Analogi Jenis-Jenis Humor dalam Lawakan Peyang Penjol

31 Pada dialog di atas Suliyah melakukan hal yang konyol yaitu membrongos rambutnya dengan minyak tanah. Hal tersebut tidak mungkin terjadi kalau tidak ada keperluan untuk humor.

4.1.5 Analogi

Jenis humor yang mencari persamaan-persamaan dengan kondisi atau situasi yang sebenarnya ingin dkatakan. Pada lawakan Peyang Penjol terdapat jenis humor Analogi. KONTEKS : SULIYAH SEDANG MEMBANDING-BANDINGKAN ANTARA ANAK PEYANG DAN PADI. Suliyah : “Ujaré nyong garep sedéla, kari-kari nganti anak-anak 27 kaya kaé. Énggen payu ta nyong mélu ngingu, nggen ana anak payu Tapi wong siki mangsané agi mangsan wereng. Pari pada kenang wereng, anaké Peyang ora pada kenang wereng warah, aku gumun” “Saya kira sebentar, ternyata sampai anak 27 seperti itu. Jika laku saya ikut memelihara, jika laku Tetapi sekarang musim wereng, padi terkena wereng, anaknya Peyang tidak terkena wereng, saya heran.” Pada data dialog no. I.1 tersebut merupakan jenis humor analogi karena isi lelucon tersebut untuk mencari persamaan-persamaan dengan kondisi atau situasi yang sebenarnya ingin dikatakan. Anak disamakan dengan padi, padi bisa terkena wereng, tapi anaknya Peyang tidak pernah terkena wereng. Humor Analogi juga tampak pada data dialog no. I.1 berikut. KONTEKS : SULIYAH SEDANG MEMBICARAKAN PEYANG YANG SEDANG SAKIT Suliyah : “Peyang disuntik nangis, ditambani ora mari. Jéré omongé pak dokter, ngomong tekanan darah tinggi. Ya mémper, wong nyong sugihé tinggi dadi Peyang pernyakité tekanan darah tinggi.” “Peyang disuntik menangis, diobati tidak sembuh. Pak dokter berkata bahwa tekanan darahnya tinggi. betul, orang saya kaya akan hewan tinggi, jadi penyakitnya juga tekanan darah tinggi.” 32 Dialog di atas merupakan jenis humor analogi karena isi lelucon tersebut untuk mencari persamaan-persamaan dengan kondisi atau situasi yang sebenarnya ingin dikatakan. Penyakit tekanan darah tinggi disamakan dengan penyakit yang disebabkan oleh hewan tinggi. Humor analogi juga terdapat pada data dialog no. I.1 berikut. KONTEKS : SULIYAH SEDANG MEMBICARAKAN PEYANG YANG DULUNYA JELEK DAN SEKARANG SUDAH MENJADI BAGUS. Suliyah : “Gemiyén-gemiyén dong agi cononé pating penyonyo siki koh jan mlowes ya bagus kaya kaé, ning telihé-telihé. Mbarang mangan suket siki jan wetengé lempeng kaya jaran. Nyong ya tetep tresna baé.” “Dahulu ketika cononnya bisul di kepala masih banyak, sekarang, sudah bagus seperti itu, tetapi telihe-telihe. Semenjak makan rumput sekarang perutnya lurus seperti perut kuda. tetapi saya tetap cinta .” Dialog di atas merupakan jenis humor analogi karena isi lelucon tersebut untuk mencari persamaan-persamaan dengan kondisi atau situasi yang sebenarnya ingin dikatakan. Kata “telih” yang berarti bagian perut dari ayam yang fungsinya sebagai tempat menampung makanan disamakan dengan perut Peyang.

4.1.6 Olah Logika