13
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Legitimacy Theory
Lindblom 1996 dalam Hadi 2011:87 menyatakan sebagai bagian dari masyarakat sebuah perusahaan membutuhkan legitimasi dari masyarakat di
sekitarnya sehingga dapat tetap eksis. Oleh karena itu, perusahaan, melalui top manajemennya mencoba memperoleh kesesuaian antara tindakan organisasi dan
nilai-nilai, norma yang ada dalam masyarakat umum yang relevan atau stakeholder-nya. Legitimasi masyarakat merupakan faktor sangat strategis bagi
perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan kedepan. Hal itu dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengkonstruksi strategi-strategi perusahaan,
terutama terkait dengan upaya memposisikan diri di tengah lingkungan masyarakat. Gray et al. 1996 dalam Hadi 2011:88 mendefinisikan legitimacy
theory adalah ” A systems-oriented view of organisation and society permits us to
focus on the role of information and disclosure in the relationship between organisations, the state, individuals and group”.
Definisi di atas menyatakan legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan yang berorentasi pada keberpihakan terhadap masyarakat society.
Untuk itu, sebagai suatu sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada society, operasi perusahaan harus kongruen dengan harapan masyarakat.
Deegan dalam Hadi 2011:88 menyatakan teori legitimasi sebagai berikut:
“ …a system-oriented perspective, the entity is assumed to influenced by, and in turn to have influence upon, the society in which it operates. Corporate
disclosure are considered to represent one important means by witch management can influence e
xternal perceptions about organisation”.
Legitimasi perusahaan merupakan arah implikasi orientasi pertanggung jawaban perusahaan yang lebih menitik beratkan pada stakeholders perspective
masyarakat dalam arti luas. Social disclosure dapat dijadikan satu representasi keberpihakan sosial tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pihak eksternal.
Teori legitimasi dapat dijadikan sebagai salah satu pijakan bagaimana seharusnya perusahaan merumuskan kebijakan agar tetap memperoleh pengakuan dan
kepercayaan dari stakeholders. Terlebih dalam hal kebijakan pengungkapan serta kebijakan keberpihakan sosial. Dowling dan Pfeffer dalam Hadi 2011:91
menyatakan bahwa aktivitas organisasi perusahaan hendaknya sesuai dengan nilai sosial lingkungannya. Lebih lanjut dinyatakan, bahwa terdapat dua dimensi agar
perusahaan memperoleh dukungan legitimasi yaitu: 1.
Aktivitas organisasi perusahaan harus sesuai congruence dengan sistem nilai di masyarakat.
2. Pelaporan aktivitas perusahaan juga hendaknya mencerminkan nilai sosial.
Pattern 1992 dalam Hadi 2011:92 menyatakan bahwa upaya yang perlu dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mengelola legitimasi perusahaan agar
lebih efektif, yaitu dengan cara:
1. Melakukan identifikasi dan komunikasidialog dengan publik.
2. Melakukan
komunikasi dialog
tentang masalah
nilai sosial
kemasyarakatan dan lingkungan, serta membangun persepsinya tentang
perusahaan.
3. Melakukan strategi legitimasi dan pengungkapan, terutama terkait dengan
masalah tanggung jawab sosial social responsibility.
2.2 Pengungkapan Perusahaan