36
4.2.1.1 Pelanggaran Prinsip Kerjasama
Dalam komunikasi yang wajar, masing-masing peserta yang terlibat dalam sebuah tuturan akan berusaha mematuhi prinsip-prinsip yang bonafit. Dengan
demikian para peserta tutur akan selalu memperhatikan apakah tuturan mereka informatif, benar, sesuai dengan konteks pembicaraan, dan disampaikan secara
ringkas serta jelas. Apabila masing-masing peserta tutur mengabaikan hal-hal tersebut dia atas, maka komunikasi yang wajar bisa saja terjadi.
Sebaliknya, wacana humor biasanya dikreasikan dengan menyimpangkan hal-hal yang menjadi prinsip utama komunikasi. Demikian pula halnya dengan
lawakan Peyang Penjol. Di dalam lawakan Peyang Penjol banyak ditemukan berbagai penyimpangan prinsip kerja sama yang memang sengaja diciptakan
untuk memancing kelucuan.
4.2.1.1.1 Pelanggaran Maksim Kuantitas
Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.
Pada lawakan Peyang Penjol banyak terdapat tuturan-tuturan yang tidak mematuhi maksim kuantitas. Pelanggaran maksim tersebut dimaksudkan untuk
memunculkan humor. Pelanggaran maksim kuantitas tampak pada data dialog no.
II.2-II.5
KONTEKS : PENJOL BERTANYA KEPADA SULIYAH YANG SEDANG MENANGIS
Penjol : “Sul, Ko si lagi kenangapa kuwé, nangis mingsek-mingsek
barangan?” “ Sul, kamu kenapa, sampai nangis tersedu-sedu.”
Suliyah : “Mingsek-mingsek ta kari motor langka bengsiné, bé oli ngereng-
ngereng ora patiya nemén. Pada baé nyong kaya kiyé, angger kurang otot-ototané ya kayongé garep nangisa ya ora téyéng
37
seru kang. Angger nyong téyéng nangis seru, tek serokna mén ana wong sing ngénéh. Ditakoni kenangapa, ya mbok ana sing
rila-rila kaya kuwé.”
: “Motornya mau mati karena tidak ada bensinya, sehingga suaranya tidak begitu keras. Seperti halnya saya jika kekurangan
tenaga menangispun tidak bisa keras. Andaikan bisa menangis keras, saya keraskan lagi biar semua orang datang ke sini. Kalau
ditanya kenapa, barangkali saja ada yang rela ke sini.”
Pada dialog di atas tuturan yang yang dilakukan oleh Suliyah dikatakan melanggar maksim kuantitas karena dalam tuturan tersebut suliyah memberikan informasi
yang berlebih terhadap Penjol. Tuturan Suliyah pada data dialog no. II.12-II.13 berikut ini juga melanggar
maksim kebijaksanaan yaitu: KONTEKS
: PENJOL SEDANG MENASEHATI SULIYAH YANG MENYESALI PERNIKAHANNYA DENGAN PENJOL
Penjol : “Alah wong wis nasibé dhéwék koh, kabéh-kabéh tuli duwé nasib.
Kono karo inyong kuwé tuli uwis suwé golé jodoan.” : “ Keberuntungan seseorang ada pada dirinya sendiri dan semua
orang punya nasib. Kita sudah lama berhubungan.” Suliyah :
“Suwé, aja kadung suwé tuli siki malah nganti tenang kaya kiyé. Wong arep pegatan ya angél, dhuwité kudu akéh. Kowé megat
inyong nganggo apa? Ya kur kaya kiyé thok diingu-ingu. Kaya kiyé sesuwéné ya kaya kiyé. Jajal kowé wong lanang bisané apa?
Ménék ora téyéng, dandan payon sing bocor be ora téyéng.”
: “Lama kelamaan menjadi tenang seperti ini. Ingin cerai saja susah, karena memerlukan banyak uang. Kamu menceraikan aku
dengan apa?, ini hanya sekedar anganku. Selamanya akan seperti ini. Sebagai seorang lelaki kamu bisanya apa? Memanjat pohon
dan memperbaiki genteng yang bocor saja tidak mampu.”
Pada dialog diatas tuturan Suliyah melanggar maksim kuantitas yaitu memberikan jawaban terlalu berlebih kepada Peyang, hal tersebut tidak sesuai
dengan apa yang dipertanyakan Peyang. Tuturan Penjol pada data dialog no. II.99-II.100 juga melanggar maksim
kuantitas, hal tersebut tampak pada jawaban Penjol yang berlebih atas pertanyaan Peyang.
38
KONTEKS : PENJOL DATANG KE RUMAH PEYANG UNTUK MENCARI PEKERJAAN
Peyang : “Eh saking pundi? Ndalu-ndalu koh mriki.”
“Dari mana malam-malam ke sini?” Penjol :
“Niki saking nggriya mpun rong dinten. Kula mriki niki ajeng nggolét pegawéyan.”
“Saya sudah dua hari dari rumah. Saya ke sini ingin mencari pekerjaan.”
Pada dialog di atas Penjol melanggar maksim kuantitas karena jawaban 2 hari dan mencari pekerjaan belum ditanyakan oleh Peyang. Peyang seharusnya
cukup dengan menjawab dari rumah.
4.2.1.1.2 Pelanggaran Maksim Kualitas