasilkan oleh pisau tajam relatif tidak rusak. Cara ini akan menghasilkan potongan yang halus dengan kebutuhan energi yang lebih kecil
Handerson dan Perry, 1978. Penggerusan adalah pengecilan ukuran dengan menggunakan gaya yang
melebihi kekuatan bahan. Partikel yang dihasilkan mempunyai bentuk dan ukuran yang tidak beraturan. Sifat permukaan dan partikel tergantung dari jenis bahan
dan cara penggunaan gaya. Gaya yang dipakai untuk penggerusan dapat digunakan secara statis dan dinamis. Gaya statis digunakan untuk alat yang
memecah dengan rol, sedangkan hammer mill merupakan contoh penggunaan gaya dinamis Handerson dan Perry, 1978.
Pengguntingan adalah gabungan dari memotong dan menggerus, jika mata pengguntingan tipis dan tajam, kemampuan kerja mendekati proses pemotongan,
jika mata pengguntingan tebal dan tumpul maka kemampuan kerja lebih menyerupai penggerusan. Bahan yang berserat liat sangat baik menggunakan alat
dengan prinsip pengguntingan. Suatu proses penepungan tergantung dari sifat bahan yang akan digiling,
bila kadar air dari bahan memiliki sifat relatif keras dan rapuh, untuk menggiling bahan yang demikian akan sesuai bila diterapkan gaya putaran atau gaya gesek
Leniger, 1975.
D. MESIN PENYOSOH BIJI-BIJIAN