1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi sumberdaya ikan di laut sebesar 6,4 juta ton per tahun, terdiri dari ikan pelagis kelompok ikan yang kehidupannya maupun mencari
makan selalu di badan air- permukaan perairan besar 1,16 juta ton, pelagis kecil 3,6 juta ton, demersal kelompok ikan yang kehidupannya maupun mencari makan selalu di dasar
laut- di dasar perairan 1,36 juta ton, udang penaeid 0,094 juta ton, lobster 0,004 juta ton, cumi-cumi 0,028 juta ton, dan ikan karang konsumsi 0,14 juta ton Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap, 2004. Berdasarkan pada kondisi geografi dan untuk kepentingan pengelolaan sumber
daya ikan di laut , perairan laut Indonesia dibagi menjadi sembilan Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia WPPI yaitu : 1. Selat Malaka, 2. Laut Cina Selatan, 3. Laut
Jawa, 4. Selat Makasar dan Laut Flores, 5. Laut Banda, 6. Laut Arafura, 7. Laut Seram dan Teluk Tomini, 8. Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik, 9. Samudera
Hindia. Berdasarkan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan, diketahui bahwa terdapat ketidak seimbangan pemanfaatan sumber daya ikan tersebut di masing-masing wilayah
pengelolaan. Di beberapa wilayah perairan laut telah menunjukkan kondisi yang tangkap lebih overfishing seperti Laut Jawa dan Selat Malaka. Dilain pihak di beberapa
perairan lainnya tingkat pemanfaatannya masih rendah seperti di Laut Flores, Laut Banda, Laut Seram dan Teluk Tomini serta Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik. Pada
wilayah perairan yang tingkat pemanfaatannya masih rendah seperti di perairan Indonesia Bagian Timur, perlu diterapkan kebijakan pengelolaan sumber daya ikan yang
tepat dan benar agar dapat dihasilkan tangkapan ikan yang optimum dengan tetap menjaga kelestariannya.
Salah satu perairan yang potensi sumberdaya ikannya perlu dikelola secara optimum adalah di perairan Teluk. Teluk adalah laut yang menjorok ke laut Bappeda
Kabupaten Buton, 2004. Di Indonesia sebagai negara yang memiliki 17.504 pulau, mempunyai banyak teluk dan yang baru dapat diidentifikasi 631 teluk Pusat Survei
dan Pemetaan Mabes ABRI, 1984 .Salah satu teluk yang dipilih dalam penelitian ini adalah Teluk Lasongko. Teluk ini terletak dalam WPPI 4, lokasinya di pulau Muna
termasuk wilayah administrasi Kabupaten Buton. Perairan Teluk Lasongko disamping memiliki sumber daya ikan untuk usaha penangkapan, perairan ini juga memiliki potensi
sumberdaya untuk usaha budidaya laut yang besar seperti budidaya ikan ,rumput laut dan moluska. Hal ini dimungkinkan karena lautnya yang tenang cocok untuk lahan
budidaya laut. Sebagai salah satu upaya untuk mempercepat pembangunan Kawasan Timur
Indonesia melalui pemanfaatan potensi sumberdaya ikan, sejak tahun 2002 telah dilakukan pertemuan-pertemuan yang terdiri dari wakil-wakil dari 11 instansi yang
dikoordinasikan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan untuk bersama-sama melakukan kegiatan dengan menerapkan prinsip-prinsip keterpaduan dalam mengelola
kawasan dan pemanfaatan sumberdaya ikan. Sebelas instansi dimaksud adalah : 1 Departemen Kelautan dan Perikanan Ditjen. Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Ditjen.
Perikanan Tangkap, Ditjen. Perikanan Budidaya, Ditjen. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, 2 Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 3 Departemen Sosial, 4 Departemen Kesehatan,
5 Departemen Pendidikan Nasional,6 Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 7 Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 8 Departemen Dalam Negeri, 9
Kementerian Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia, 10 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah KUKM, 11 Kementerian Pemberdayaan
Perempuan. Melalui berbagai pertimbangan , hasil pertemuan menetapkan satu lokasi
pembangunan secara terpadu sebagai proyek percontohan. Lokasi dimaksud adalah Teluk Lasongko di Pulau Muna Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara. Departemen
Kelautan dan Perikanan, 2003. Beberapa pertimbangan dipilihnya kawasan Teluk Lasongko sebagai lokasi
percontohan pembangunan terpadu adalah: i masyarakat yang tinggal disekitarnya adalah masyarakat campuran penduduk asli P.Muna dengan penduduk pendatang dari
Ambon sekitar 1.506 orang, dan ii perairan Teluk Lasongko merupakan salah satu aternatif lahan mata pencaharian bagi penduduk tersebut sehingga perlu adanya
kelangsungan usaha yang kondusif bagi terciptanya situasi aman dan damai. Upaya yang dapat ditempuh adalah memanfaatkan sumberdaya ikan yang ada di
Teluk Lasongko seoptimal mungkin dengan tetap menjaga kelestariannya. Untuk itu perlu dirumuskan kebijakan pemanfaatan sumberdaya ikan di Teluk Lasongko yang
dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengaturan usaha penangkapan ikan.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah