Dari hasil analisa Input-Output Nasional dan Kabupaten tersebut diatas, menunjukkan bahwa sektor perikanan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
secara nasional maupun regional termasuk di daerah Teluk Lasongko.
6.2 Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Teluk Lasongko
Jenis ikan hasil tangkapan di perairan Teluk Lasongko pada dasarnya dibagi menjadi 5 kelompok yaitu i ikan demersal ii ikan pelagis kecil iii ikan pelagis
besar iv ikan karang konsumsi v jenis berkulit keras rajungan dan udang udangan. Ikan pelagis kecil terdiri atas ekor kuning Caesio eritrogaster, layang Decapterus
sp, selar Selaroides sp, belanak Mugil cephalus, julung-julung Hemirhampus sp, tembang Clupea sp, lemuru Sardinella longiceps, dan kembung Rastreliger sp.
Ikan pelagis besar terdiri atas Cakalang Katsuwonus pelamis, Tenggiri Scombemorus commersoni, Tongkol Euthinus sp, Alu alu Sphyraena sp, cucut Charcarias sp.
Ikan demersal terdiri atas pari Dasyatis sp, Lencam Lethrinus sp, Biji nangka Parupeneus indicus. Ikan karang konsumsi terdiri atas kakap Lutjanus sp, Kerapu
Epinephelus sp, Bambangan Lutjanus sanguines, kuwe Caranx sp.
6.2.1 Status pemanfaatan ikan demersal
Jenis ikan- ikan demersal yang tertangkap di perairan Teluk Lasongko antara lain ikan Pari Dasyatis sp, Lencam Lethrinus sp dan Biji nangka Parupeneus
indicus. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap kelompok ikan demersal yaitu jaring insang terdiri: jaring insang hanyut, jaring ingsang lingkar dan jaring
insang tetap; jaring angkat terdiri: bagan perahu dan bagan tancap, perangkap dan
alat lainnya terdiri: sero, bubu dan perangkap. Jenis dan jumlah alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Jenis dan Jumlah Alat Tangkap Yang Digunakan Untuk Menangkap Ikan Demersal
Kode Grup Alat
Kode Nama
Alat 2000 2001 2002 2003 2004
Alat
X2 Jaring
Insang X21 Jaring Insang
hanyut 548 549
1.820 1.970
2.036 X22
Jaring Insang lingkar 302
308 309
320 324
X23 Jaring Insang
tetap 458 459
250 276
278 X24
Trammel Net 6
6 12
30 31
X3 Jaring
Angkat X31 Bagan
Perahu 62
62 70 73 73
X32 Bagan Tancap
61 61
65 66
66 X33
Serok 14
14 6
5 5
X34 JA Lain
16 16
6 5
5 X5 Perangkap X51
Sero 101 101 28
27 27 dan Alat
X52 Bubu
1345 1345
504 390
365 Lainnya
X53 Perangkap
lainnya 69 69
60 130
130 X54
Jermal 20
20 20
9 8
Berdasarkan hasil observasi yang ditampilkan pada Tabel 20 diperoleh bahwa produksi ikan terendah diperoleh pada tahun 2002 yaitu sebesar 1.770 ton dan produksi
tertinggi diperoleh pada tahun 2001 yaitu sebesar 2.411 ton. Penurunan produksi pada tahun 2002 diakibatkan tidak dioperasikannya 844 unit bubu dan digantikan dengan
jaring insang hanyut. Penggantian jenis alat tangkap tersebut karena masyarakat menilai bahwa jaring insang lebih produktif dibandingkan bubu, sehingga mereka lebih
cenderung mengoperasikan jaring insang seperti ditunjukkan pada Tabel 19. Penambahan produksi pada tahun 2001 disebabkan adanya penambahan effort yang
cukup nyata dari 375 unit pada tahun 2000 menjadi 419 unit pada tahun 2001 karena CPUE dari jaring insang hanyut, jaring insang tetap, dan bubu meningkat. CPUE bubu
meningkat pada tahun 2001 karena jumlah bubu yang dioperasikan berkurang banyak sehingga produktivitasnya meningkat.
Tabel 20. Catch, Effort dan CPUE Ikan Demersal Tahun
Catch Ton EffortX alat
CPUEY Catchalat 2000 2.082
375 5,5520
2001 2.411 419
5,7542 2002 1.770
158 11,2025
2003 2.220 278
7,9856 2004 2.212
306 7,2288
Rata-rata 2.139 307 7,5446
Intercep a = 14.3709 Slop b = -0.0222
Hubungan Effort dan CPUE fx = 14.3709 – 0.0222 x
Fungsi Produksi P f = 14.30709f - 0.2222 f
2
Effort f optimum = 323 unit alat tangkap Maksimum Sustainable Yield MSY = 2.324 ton per tahun
y = -0,0223x + 14,4 R
2
= 0,9522
2 4
6 8
10 12
100 200
300 400
500
Unit Alat Tangkap CPUE Ton
Unit Alat Tangka
p
Gambar 15. Hubungan antara Effort dan CPUE Ikan Demersal 2000-2004
Hubungan antara
Effort dan CPUE diperlihatkan pada persamaan linier Y = 14,4-0,0223X. Intercept persamaan adalah 14,4 sedangkan slope adalah -0,0223. Ini
berarti bahwa jika X=0 atau dengan kata lain tidak ada penambahan upaya maka CPUE akan bertahan pada angka 14,4 tonalat tangkap. Kemiringan persamaan adalah
sebesar -0,0223 artinya jika effort terus ditambah tanpa memperhatikan MSY maka akan terjadi penurunan CPUE sebesar 0,0223 toneffort standar ikan demersal.
Tabel 21. Hubungan Effort dengan Fungsi Produksi Ikan Demersal Tahun
Effort f Pf = 14.30709f – 0.2222 f
2
2002 158 1.706
2003 278 2.260
2004 306 2.297
MSY 323 2.324
2000 375 2.240
2001 419 2.094
Gambar 16. Hubungan Effort dan Fungsi Produksi Ikan Demersal 2000-2004
Effort untuk mencapai MSY sebesar 323 unit dengan nilai sebesar 2.324 tontahun. Jumlah produksi tahun 2004 sebesar 2.212 ton lebih kecil dari MSY 2.324
ton namun sudah lebih besar dari JTB 1.859 ton. Status pemanfaatan ikan demersal di Teluk Lasongko adalah effort tahun 2004
sebesar 306 dengan catch sebesar 2.212 tontahun. Effort JTB sebesar 258 dengan catch sebesar 2.139 tontahun. Effort dari MSY sebesar 323 dengan catch sebesar
2.324 tontahun. Produksi terkecil terjadi pada tahun 2002 ini disebabkan oleh penurunan effort tahun tersebut. Effort menurun akibat banyak bubu yang tidak
dioperasikan sementara jaring insang meningkat jumlahnya. Menurut hasil wawancara
1.500 1.600
1.700 1.800
1.900 2.000
2.100 2.200
2.300 2.400
100 150
200 250
300 350
400 450
Effort C
a tc
h T on
T h
n
2002 2003
2004 2000
2001 MSY
dengan para nelayan di sekitar Kawasan Teluk Lasongko bahwa penurunan effort bagi bubu terkait dengan penurunan produktivitas dari alat tangkap tersebut.
Jumlah produksi tahun 2004 sebesar 2.212 ton lebih kecil dari MSY 2.324 ton namun sudah lebih besar dari JTB 1.859. Kondisi ini masih cukup stabil karena
posisi effort dan catch tahun 2004 dan effort dari JTB masih berada di bawah effort dan catch dari MSY.
MSY sebesar 2.324 tontahun mempunyai nilai keunikan karena dengan produksi ikan sebesar itu telah memberikan kontribusi pendapatan kepada kurang lebih
4.449 orang nelayan yang tinggal disekitar teluk Lasongko. Apabila harga rata-rata ikan Rp.5.000,- Kg; maka dari produksi ikan tersebut dapat memberikan pendapatan
kepada satu orang nelayan sekitar Rp 2.403.900,- per tahun. Dengan penghasilan sebesar itu, selama ini masyarakat nelayan yang terdiri dari nelayan asli dan nelayan
pendatang dapat hidup tenang dan damai. Suasana tenang dan damai ini perlu terus dipertahankan. Upaya yang dapat ditempuh adalah menjaga agar hasil tangkapan ikan
nelayan dapat stabil sepanjang tahun. Stabilitas produksi ikan akan dapat dicapai apabila jumlah ikan yang ditangkap tidak melebihi nilai MSY. Melalui penelitian ini
MSY ikan demersal di Teluk Lasongko tersebut telah diketahui yaitu 2.324 ton per tahun. Berdasarkan nilai MSY inilah usaha penangkapan yang ada dapat diatur agar
hasil yang selama ini diperoleh dapat tetap dipertahankan dan sumberdaya ikan yang ada tetap baik. Penulis yakin bahwa dengan wilayah penelitian yang kecil ini, hasil
penelitian akan cepat dan mudah diimplementasikan dan dapat langsung dirasakan hasilnya oleh masyarakat setempat. Hal ini sekaligus sebagai bentuk kontribusi kecil
penulis dalam mendukung terwujudnya kehidupan masyarakat yang aman dan damai.
Berdasarkan hasil analisis data nilai MSY sumberdaya ikan demersal sebesar 2.324 tontahun. Produksi kelompok jenis ikan ini pada tahun 2004 adalah 2.212 ton.
Hal ini berarti tingkat eksploitasi sumberdaya ikan demersal di Teluk Lasongko sudah mencapai 95. Menurut hasil kajian Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap 2003
pemanfaatan ikan demersal di Wilayah Pengelolaan Perikanan IV WPP IV yang meliputi perairan Teluk Lasongko telah melebihi nilai MSY-nya. Pada tahun 2003
produksi ikan demersal di WPP IV telah mencapai 167.380 ton, sedangkan nilai MSY adalah 87.200 tontahun, yang berarti tingkat pemanfaatan telah mencapai 191,9 .
Memperhatikan kondisi yang demikian, maka usaha penangkapan ikan demersal di perairan Teluk Lasongko tidak dapat lagi dikembangkan, tetapi harus dilakukan
pengurangan produksi sebesar 353 tontahun atau setara dengan mengurangi alat tangkap sebesar 1.573 unit dengan proporsi pengurangan seperti pada Tabel 22
Karena MSY ikan demersal sebesar 2.324 ton berarti JTB sebesar 1.859 ton, sedangkan produksi ikan demersal tahun 2004 sebesar 2.212 ton. Untuk mencapai
produksi optimal berdasarkan JTB maka produksi tahun 2004 harus dikurangi sebesar 353 ton. Untuk mengurangi produksi sebesar 353 ton maka kebijakan yang dilakukan
adalah mengurangi alat tangkap sebesar masing-masing jaring insang sebesar 1.305 unit, jaring insang lingkar sebesar 104 unit dan bubu sebesar 164 unit. Pengurangan
alat tangkap berdasarkan pada i alat tangkap tersebut kurang produktif ii jumlah alat tangkap tersebut terlalu banyak, iii alat tangkap tersebut tidak ramah lingkungan.
Tabel 22. Jenis dan Jumlah Alat Tangkap untuk Menangkap JTB Ikan Demersal
Kode Grup Alat
Kode Nama Alat
Produk Alat
2004 Kurangi
Produksi Kurangi
Alat Sisa
Alat tivitas Alat
X2 Jaring
Insang X21 Jaring Insang
hanyut 0,11 2036
150 1.305
731 X22
Jaring Insang lingkar 0,98
324 102
104 220
X23 Jaring Insang tetap
2,48 278
278 X24
Trammel Net 0,20
31 31
X3 Jaring
Angkat X31 Bagan
Perahu 3,02 73
73 X32
Bagan Tancap 1,96
66 66
X33 Serok
2,60 5
5 X34
JA Lain 0,62
5 5
X5 Perangkap X51 Sero
7,98 27 27
Dan Alat X52
Bubu 0,62
365 101
164 201
Lainnya X53
Jermal 3,00
8 8
X54 Perangkap lainnya
0,54 130
130 Jumlah
3.348 353 1.573
1.775
6.2.2 Status pemanfaatan ikan pelagis kecil
Kelompok ikan pelagis kecil yang tertangkap di perairan Teluk Lasongko antara lain ikan ekor kuning Caesio eritrogaster, layang Decapterus sp, selar Selaroides
sp, belanak Mugil cephalus, julung-julung Hemirhampus sp, tembang Clupea sp, lemuru Sardinella longiceps, dan kembung Rastreliger sp. tembang Clupea sp.
Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap kelompok ikan pelagis kecil yaitu pukat payang, pukat pantai dan pukat cincin dan pancing huhate, pancing biasa dan
pancing tonda seperti disajikan pada Tabel 23. Catch, effort dan CPUE ikan pelagis kecil disajikan pada Tabel 24.
Tabel 23. Jenis dan Jumlah Alat Tangkap untuk menangkap Ikan Pelagis Kecil
Kode Grup
Alat Kode
Nama Alat 2000 2001 2002 2003 2004
Alat
X1 Pukat X11
Payang 19 19 20 20 21
X12 Pukat Pantai
32 31
35 36
37 X13
Pukat cincin 3
3 3
3 3
X14 Pukat udang
2 2
2 2
2 X4
Pancing X41
Huhate 3 3 3 3 3
X42 Pancing biasa 440 439 439 440 443
X43 Pancing
tonda 586 588 583 574 574
X44 Rawai Tetap
45 45
45 56
56
TOTAL 1.130
1.130 1.130 1.134
1.139
Tabel 24. Catch, Effort dan CPUE Ikan Pelagis Kecil Tahun
Catch Ton EffortX
alat CPUEY Catchalat
2000 6.147 9 683,0000
2001 7.622 7 1.088,8571
2002 6.708 10 670,8000
2003 7.241 10 724,1000
2004 7.239 10 723,9000
Rata-rata 6.991 9,20 778,1314
Intercep a = 1.910,6100 Slop b = -123.0900
Hubungan Effort dan CPUE = 1.910,61 – 123,09 f Fungsi Produksi = 1.910,61f - 123,09 f
2
Effort f optimum = 7,76 unit alat tangkap Maksimum Sustainable Yield MSY = 7.414 ton per tahun
y = -121,96x + 1900 R
2
= 0,8377
550 650
750 850
950 1.050
1.150
6 6,5
7 7,5
8 8,5
9 9,5
10 10,5
Unit Alat Tangkap C
P U
E T
on U
ni t A
la t T
a ng
ka p
Gambar 17. Hubungan Antara Effort dan Catch Ikan Pelagis Kecil 2000-2004
Hubungan antara
Effort dan CPUE diperlihatkan pada persamaan linier Y = 1.900-121,96X. Intercept persamaan adalah 1.900 sedangkan slope -121,96. Ini
berarti bahwa jika X=0 atau dengan kata lain tidak ada penambahan upaya maka CPUE akan bertahan pada angka 1.900 toneffort standar. Kemiringan persamaan regresi
adalah sebesar -121,96 artinya jika effort terus ditambah tanpa memperhatikan MSY maka akan terjadi penurunan CPUE sebesar 121,96 ton effort standar ikan demersal.
Status pemanfaatan ikan pelagis kecil adalah Effort tahun 2004 sebesar 10 dengan catch sebesar 7.239 tontahun. Effort dari MSY sebesar 7,76 dengan MSY
sebesar 7.414. Effort dari JTB sebesar 6,40 dengan catch sebesar 5.931 tontahun. Catch tahun 2004 berada dibawah MSY tetapi sudah berada di atas JTB. Walaupun
catch tahun 2004 berada dibawah MSY namun effort tahun 2004 sudah lebih tinggi dari
pada effort MSY. Ini berarti kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil di Kawasan Teluk Lasongko sudah pada titik jenuh.
Seperti diperlihatkan pada Gambar 18 bahwa produksi cenderung menurun dengan setelah effort melewati 7,76. Titik produksi optimum berada pada posisi effort
sebesar 7,76. untuk itu perlu dilakukan pengurangan alat tangkap agar bisa mencapai kondisi JTB. Pengurangan alat tangkap diperlihatkan pada Tabel 26.
Tabel 25. Hubungan Effort dengan Fungsi Produksi Pelagis Kecil Tahun
Effort f Pf = 1.910,61f – 123,09f
2
2001 7 7.343
MSY 7,76 7.414
2000 9 7.225
2002 10 6.797
2003 10 6.797
2004 10 6.797
6.700 6.800
6.900 7.000
7.100 7.200
7.300 7.400
7.500
6 7
8 9
10 11
Effort C
a tc
h Ton
thn
Gambar 18. Fungsi Produksi Ikan Pelagis Kecil 2000 - 2004
2001 MYS
2000
2002, 2003, 2004
Tabel 26. Alat Tangkap Optimal dan Pengurangan Alat Ikan Pelagis Kecil
Kode Grup
Alat Kode
Nama Alat Produk
Alat Kurangi
Kurangi Sisa
Alat Tivitas 2004
Produksi Alat
Alat
X1 Pukat X11 Payang 25,13
21 80 3
18 X12
Pukat Pantai 20,05
37 200 10
27 X13
Pukat cincin 774,00
3 774 1 2
X14 Pukat udang
391,46 2
2 X4 Pancing X41
Huhate 98,52 3
0 0 3
X42 Pancing biasa
1,83 440
254 139 301
X43 Pancing tonda
0,66 574
0 0 574
X44 Rawai Tetap
30,83 45
0 0 45
Kebijakan pengurangan alat tangkap untuk ikan pelagis kecil dilakukan berdasarkan alasan i Alat tangkap kurang ramah lingkungan, ii Over produksi.
Pengurangan alat tangkap dilakukan terhadap pukat cincin, payang, pukat pantai dan pancing biasa. Pengurangan alat tangkap merupakan dampak dari pengurangan
produksi akibat produksi sudah melampaui JTB. Over produksi di atas JTB pada tahun 2004 sebesar 1.308 ton. Untuk mencapai produksi JTB maka alat tangkap harus
dikurangi sebesar 153 unit . Dengan status pemanfaatan seperti di atas, berarti bahwa catch pada tahun 2004
sudah mencapai 95 dan catch rata-rata sudah mencapai 92 terhadap MSY. Apabila dilihat secara keseluruhan di WPP IV, menurut hasil analisis Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap 2003 produksi ikan pelagis kecil di WPP IV sebesar 333.350 ton. sedangkan MSY sebesar 605.440. Jadi tingkat pemanfaatannya ikan pelagis
berdasarkan MSY sudah mencapai 55,05 . Ini berarti bahwa status pemanfaatan ikan pelagis kecil di Kawasan Teluk Lasongko lebih tinggi dari pada status pemanfaatan
ikan pelagis kecil di WPP IV. Dengan kondisi tersebut di atas maka kebijakan yang dapat dilakukan adalah mengurangi alat tangkap atau mengarahkan upaya penangkapan
ke WPP-IV.
6.2.3 Status pemanfaatan ikan pelagis besar
Ikan pelagis besar yang tertangkap di perairan Teluk Lasongko terdiri dari ikan cakalang Katsuwonus pelamis, tenggiri Scombemorus commersoni, tongkol
Euthinus sp, alu-alu Sphyraena sp, dan cucut Charcarias sp. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap kelompok ikan pelagis besar di perairan Teluk Lasongko
adalah pancing huhate, pancing biasa dan pancing tonda. Jenis alat tangkap yang dipergunakan menangkap ikan pelagis besar ditunjukkan pada Tabel 27, sedangkan
Catch, effort dan CPUE yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis besar dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 27. Jenis Alat Tangkap dan Jumlah Alat Tangkap yang Digunakan untuk Menangkap Ikan Pelagis Besar
Kode Grup
Alat Kode
Nama Alat
2000 2001 2002 2003
2004 Alat
X4 Pancing
X41 Huhate
3 3 3 3 3 X42
Pancing biasa 440
437 439
440 443
X43 Pancing tonda
586 588
583 574
574 X44
Rawai Tetap 45
45 45
56 56
Tabel 28. Catch, Effort dan CPUE Pelagis Besar Tahun
Catch Ton EffortX
CPUEY Catchalat 2000 3.186
10 318,6000
2001 2.624 8
328,0000 2002 2.801
10 280,1000
2003 3.924 14
280,2857 2004 2.900
23 126,0870
Rata-rata 3.087 13
266,6145
Intercep a = 437,6860 Slop b = -13.1590
Hubungan Effort dan CPUE = 437,6860f - 13,1590 f Fungsi Produksi = 437,69f - 13,16 f
2
Effort f optimum = 16,63 unit alat tangkap Maksimum Sustainable Yield MSY = 3.639 ton per tahun
y = -13,18x + 438 R
2
= 0,9379
100 150
200 250
300 350
7 9
11 13
15 17
19 21
23 25
Unit Alat Tangkap CPU
E T
on U
ni t A
lat Tangka
p
Gambar 19. Hubungan Antara Effort dan Catch Ikan Pelagis Besar 2000-2004
Hubungan antara Effort dan CPUE diperlihatkan pada persamaan linier Y = 438 -13,18X. Intercept persamaan adalah 438 sedangkan slope adalah -13,18, ini berarti
bahwa jika tidak ada penambahan upaya maka CPUE sebesar 438 toneffort standar. Sedangkan kemiringan persamaan adalah sebesar -13,18 artinya jika effort terus
ditambah tanpa memperhatikan MSY maka akan terjadi penurunan produksi sebesar 13,18 toneffort standar ikan pelagis besar.
Tabel 29. Hubungan Effort dengan Fungsi Produksi Pelagis Besar Tahun
Effort f Pf = 437,69f - 13,16 f
2
2001 8 2.659
2000 10 3.061
2002 10 3.061
2003 14 3.548
MSY 16,63 3.639
2004 23 3.106
2.000 2.200
2.400 2.600
2.800 3.000
3.200 3.400
3.600 3.800
5 10
15 20
25
Effort C
a tc
h t on
t a
h un
Gambar 20. Fungsi Produksi Ikan Pelagis Besar 2000 – 2004
Status pemanfaatan ikan pelagis besar adalah effort pada tahun 2004 sebesar 23 unit dengan jumlah produksi sebesar 2.900 tontahun. Effort untuk mencapai MSY
sebesar 16,63 unit dengan produksi sebesar 3.639 tontahun. Effort untuk mencapai JTB sebesar 13,6 unit dengan produksi sebesar 2.911 tontahun. Kondisi ini
2000 2000 2002
2003 MSY
2004
memperlihatkan bahwa pada tahun 2004 produktivitas alat tangkap pelagis besar menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Dari gambaran tersebut di atas maka usaha penangkapan ikan pelagis besar di perairan Teluk Lasongko telah mendekati kejenuhan sehingga jumlah armada
penangkapannya tidak dapat dikembangkan lagi. Agar pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar dipertahankan pada kondisi JTB, jumlah armada harus dikurangi dan
dialihkan daerah operasinya keluar Teluk Lasongko yaitu ke WPP IV. Kebijakan lainnya yang dapat dilakukan adalah mengurangi alat tangkap.
Jika dibandingkan dengan status perairan WPP IV termasuk Teluk Lasongko di dalamnya produksi ikan pelagis besar adalah 85.100 ton, sementara itu MSY-nya
sebesar 193.600 tontahun. Dengan demikian tingkat pemanfaatannya mencapai 43,95 Ditjen Perikanan Tangkap, 2003. Untuk itu kebijakan yang sesuai adalah
pengembangan usaha penangkapan ikan pelagis besar di Teluk Lasongko diarahkan ke perairan WPP-IV.
Tabel 30. Jumlah Alat Tangkap Optimal dan Pengurangan Alat untuk Ikan Pelagis Besar
Kode Grup
Alat Kode
Nama Alat Produk Alat Kurangi
Kurangi Sisa
Alat tivitas 2004
Produksi Alat
Alat
X4 Pukat X41 Huhate 151,77
3 3
X42 Pancing biasa
1,45 443
443 X43
Pancing tonda 2,51
574 11
4 570
X44 Rawai Tetap
19,10 45
45
6.2.4 Status pemanfaatan ikan karang konsumsi
Jenis Ikan karang konsumsi yang tertangkap di perairan Teluk Lasongko antara lain ikan bambangan Lutjanus sanguiness, ikan kakap Lutjanus sp, ikan kerapu
Epinephalus sp, ikan kurisi Helocentrum rubrum dan ikan kuwe Caranx sp. Alat
tangkap yang digunakan untuk menangkap kelompok ikan-ikan karang konsumsi adalah jenis perangkap dan alat lainnya sero, bubu dan perangkap lainya. Jenis dan
jumlah alat tangkap untuk menangkap ikan karang konsumsi disajikan pada Tabel 31. Sedangkan catch, effort dan CPUE yang digunakan menangkap ikan karang konsumsi
disajikan pada pada Tabel 32.
Tabel 31. Jenis dan Jumlah Alat Tangkap yang digunakan untuk menangkap Ikan Karang Konsumsi
Kode Grup
Alat Kode
Nama Alat
2000 2001 2002 2003 2004
Alat Alat
X5 Perangkap X51
Sero 101
101 28
27 27 5 Dan Alat
X52 Bubu
1345 1345
504 390
365 69
Lainnya X53
Pengumpul 69
69 60
130 130
25 X54
Alat Lainnya 20
20 20
9 8
2
Tabel 32. Catch, Effort dan CPUE Karang Konsumsi
Tahun Catch Ton
EffortX alat CPUEY Catchalat
2000 698 309 2,2589
2001 976 309 3,1586
2002 1.352 131 10,3206
2003 227 146 1,5548
2004 750 161 4,6584
Rata-rata 801 211
4,3903
Intercep a = 8,5258 Slop b = -0.019581
Hubungan Effort dan CPUE = 8,5258 – 0.019581 f Fungsi Produksi = 8,5258f - 0,01958 f
2
Effort f optimum = 218 unit alat tangkap Maksimum Sustainable Yield MSY = 928 ton per tahun
Upaya,
Gambar 21. Hubungan Antara Effort dan Catch Ikan K. Konsumsi 2000-2004 Hubungan
antara Effort dan CPUE Ikan Karang Konsumsi diperlihatkan pada
persamaan linier Y = 8,5 -0,0195X. Intercept persamaan adalah 8,5 sedangkan slope adalah -0,0195, ini berarti bahwa jika tidak ada penambahan upaya maka CPUE
sebesar 8,5 toneffort standar. Sedangkan kemiringan persamaan adalah sebesar - 0,0195 artinya jika effort terus ditambah tanpa memperhatikan MSY maka akan terjadi
penurunan produksi sebesar 0,0195 toneffort standar ikan karang konsumsi.
y = -0,0195x + 8,5 R
2
= 0,2512
2 4
6 8
10 12
50 100
150 200
250 300
350 Unit Alat Tangkap
C P
U E
T o
n U
n it
A la
t T
a n
g k
a p
Tabel 33. Hubungan Effort dengan Fungsi Produksi Ikan Karang Konsumsi Tahun
Effort f Pf = 8,5258f - 0,01958 f
2
2002 131 781
2003 146 827
2004 161 865
MSY 218 928
2000 309 765
2001 309 765
600 650
700 750
800 850
900 950
100 150
200 250
300 350
Effort C
a tc
h Ton thn
Gambar 22. Fungsi Produksi Ikan Karang Konsumsi 2000-2004
Status pemanfaatan ikan karang konsumsi adalah effort tahun 2004 sebesar 161 unit dengan produksi sebesar 750 tontahun. Effort untuk mencapai MSY sebesar 928
tontahun adalah 218 unit. Effort untuk mencapai JTB sebesar 742 tontahun adalah
2002 2003
2004 MSY
2000 2001
2000
174,4 unti. Status ini memperlihatkan bahwa catch pada tahun 2004 masih dibawah MSY maupun JTB .
Penurunan produksi pada tahun 2004 terkait dengan terjadinya pengurangan bubu karena produktivitas bubu menurun sejak tahun 2002. Dengan berkurangnya
bubu berimplikasi pada pengurangan produksi. Untuk kembali ke kondisi JTB, produksi ikan karang konsumsi bisa dinaikkan sebesar 51 ton pertahun. Kebijakan
yang diambil menambah alat tangkap seperti diperlihatkan pada Tabel 34. Tabel 34. Jenis dan Jumlah Alat Tangkap Untuk Menangkap JTB
Ikan Karang Konsumsi
Kode Grup Alat
Kode Nama Alat
Produk Alat Tambah Tambah
Jlh Alat
tivitas 2004
Produksi Alat Alat
X5
Perangkap
X51
Sero
9,33
27
25 3 30
dan Alat
X52
Bubu
1,08
365
26 24 389
Lainnya
X53
Jermal
6,63
130
0 0 130
X54
P. Lainnya
0,39
9
0 0 9 TOTAL
531 51
27 558
Pada tahun 2003 produksi ikan karang konsumsi di WPP-IV mencapai 24.110 ton, sedangkan MSY sebesar 34.100 tontahun Ditjen Perikanan Tangkap, 2003.
Tingkat pemanfaatan ikan karang konsumsi di WPP IV mencapai 70,7 , yang berarti usaha penagkapannya masih dapat dikembangkan.
6.2.5 Status pemanfaatan ikan berkulit keras
Kelompok ikan berkulit keras terdiri dari rajungan Portunus sp dan udang- udangan Penaeus sp. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap kelompok jenis
ikan berkulit keras ini adalah perangkap yang terdiri atas sero, bubu, jala, perangkap lain serta jala dan tombak. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan
berkulit keras seperti diperlihatkan pada Tabel 35 sedangkan Catch, effort dan CPUE yang digunakan untuk menangkap ikan berkulit keras seperti pada Tabel 36.
Tabel 35. Jenis dan Jumlah Alat Tangkap Digunakan untuk Menangkap Ikan Berkulit Keras
Kode Grup
Alat Kode
Nama Alat
2000 2001 2002 2003 2004
Alat Alat
X5 Perangkap X51
Sero 101 101 28 27 27 5
Dan Alat X52
Bubu 1.345
1.345 504
390 365
69 Lainnya
X53 Pengumpul
69 69
60 130
130 25
X54 Alat
Lainnya 20 20 20
9 8 2
, Upaya
Tabel 36. Catch, Effort dan CPUE Ikan Berkulit Keras
Tahun Catch Ton
EffortX alat CPUEY Catchalat
2000 242 111 2,1802
2001 561 84 6,6786
2002 541 49 11,0408
2003 790 50 15,8000
2004 640 62 10,3226
Rata-rata
Intercep a = 22,1054 Slop b = -0,181194
Hubungan Effort dan CPUE = 22,1054– 0,181194f Fungsi Produksi = 22,1054f – 0,181194 f
2
Effort f optimum = 61 unit alat tangkap Maksimum Sustainable Yield MSY = 674 ton per tahun
y = -0,1811x + 22,1 R
2
= 0,8773 2
4 6
8 10
12 14
16 18
25 35
45 55
65 75
85 95
105 115
125 Unit Alat Tangkap
C P
U E
T o
n U
n it A
la t T
a n
g k
a p
Gambar 23 Hubungan Effort dan CPUE Ikan Berkulit Keras 2000-2004
Hubungan antara
Effort dan CPUE Ikan Karang Konsumsi diperlihatkan pada persamaan linier Y = 22,1 - 0,1811X. Intercept persamaan adalah 22,1 sedangkan
slope adalah -0,1811, ini berarti bahwa jika tidak ada penambahan upaya maka CPUE sebesar 8,5 toneffort standar. Sedangkan kemiringan persamaan adalah sebesar -
0,1811 artinya jika effort terus ditambah tanpa memperhatikan MSY maka akan terjadi penurunan produksi sebesar 0,1811toneffort standar ikan berkulit keras.
Tabel 37. Hubungan Effort dengan Fungsi Produksi Ikan Berkulit Keras Tahun
Effort f Pf = 22,1054f – 0,181194 f
2
2002 49 648
2003 50 652
MSY 61 674
2004 62 674
2001 84 578
2000 111 221
200 250
300 350
400 450
500 550
600 650
700
40 50
60 70
80 90
100 110
120
Effort C
a tc
h Ton thn
Gambar 24. Fungsi Produksi Ikan Berkulit Keras
Status pemanfaatan ikan berkulit keras adalah effort tahun 2004 sebesar 62 unit dengan produksi sebesar 640 ton. Effort untuk mencapai MSY sebesar 674 tontahun
adalah 61 unit. Effort untuk mencapai nilai JTB 539 tontahun adalah 48,8 unit. Status ini memperlihatkan bahwa produksi tahun 2004 masih dibawah nilai MSY
2002 2003
MSY 2004
2001
2000
namun sudah berada di atas nilai JTB walaupun effort tahun 2004 berada di atas effort MSY. Dengan status pemanfaatan ikan berkulit keras seperti itu maka perlu dilakukan
kebijakan pengurangan alat tangkap untuk menyesuaikan kondisi tahun 2004 terhadap JTB seperti di sajikan pada Tabel 38.
Tabel 38. Jenis dan Jumlah Alat Tangkap Untuk Menangkap JTB Ikan Berkulit Keras
Kode Grup Alat
Kode Nama Alat
Produk Alat
Kurangi Kurangi
Sisa Alat
Tivitas 2004
Produksi Alat
Alat
X5 Perangkap X51 Sero
10,35 27 51 5 22 Dan Alat
X52 Bubu
0,31 365 50 159 206
Lainnya X53
Jermal 1,38
130 0 0
130 X54
P. Lainnya 1,81
9 9
TOTAL 531
101 164 367
6.3 Kelayakan Usaha Perikanan