Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sifat Sumberdaya Ikan

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan kebijakan pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis MSY di Teluk Lasongko melalui : 1 analisis peran sektor perikanan laut, 2 analisis tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan, 3 analisis profitability, 4 analisis optimasi pencapaian tujuan Linear Goal Programming, dan 5 analisis SWOTAHP.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini hasilnya diharapkan dapat bermanfaat yaitu untuk: 1 pengembangan ilmu pengetahuan, 2 sebagai dasar penelitian lebih lanjut dibidang pengelolaan sumberdaya perikanan, 3 sebagai masukan bagi pemerintah daerah dalam menyusun peraturan usaha penangkapan ikan di Teluk Lasongko, dan 4 sebagai acuan bagi pelaku bisnis perikanan dalam perencanaan dan implementasi investasi. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat Sumberdaya Ikan

Secara alami sumberdaya ikan dapat pulih kembali renewable, artinya apabila sumberdaya tersebut diambil sebagian, maka sumberdaya yang tertinggal memiliki kemampuan untuk memperbaharui dirinya dengan jalan berkembang biak. Dengan sifat ini berarti pula bahwa stok atau populasi ikan tidak boleh dimanfaatkan secara sewenang- wenang tanpa memperhatikan struktur umur ikan maupun rasio kelamin dari populasi ikan, karena akan dapat berdampak pada rendah atau lambatnya kemampuan untuk memulihkan diri, yang pada akhirnya akan mengarah pada kepunahan. Rosyidi, 2004 menyatakan bahwa dilihat dari sisi ekonomi, barang atau benda di dunia ini dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, barang-barang bebas free goods dan barang-barang ekonomi economic goods. Barang-barang bebas adalah barang-barang yang tersedia berlimpah-limpah, dan setiap orang dapat memperolehnya dengan bebas dengan cara yang mudah. Contoh udara, air, sinar matahari. Kedua, barang-barang ekonomi adalah barang-barang yang ketersediannya jarang atau langka scare. Berdasarkan pembagian barang tersebut, sumberdaya ikan termasuk kedalam barang ekonomi yang jumlahnya terbatas. Untuk memperoleh barang-barang ekonomi itu, orang terlebih dahulu berkorban dan atau berjuang. Sedikit sekali barang-barang yang memiliki sifat barang bebas. Hal inilah yang memaksa orang untuk tunduk kepada The Law of Scarcity Hukum Kelangkaan, yang berbunyi : untuk mendapatkan barang yang langka, orang harus mengorbankan sesuatu lebih dahulu. Sumberdaya ikan tidak dapat begitu saja diambil dan kemudian digunakan, tetapi harus diperoleh dulu melalui suatu upaya atau pengorbanan. Sumberdaya ikan dapat dikelompokan sebagai sumberdaya pertanian yang akan menghasilkan suatu produk bila diusahakan dengan menggunakan input produksi seperti tenaga manusia. Peningkatan jumlah penggunaan input produksi akan dapat meningkatkan hasil atau output yang pada suatu titik tertentu kenaikan output tambahannya akan senantiasa kian menjadi kurang. Ricardo 1814 yang diacu dalam Rosyidi 2004 menemukan hukum The Law of Diminishing Return yang berbunyi : Apabila input dari sesuatu sumber tertentu ditambah dengan pertambahan yang sama pada setiap satuan waktu tertentu sedangkan input-input lain tidak berubah jumlahnya, maka hasil totalnya pun senantiasa meningkat, tetapi sesudah suatu titik tertentu, kenaikan output tambahannya akan senantiasa kian menjadi berkurang. Pemanfaatan sumberdaya ikan merupakan kegiatan ekonomi yang dapat memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan suatu bangsa. Sebagai salah satu sumberdaya alam yang bersifat dapat diperbaharui renewable, pengelolaan sumberdaya ini memerlukan pendekatan yang bersifat menyeluruh dan hati-hati. Rosyidi, 2004 menyatakan bahwa di dalam aktivitas perekonomian, pemerintah bertugas untuk mengatur, mengendalikan, serta mengadakan kontrol atas jalannya roda perekonomian, agar negara bisa maju serta rakyat dapat hidup dengan layak dan damai. Sejalan dengan itu dalam pemanfaatan sumberdaya ikan tidak cukup didasarkan pada bidang ilmu biologi saja, melainkan diperlukan pula penerapan ilmu ekonomi. Reksohadiprodjo, 1998 mengemukakan ilmu ekonomi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alokasi sumberdaya yang terbatas jumlahnya secara efesien dan efektif untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tak terbatas. Ilmu ekonomi disebut juga ilmu memilih, dalam arti mempelajari tentang pilihan yang harus dibuat dari berbagai alternatif tujuan yang bersaingan. Maksudnya jika suatu alternatif telah dipilih, berarti kita harus mengabaikanmengorbankan alternatif lainnya. Dengan ilmu ekonomi kita berusaha untuk memilih alternatif yang paling baik bagi pecapaian tujuan. Mengapa kita harus mengadakan pilihan secara optimal adalah seperti disebutkan dalam definisi di atas, yaitu disebabkan terbatasnya jumlah sumber daya yang tersedia. Dengan terbatasnya sumberdaya ini tidak memungkinkan bagi kita untuk mencapai semua tujuan secara sekaligus, atau ada sebagian tujuan yang terpaksa dikorbankan. Pertumbuhan ekonomi agregat sering diinterpretasikan sebagai kenaikan produksi nasional. Untuk itu kita perlu melihat faktor apa saja yang diperlukan bagi pertumbuhan. Hal ini bisa dilihat melalui fungsi produksi yang menunjukkan hubungan antara keluaran output dengan jumlah masukan input, yang dituliskan : Y = F TK, K, N, E, T Fungsi di atas bisa diartikan outputproduksi nasional Y selama suatu periode tergantung pada aliran masukan tenaga kerja TK, kapital K, sumberdaya alam N, kewiraswataanentrepreneurship E dan teknologi T. Dari fungsi produksi di atas sumberdaya alam bersama-sama masukan lainnya menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa jika sumberdaya dilipatkan penggunannya maka pertumbuhan keluaranhasil dapat pula ditingkatkan. Sumberdaya alam yang dimaksud di sini adalah segala macam sumberdaya yang sifatnya heterogen dan kompleks dan tentunya yang sudah berwujud sumberdaya siap pakai bukan yang masih tersimpan di alam Reksohadiprodjo., 1998. Selanjutnya Reksohadiprodjo. mengemukakan bahwa salah satu kelemahan dari pengelolaan sumberdaya alam di negara-negara sedang berkembang adalah usaha mengejar pertumbuhan ekonomi dengan cara eksploitasi besar-besaran dari sumber daya alamnya tanpa memperhatikan akibat sampingan. Akibatnya mereka harus membayar mahal dengan semakin rusaknya lingkungan. Salah satu masalah yang harus dihadapi manusia adalah semakin tipisnya persediaan sumberdaya alam. Berarti jika sumberdaya terus dieksploitasi demi mengejar pertumbuhan dimungkinkan beberapa saat lagi pertumbuhan akan berhenti, karena habisnya pasok sumberdaya. Bagi mereka yang optimis, teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi modern dipercaya akan mampu menangani masalah semakin menipisnya sumberdaya sehingga kemajuan ekonomi dapat dicapai tanpa henti-hentinya. Pertumbuhan ekonomi tidak ada batasnya karena : 1 teknologi akan selalu menyediakan pengganti terhadap sumberdaya alam yang semakin langka; dan 2 kalau sumberdaya telah langka harganya akan tinggi, sehingga akan mengurangi permintaan dan penggunaannya akan berkurang, dan selanjutnya akan menimbulkan insentif untuk mencari pengganti. Reksohadiprodjo, 1998 mengemukakan dalam pengelolaan sumberdaya alam terdapat isu-isu pokok yaitu : 1 Sumberdaya alam terbatas ketersediaannya. 2 Lokasi dari cadangan sumberdaya alam letaknya jauh dari yang memerlukan. 3 Adanya pergeseran para pengguna dari yang semula memakai sumberdaya alam yang renewable menjadi semakin tergantung pada sumberdaya alam yang nonrenewable. 4 Pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak bijaksanalestari dan berpandangan jangka pendek. 5 Pengelolaan sumberdaya belum mempertimbangkan lingkungan. Kebanyakan analisis pertumbuhan ekonomi lebih menekankan pada faktor-faktor teknologi dan modal dan sedikit yang mengulas tentang peranan lingkungan. 6 Semakin meningkatnya ketergantungan pada sumberdaya alam kelas rendah. Dengan habisnya bahan tambang berkadar tinggi, terpaksa menambang bahan berkadar randah. Bahkan letaknya semakin sulit dijangkau dan memerlukan energi yang lebih banyak bahkan ada mineral tertentu yang terpaksa diambil dengan energi 1.000 sampai 10.000 kali lebih banyak dibanding semula dimana bahan berkadar tinggi masih mudah didapatkan. 7 Semakin terbatasnya kondisi lingkungan global, contohnya meningkatnya pencemaran laut dan terbentuknya racun yang menetap pada tanah. 8 Peranan yang diberikan kepada pasar dan menentukan pengelolaan sumberdaya alam. Sejarah menunjukkan kekuatan pasar sangat berperan dalam menentukan kegiatan eksplorasi dan permintaan. Terbukti bahwa inovasi teknologi sebagian besar dipengaruhi oleh perubahan harga. Pengaturan harga, aturan birokrasi, berbagai bentuk subsidi menghambat bekerjanya pasar dan menyebabkan pengelolaan sumberdaya alam tidak optimal. Reksohadiprodjo, 1998 menambahkan bahwa dalam hal pasok sumberdaya alam dibedakan istilah stock dan flow. Sumberdaya alam yang tersedia dalam jumlah, kualitas, tempat dan waktu tertentu disebut stock sumberdaya. Sedangkan flow merupakan komoditi sumberdaya alam yang dihasilkan dari stock. Stock menunjukkan apa yang diketahui tersedia untuk penggunaan sampai masa tertentu, sedangkan flow merupakan indikasi penggunaan saat ini. Jika stock akan berkurang jumlahnya sejumlah yang digunakan oleh manusia, maka flow akan selalu berubah jumlahnya tergantung penggunaan. Pengetahuan tentang konsep stock sebenarnya akan sangat tergantung dari teknologi yang tersedia, tinjauan kelayakan ekonomis dan apakah secara kondisi sosial memang diinginkan seperti jelas tertera dalam pasal 33 UUD 1945. Terdapat satu macam sumberdaya alam yang disebut common property resources yaitu sumberdaya alam yang dimiliki bersama. Karena sifatnya yang menjadi milik bersama maka prinsip siapa cepat dia dapat, menjadi pedoman dari pemakai sumberdaya alam. Oleh karena itu sumberdaya alam akan cepat habis, kalaupun sumberdaya alam renewable bisa dipastikan kehancurannya akan mudah pula. Contoh yang paling menarik adalah penangkapan ikan. Kini bisa kita saksikan semakin menipisnya stock ikan binatang menyusui yang hidup di laut khususnya ikan paus dan lumba-lumba. Karena ikan tidak ada yang memiliki, orang berlomba-lomba menangkapnya lebih dahulu sebelum didahului orang lain. Common property resources memerlukan manajemen khusus untuk menghindarkannya dari kehancuran yang terus berlangsung. Widodo 2003 menjelaskan bahwa sumberdaya ikan merupakan salah satu sumber daya alam yang mampu pulih namun bukan tidak terbatas. Mereka dapat mengalami penipisan kelimpahan abundance bahkan kemusnahan collapse jika dibiarkan dalam keadaan nir-kelola. Kondisi sumberdaya ikan nir-kelola dapat dilihat secara grafik sebagai berikut. Gambar 1. Fase Perkembangan Sumberdaya Ikan Nir-Kelola Widodo, 2003 Gordon 1954 yang diacu dalam Fauzi 2004 mengemukakan bahwa sumberdaya ikan pada umumnya bersifat open access. Tidak seperti sumberdaya alam lainnya, seperti pertanian dan peternakan yang sifat kepemilikannya jelas, sumberdaya ikan relatif bersifat terbuka. Gordon juga mengemukakan bahwa tangkap lebih secara ekonomi economic overfishing akan terjadi pada perikanan yang tidak terkontrol. Meski banyak sekali bentuk fungsi pertumbuhan yang bersifat density dependent, salah satu bentuk fungsi yang sederhana dan sering digunakan adalah model pertumbuhan logistik logistic growth model. Gambar 2 memperlihatkan fungsi pertumbuhan logistik serta plot stok terhadap waktu beserta perilaku pencapaian ke arah daya dukung maksimum lingkungan carrying capacity. x 12K K Fx K t X t r 1 r 2 a b Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Logistik Dari persamaan matematis dan gambar di atas terlihat bahwa dalam kondisi keseimbangan equilibrium dimana laju pertumbuhan sama dengan nol ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = ∂ ∂ t χ , tingkat populasi akan sama dengan carrying capacity. Maksimum pertumbuhan akan terjadi pada kondisi setengah dari carrying capacity tersebut K2. Tingkat ini disebut juga Maximum Sustainable Yield atau MSY. Pada panel b diperlihatkan bagaimana stok akan mencapai keseimbangan maksimum pada tingkat carrying capacity K tergantung pada tingkat pertumbuhan intrinsik r, semakin tinggi nilai r r 1 r 2 , semakin cepat carrying capacity dicapai. Pertumbuhan intrinsik adalah pertumbuhan yang terdapat di dalam komuniti itu sendiri. Kurva pertumbuhan ikan dibuat dengan asumsi perikanan tidak mengalami eksploitasi. Model kemudian dikembangkan dengan memasukkan faktor produksi tangkap ke dalam model. Untuk menangkap ikan di suatu perairan dibutuhkan berbagai sarana. Sarana tersebut merupakan faktor input, yang biasa disebut sebagai upaya atau r 1 r 2 k effort. Meski banyak definisi mengenai pengukuran upaya ini, definisi umum yang bisa dipahami mengenai upaya adalah indeks dari berbagai input seperti tenaga kerja, kapal, jaring, alat tangkap dan sebagainya yang dibutuhkan untuk suatu aktivitas penangkapan. Fauzi, 2004 mengemukakan bahwa secara teoritis fungsi tersebut mungkin tidak realistis karena menunjukkan tidak adanya sifat kenaikan hasil yang semakin berkurang diminishing return dari upaya yang merupakan sifat dari fungsi produksi. Implikasinya jika upaya mengalami penggandaan, produksi juga akan berganda. Demikian pula jika upaya ditingkatkan seribu kali lipat, produksi juga akan meningkat seribu kali lipat. Hal ini tentu saja tidak realistis karena dalam jangka pendek stok ikan terbatas, sehingga ada batasan maksimum dari produksi. Pengaruh introduksi penangkapan ikan terhadap fungsi pertumbuhan biologi stok ikan dapat memperlihatkan beberapa hal yang menyangkut dampak dari aktivitas penangkapan terhadap stok. Pertama, pada saat tingkat upaya sebesar E 1 diberlakukan, maka akan diperoleh jumlah tangkapan sebesar h 1 garis vertikal. Kemudian, jika upaya dinaikkan sebesar E 2 , dimana E 2 E 1 , hasil tangkapan akan meningkat sebesar h 2 1 2 h h . Jika upaya terus dinaikkan, misalnya sebesar E 3 E 3 E 2 E 1 , akan terlihat bahwa untuk tingkat upaya dimana E 3 E 2 ternyata tidak menghasilkan tangkapan yang lebih besar. Kurva produksi lestari yang dikenal dengan istilah Yield Effort Curve Gambar 3 terlihat bahwa jika tidak ada aktivitas perikanan upaya = 0, produksi juga akan nol. Ketika upaya terus dinaikkan, pada titik E MSY akan diperoleh produksi yang maksimum. Produksi pada titik ini disebut sebagai titik Maximum Sustainable Yield. Karena sifat dari kurva Yield Effort yang berbentuk kuadratik, peningkatan upaya yang terus-menerus setelah melewati titik tidak akan dibarengi dengan peningkatan produksi lestari. Produksi akan turun kembali, bahkan mencapai nol, pada titik upaya maksimum E max . Fauzi, 2004 mengemukakan bahwa dapat ditambahkan faktor ekonomi dengan memasukkan faktor harga dan biaya. Untuk mengembangkan model Gordon-Schaefer ini beberapa asumsi akan digunakan untuk memudahkan pemahaman. Asumsi-asumsi tersebut antara lain : 1 Harga per satuan output Rpkg diasumsikan konstan atau kurva permintaan diasumsikan elastis sempurna. 2 Biaya per satuan upaya C dianggap konstan. 3 Spesies sumberdaya ikan bersifat tunggal single species. 4 Struktur pasar bersifat kompetitif. 5 Hanya faktor penangkapan yang diperhitungkan tidak memasukkan faktor pasca panen dan lain sebagainya. Gambar 3. Kurva Produksi Lestari-Upaya Dengan menggunakan asumsi-asumsi di atas, dan kurva Sustainable Yield-Effort SYE, maka dengan mengalikan harga dan produksi lestari diperoleh kurva penerimaan TR = ph. Demikian juga, dengan mengalikan biaya per satuan input dengan upaya diperoleh kurva total biaya TC = cE yang linier terhadap upaya. Kalau digabungkan, fungsi penerimaan dan biaya dalam suatu gambar, akan diperoleh kurva sebagaimana disajikan pada Gambar 3. Pada Gambar 4 dijelaskan pengelolaan perikanan dalan dua rezim pengelolaan yang berbeda. Dalam kondisi pengelolaan yang bersifat terbuka open access, keseimbangan pengelolaan akan dicapai pada tingkat upaya EY 2 , dimana penerimaan total TR sama dengan biaya total TC. Dalam hal ini pelaku perikanan hanya menerima biaya opurtunitas dan rente ekonomi sumberdaya atau manfaat ekonomi tidak diperoleh. Gambar 4. Grafik Model Gordon-Schaefer Rente ekonomi sumberdaya economic rent dalam hal ini diartikan sebagai selisih antara total penerimaan dari ekstraksi sumberdaya dengan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mengekstraksinya. Tingkat upaya pada posisi ini adalah tingkat upaya dalam kondisi keseimbangan yang disebut bioeconomic equilibrium of open access fishery atau keseimbangan bionomik dalam kondisi akses terbuka. Secara intuisi, keseimbangan bioekonomi dapat dijelaskan pada setiap tingkat upaya lebih rendah dari χ E sebelah kiri dari ∞ E , biaya total melebihi penerimaan total, sehingga banyak pelaku perikanan akan keluar dari perikanan Apollonio, 2002. Dengan demikian, hanya pada tingkat upaya keseimbangan tercapai, sehingga proses entry dan exit tidak terjadi. Dengan kata lain, keseimbangan open access akan terjadi jika seluruh rente ekonomi telah terkuras habis driven to zero sehingga tidak ada lagi insentif untuk entry maupun exit, serta tidak ada perubahan pada tingkat upaya yang sudah ada. Kondisi ini identik dengan ketidakadaannya hak kepemilikan property rights pada sumberdaya atau lebih tepatnya adalah ketiadaan hak kepemilikan yang bisa dikuatkan secara hukum enforceable. Keuntungan lestari yang maksimum maximum sustainable rent akan diperoleh pada tingkat upaya di mana jarak vertikal antara penerimaan dan biaya merupakan jarak terbesar garis BC. Dalam literatur ekonomi sumberdaya ikan, tingkat upaya ini sering disebut sebagai Maximum Economic Yield MEY atau produksi yang maksimum secara ekonomi, dan merupakan tingkat upaya yang optimal secara sosial socially optimum. Jika dibandingkan tingkat upaya pada keseimbangan open access dengan tingkat upaya optimal secara sosial E , akan terlihat bahwa pada kondisi open access tingkat upaya yang dibutuhkan jauh lebih lebih banyak dari yang semestinya untuk mencapai keuntungan optimal yang lestari. Dari sudut pandang ekonomi, keseimbangan open access menimbulkan terjadinya alokasi sumberdaya alam yang tidak tepat misallocation karena kelebihan faktor produksi tenaga kerja, modal dan lain-lain tersebut bisa dialokasikan untuk kegiatan ekonomi lainnya yang lebih produktif. Inilah sebetulnya inti prediksi Gordon bahwa perikanan yang open access akan menimbulkan kondisi economic overfishing. Gordon 1954 yang diacu dalam Fauzi 2004 mengemukakan bahwa keseimbangan open access dicirikan oleh terlalu banyak input dengan sedikit biomas too manny boat chasing too few fish. Hal ini terjadi kasena sifat akses yang terbuka, menjadikan stok sumberdaya akan dieksploitasi sampai titik yang terendah. Mulyadi 2005 menuliskan bahwa masalah risiko dan ketidakpastian risk and uncertainty terjadi karena laut adalah wilayah yang dianggap bebas untuk dieksploitasi open access. Wilayah yang pemanfaatannya tidak terbatas akan cenderung menimbulkan terjadinya eksploitasi berlebih. Individu yang memiliki akses terbaik dengan modal dan teknologi, cenderung memperoleh manfaat terbanyak dari tempat itu. Menghadapi kondisi seperti ini, masyarakat nelayan cenderung mengembangkan pola- pola adaptasi yang berbeda dan sering kali tidak dipahami oleh masyarakat di luar komunitasnya untuk menghadapi akibat banyaknya risiko dan kehidupan yang serba tidak menentu. Selanjutnya Mulyadi 2005 mengemukakan bahwa beberapa stok ikan di beberapa kawasan perairan sudah mengalami kondisi tangkap lebih overfishing terjadi terutama dikarenakan pengelolaan pembangunan yang selama ini diterapkan kurang besar. Dengan kata lain, selama ini telah terjadi mis-management pada pembangunan nasional kita.

2.2 Permasalahan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan