49
Pada dialog di atas tuturan Suliyah dikatakan melanggar maksim penerimaan karena Suliyah bersikap tidak hormat kepada lawan tuturnya. Suliyah
mengejek Peyang yang jualan bekicot.
4.2.1.2.4 Pelanggaran Maksim Kerendahan Hati
Penutur yang kooperatif akan selalu menjaga prinsip-prinsip komunikasi dengan baik. Begitu pula dengan prinsip kesopanan. Dalam berkomunikasi
dengan lawan tutur, peserta tutur yang baik akan selalu bersikap sopan dan santun di hadapan lawan tuturnya sehingga dengan demikian dia tidak akan pernah
menonjolkan kemampuan yang dimilikinya seperti: kepandaian, kekayaan, prestasi, dan lain sebagainya. Apabila prinsip-prinsip tersebut dilanggar akibat
yang muncul adalah dia akan dianggap sombong. Dalam wacana humor, sering kali prinsip-prinsip tersebut dilanggar.
Dalam memancing tawa penonton lawakan Peyang Penjol bahkan sering kali menyimpangkan maksim kerendahan hati ini sehingga ditemukan peserta tutur
yang berbicara dengan penuh kesombongan di hadapan lawan tuturnya. Adapun penyimpangan terhadap maksim kerendahan hati yang dapat ditemukan dalam
lawakan Peyang Penjol adalah sebagai berikut: Pada data dialog no. VI.47-VI.49
KONTEKS : SULIYAH MINTA CERAI DARI PEYANG Peyang :
“Ko rep megati nyong, Ko rep megati inyong? Awas kelayu Ko” : “Kamu ingin menceraikan saya, kamu mau menceraikan saya?
Awas kamu nanti” Suliyah :
“Hem, rika angger pegatan karo inyong, bali dadi bakul pace maning masa oraa”
: “Jika kamu bercerai denganku, kamu kembali menjadi penjual mengkudu”
50
Peyang : “Ora kuwatir Ko janji tek culna nginyong, niat Ko bali dadi
bakul biting ngonoh, arep ngapa?” : “Tidak khawatir Jika jadi saya ceraikan, kamu menjadi penjual
lidi lagi, mau apa?”
Pada dialog di atas antara peserta tutur sama-sama saling melanggar maksim kerendahan hati dengan saling menyombongkan dirinya masing-masing.
Suliyah mengatakan bahwa kalau Peyang akan bercerai dengnya maka peyang akan kembali menjadi penjual pace. Begitu juga Peyang mengatakan kalau
Suliyah bercerai darinya akan kembali menjadi penjual lidi. Hal ini menandakan bahwa mereka berdua merasa paling kaya.
Tuturan Peyang pada data dialog no.VI.235 juga melanggar maksim kerendahan hati.
KONTEKS : PEYANG MENYOMBONGKAN DIRINYA KALAU DIA BIJAKSANA
Peyang : “Enjing dugi mangsane kula sarap, ngepas niku tekane Angger
kula seg sarap dhéwéke ndodog kula nuwun. Ya kepripun lah wong kula dadi wong niku sok bijaksana. Mpun kula keloh-keloh
nggih kula dulangaken.”
: “Saat sarapan, saat itu juga dia datangDia mengetuk sambil mengucapkan salam. Ya bagaimana lagi, saya jadi orang kadang
bijaksana. Makanan sudah diacak-acak tetap saja saya suapkan.”
Pada dialog di atas Peyang dikatakan melanggar maksim kerendahan hati karena Peyang menyombongkan diri dengan mengatakan bahwa dirinya
bijaksana. Tuturan Suliyah pada data dialog no. III.408-III.412 melanggar maksim
kerendahan hati. KONTEKS : SULIYAH BERTENGKAR DENGAN BU PEYANG
Suliyah : “Iya soalé kanggo ndhidhik rika kiyé kaki Peyang.”
51
: “Iya soalnya untuk mendidik kakek Peyang.” Bu Peyang
: “Sing ndidik kuwé nyong, wong nyong sing wadon. Malah Ko” : “Yang mendidik itu saya, saya kan istrinya. Kok malah kamu”
Suliyah : “Seh, nyong sing sekolahé dhuwur.”
: “Saya yang bersekolah tinggi.”
Pada dialog di atas tuturan Suliyah dikatakan melanggar maksim kerendahan hati karena Suliyah menyombongkan diri dengan mengatakan bahwa
dia yang sekolah lebih tinggi.
4.2.1.2.5 Pelanggaran Maksim Kecocokan