Sinonim Nama Aspek Kebahasaan

54

4.2.1.3.1 Sinonim

Sinonim adalah hubungan atau relasi persamaan makna. Bentuk-bentuk kebahasaan yang memiliki kesamaan makna disebut bersinonim. Berdasarkan pengamatan terhadap data yang terkumpul, ditemukan penggunaan kata yang bersinonim yang digunakan untuk menarik perhatian lawan bicara dan membuat suasana pembicaraan menjadi lebih menarik. Berikut adalah data tersebut. Pada data dialog no. V.18-V.19 berikut. KONTEKS : SULIYAH MENGEJEK PEYANG Peyang : “Séh, karo guruné ésih dhuwur inyong.” : “Dengan gurunya masih tinggi saya.” Suliyah : “Ujarku gemiyén Ko agi mbéné mlebu ngénéh goblog, malah siki jomblo ya?” : “Saya kira dulu pertama masuk sini kamu goblok, tetapi sekarang jadi jomblo?” Pada dialog di atas penggunaan sinonim semata-mata ditunjukan untuk memancing tawa penonton. Dimana Suliyah dengan sengaja memadukan kata goblog dan jomblo yang mempunyai arti sama yaitu ‘bodoh’..

4.2.1.3.2 Nama

Nama dalam lawakan Peyang Penjol dimanfaatkan untuk menciptakan humor. Pemanfaatan nama dalam lawakan Peyang Penjol dapat dilihat pada contoh-contoh berikut ini. Data dialog no. VI.196-VI.198. KONTEKS : PEYANG MENAGIH UANG KEPADA PENJOL Penjol : “Kula Penjol alias Uto.” : “Saya Penjol alias Uto.” Pak Bayan : “Uto” : “Uto” 55 Peyang : “Lah ya pantes namakna Uto.” : “Pantas saja namanya Uto.” Penjol : “Dadi utang ora nyaur? Alah jan jijihi” : “Jadi hutangnya tidak dibayar? Benar-benar menyebalkan” Pada dialog di atas nama Uto dimanfaatkan untuk menciptakan kelucuan karena Uto singkatan dari utang ora nyaur hutang tidak membayar. Uto ditunjukan kepada Penjol karena pada waktu itu Penjol berhutang kepada Peyang yang dan Penjol tidak mau membayar hutang. Pada data dialog no.V.53-V.56 juga memanfaatkan nama sebagai penciptaan humor. KONTEKS : PEYANG SEDANG MEMASAK UNTUK MAJIKANNYA Suliyah : “Masak apa?” : “Masak apa?” Peyang : “Tiungké.” : “Tiungke.” Suliyah : “Waduh, kiyé ora tau-tau masak tiungké Kuwé bahané apa?” : “Tidak biasanya masak tiungke Itu bahannya apa?” Peyang : “Bahané tiungké niku, kula niku masak tiungké niku kula wingi teng mburi, terus nyepeng nika wit budin. Kula tiungaken pendhet pucuké kanggé lalap.” : “Bahannya tiungke itu, ketika di belakang rumah saya memegang pohon singkong dan saya bengkokkan untuk memetik ujungnya untuk lalapan.” Pada dialog di atas nama tiungke dimanfaatkan untuk menciptakan kelucuan. tiungke adalah sebutan masyarakat Banyumas pada daun singkong. Tetapi Peyang mengatakan bahwa yang namanya tiungke adalah cara mengambil daun singkong dengan ditiungkan dibengkokkan supaya lebih dekat. 56

4.2.1.3.3 Alih Kode