8 KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 Secara nasional sektor perikanan memiliki arti penting dalam perekonomian.
Hal ini ditunjukkan dari perkembangan PDB sektor perikanan yang cukup besar selama periode tahun 2001-2004 yaitu 14,41 . PDB sektor perikanan tahun 2005
sampai dengan triwulan III sebesar Rp.16,06 triliun. Kontribusi sektor perikanan terhadap PDB nasional cenderung terus meningkat. Apabila pada tahun 2001
kontribusi tersebut sekitar 2,19 , pada tahun 2004 meningkat menjadi 2,40 . Beberapa sektor yang berkaitan dengan bidang Kelautan dan Perikanan dapat
dikatagorikan sebagai sektor prioritas jangka pendek yaitu sektor-sektor yang dampak dari investasi di sektor-sektor terhadap kenaikan total produksi dan pendapatan
masyarakat besar. Ada 5 sektor yang termasuk kelompok kelautan dan perikanan mempunyai nilai Backward Linkage BL dan Forward Linkage FL lebih besar dari
satu, yang berarti sektor-sektor tersebut mempunyai kemampuan besar untuk menumbuhkan industri hulu dan hilirnya. Sektor-sektor tersebut adalah Jasa
Perdagangan Hasil Perikanan dan Maritim, Penambangan Migas dan Pengilangannya, Jasa Angkutan Laut dan Penunjangnya, Ikan Laut dan Hasil Laut Lainnya, dan
Udang.
2 Dalam lingkup Kabupaten Buton, sektor perikanan laut mempunyai nilai
keterkaitan output langsung ke belakang 0.26 dan keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang 1.39. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan
pertumbuhan output di sektor perikanan mempunyai pengaruh yang relatif besar
dalam merangsang pertumbuhan output sektor-sektor lainnya. Sektor perikanan laut dalam pembangunan perekonomian di wilayah Kabupaten Buton termasuk pada
kategori prioritas kedua karena mempunyai kemampuan untuk menarik pertumbuhan output sektor hulunya. Peningkatan investasi di sektor perikanan laut akan
menciptakan output yang lebih besar. 3 MSY sumberdaya ikan di Teluk Lasongko telah diketahui yaitu 14.979 ton per
tahun yang berarti nilai JTB adalah sekitar 12.000 ton per tahun. Berdasarkan nilai JTB tersebut, menunjukkan bahwa kondisi perairan Teluk Lasongko telah mengalami
overfishing yang harus segera diatasi agar tidak terjadi kerusakan yang lebih berat lagi pada sumberdaya ikan yang ada. Kebijakan yang harus segera diterapkan adalah
menetapkan JTB sebesar 12.000 tontahun dan disosialisasikan kepada seluruh nelayan di Teluk Lasongko. Konsekwensi terhadap penetapan JTB tersebut adalah
perlu segera dilaksanakan pengurangan jumlah alat tangkap yang ada sehingga tinggal menjadi 2.768 unit dari semula 4.449 unit. Selanjutnya jumlah nelayan yang
ada sekarang yaitu sekitar 4.500 orang perlu dikurangi sebanyak 1.300 sehingga menjadi tinggal 3.200 orang. Terhadap 1.300 nelayan yang didorong untuk alih
profesi menjadi pembudidaya ikan perlu diadakan pelatihan keterampilan, pemberian bantuan sarana budidaya dan penyediaan bantuan modal melalui perbankan.
4 Untuk mempertahankan pencapaian produksi ikan sampai pada JTB, diperlukan ketersediaan bensin sekitar 10.000 literhari , minyak tanah sekitar 200 literhari,
air tawar sekitar 113.000 literhari dan es sekitar 37,5 tonhari. Kebutuhan ini akan sangat bermanfaat bagi nelayan yang bersangkutan apabila dapat dipenuhi oleh
koperasi nelayan setempat. Keuntungan yang diperoleh akan menjadi keuntungan
bersama yang pada saatnya akan kembali kepada nelayan melalui pembagian Sisa Hasil Usaha.
5 Aktivitas usaha penangkapan ikan di Teluk Lasongko cukup padat dengan rata-
rata jumlah ikan yang didaratkan sekitar 40 ton per hari. Namun demikian fasilitas pendukung dalam bentuk pelabuhan perikanan dan jalan penghubung belum
memadai. Apabila fasilitas tersebut tidak dapat disediakan maka nilai optimum sumberdaya ikan yang ada yaitu sekitar Rp 47 milyar setahun tidak akan dapat
dicapai .
6 Unit-unit usaha penangkapan yang ada di Teluk Lasongko berdasarkan hasil
analisis profitability menunjukkan layak usaha, sehingga masih dapat diteruskan operasionalnya. Sebagai alternatif pengembangan usaha penangkapan ikan kearah
perairan WPP IV atau lainnya dapat digunakan purse seine 10 GT atau 15 GT, atau gill net ukuran 15 GT karena unit-unit usaha tersebut mempunyai nilai BC ratio
lebih besar dari satu atau menguntungkan. Usaha budidaya laut sebagai alternatif pengganti usaha penangkapan yang telah berlebih di Teluk Lasongko, secara
ekonomi merupakan usaha yang menguntungkan dengan ditunjukkan dari nilai BC ratio sebesar 1,6.
7 Dengan telah diketahuinya nilai MSY sumberdaya ikan di Teluk Lasongko, maka kebijakan pemanfaatannya adalah sebagai berikut :
Visi : Sumberdaya ikan Teluk Lasongko mewujudkan kedamaian dan Kesejahteraan
Misi : 1. Menjaga produksi ikan hasil tangkapan sampai pada batas JTB.
2. Pengembangan diversifikasi usaha 3. Pengembangan perekonomian daerah
4. Peningkatan pengelolaan sumberdaya ikan
Tujuan : Meningkatkan pendapatan nelayan khususnya dan masyarakat sekitar Teluk Lasongko umumnya ..
Sasaran : Pencapaian produksi ikan hasil tangkapan dari Teluk Lasongko
maksimum sampai batas JTB 12.000 tontahun Kebijakan dan Program
Kebijakan dan program yang diperlukan adalah :
1. Pemanfaatan sumberdaya ikan secara optimal
Meliputi program program 1 Pengaturan jenis dan jumlah alat tangkap, 2 Pengembangan diversifikasi usaha budidaya laut, 3 Perlindungan terhadap
ekosistem tempat berkembang biak sumberdaya ikan , 4 Pengaturan lokasi usaha penangkapan, 5 Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya ikan, dan
6 Penegakan hukum terhadap pelanggaran dalam pemanfaatan sumberdaya ikan.
2. Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan kelembagaan pemerintah
Meliputi program-program 1 Pengembangan alternatif pendidikan informal, pelatihan dan kewirausahaan, 2 Penyuluhan dan pelatihan teknologi tepat guna
pemanfaatan sumberdaya ikan ,3 Sinkronisasi program dan kegiatan antar instansi terkait , 4 Sosialisasi peningkatan kesadaran terhadap pengawasan
sumberdaya ikan, dan 5 Rehabilitasi sekolah setingkat SD, SMP dan SMU
3. Pengembangan ekonomi melalui bantuan dan akses permodalan
Meliputi program-program 1 Pengembangan peran lembaga keuangan ekonomi masyarakat, 2 Pengembangan teknologi tepat guna pasca panen, 3
Pengembangan industri kecil, dan 4 Pengembangan mata pencaharian alternatif
.
4. Pengembangan jaringan dan informasi pasar
Meliputi program-program 1 Peningkatan kerjasama dengan berbagai lembaga investasi, 2 Pembangunan sarana penunjang efektifitas penanaman modal,
peralatan komunikasi dan transportasi, dan 3 Peningkatan akses masyarakat
terhadap informasi dan teknologi. 5
. Peningkatan sarana dan prasarana
Meliputi program-program 1 Pembangunan pelabuhan perikanan, 2 Pembangunan sarana pendukung sistem pemasaran, 3 Pembangunan dan
penataan sarana transportasi, dan 4 Pembangunan dan penataan sarana listrik dan air bersih.
8.2 Saran