Pembelajaran Pengertian Pembelajaran dan Pembelajaran Matematika

Dari tiga tahap dalam teori Bruner tersebut, siswa diarahkan untuk belajar secara mandiri dengan mencoba sendiri. Dengan kata lain, konsep atau pengetahuan yang mereka dapat setelah mencoba merupakan transformasi dari pengalaman siswa selama pembelajaran. Hal ini bersesuaian dengan model eperiential learning. Tahap enaktif diterapkan pada tahap reflective observation pada model experiential learning. Tahap ikonik diterapkan pada tahap abstract conceptualization. Sedangkan tahap simbolik diterapkan pada tahap active experimentation pada model experiential learning.

2.1.3 Pengertian Pembelajaran dan Pembelajaran Matematika

2.1.3.1 Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan menurut Fontana dalam Suherman et al. 2003: 7, pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan Suherman et al., 2003: 8. Komunikasi yang diharapkan selama proses pembelajaran tersebut lebih dititikberatkan pada siswa. Ini berarti siswa diharapkan aktif selama proses pembelajaran. Prinsip pembelajaran yang digunakan sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi seperti yang telah dijabarkan dalam permendikbud nomor 65 tahun 2013 adalah sebagai berikut: 1. dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu; 2. dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; 3. dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; 4. dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; 5. dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; 6. dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; 7. dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; 8. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal hardskills dan keterampilan mental softskills; 9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat; 10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan ing ngarso sung tulodo, membangun kemauan ing madyo mangun karso, dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran tut wuri handayani; 11. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; 12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas; 13. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan 14. pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya siswa. Dari uraian di atas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa dalam pembelajaran siswa dituntut untuk aktif dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Siswa bahkan dapat menjadi guru untuk teman sebayanya. Ini berarti siswa dapat terlibat dalam diskusi-diskusi dalam proses untuk memperoleh konsep atau pengetahuan baru. Sedangkan guru berperan membantu siswa untuk menemukan konsep dan tidak mengajarkannya secara langsung.

2.1.3.2 Pembelajaran Matematika