Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Humor merupakan salah satu bentuk tuturan yang dapat dijadikan sarana komunikasi. Sarana komunikasi ini mengandung informasi, pernyataan rasa senang, marah, kesal atau simpati. Sebagai sarana komunikasi apabila disampaikan dengan tepat, humor dapat berfungsi bermacam-macam. Tuturan yang mengandung humor mampu mengurangi ketegangan dan sebagai mediator penyelamat. Kritikan yang disampaikan melalui humor, dirasa lebih halus karena humor sangat berfungsi sebagai alat kritik yang ampuh dan yang dikritik tidak merasakan sebagai suatu konfrontasi. Humor tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan sehari-hari, karena merupakan salah satu media yang dapat membuat orang tertawa. Aktivitas yang sangat digemari ini, tidak mengenal kelas sosial dan latar belakang pendidikan. Humor ada di semua lapisan masyarakat, di desa maupun di kota yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang untuk melampiaskan perasaan tertekan dan bertujuan untuk mengurangi berbagai ketegangan yang ada di sekeliling manusia. Secara tidak langsung humor telah menjadi kebutuhan yang tidak terpisahkan dari manusia. Bahkan banyak orang yang menganggap humor sebagai bagian dalam hidup, misalkan setiap hari acara-acara yang ditayangkan di televisi maupun radio menggunakan unsur humor. Kehadiran pelawak Dono, Kasino, Indro yang tergabung dalam Warkop DKI merupakan salah satu grup lawak yang sangat melegenda di Indonesia. 2 Lawakan-lawakan dan banyolan-banyolan grup lawak tersebut dapat membuat para penontonnya tertawa terpingkal-pingkal. Selain Warkop DKI masih banyak pelawak-pelawak di Indonesia seperti, Benyamin, Doyok cs, dan Bagito. Bahkan saat ini di televisi swasta banyak bermunculan program humor seperti Opera Van Java, Seger Bener, dan Tawa Sutra yang kerap menghiasi layar televisi. Adapula kompetisi lawak yang menampilkan bakat-bakat dari para pelawak di seluruh Indonesia. Pada tuturan lokal di wilayah Banyumas juga memiliki grup lawak Peyang Penjol yang tidak kalah tenarnya dengan grup lawak yang sering ditayangkan di televisi maupun radio. Sejak kemunculan Peyang Penjol sekitar tahun 1969, grup yang sangat melegenda ini mendapat sambutan baik dari masyarakat Banyumas. Lawakan Peyang Penjol merupakan humor yang berbentuk wacana lisan yang memanfaatkan kearifan lokal budaya Banyumas. Peyang Penjol sering dipentaskan dalam acara hajatan atau disiarkan melalui radio RRI Banyumas. Lawakan yang berasal dari Banyumas ini tidak selalu berdiri sendiri, tetapi juga dipentaskan dalam kesenian wayang kulit sebagai selingan dan dipentaskan dalam suatu cerita yang berlangsung selama satu jam atau lebih. Gendhing-gendhing Banyumasan selalu dibawakan dalam setiap pementasan lawakannya, pada pemunculan adegan pertama dan pada setiap pergantian pemain. Para pemain dalam lawakan Peyang Penjol mengeluarkan ide dengan kata-kata dan ejekan-ejekan mengenai fisik lawan mainnya dengan bahasa Banyumas yang bernuansa humor. Dengan demikian, bagi yang tidak mengerti 3 dialek Banyumas, maka kelucuan-kelucuan dalam lawakan menjadi tidak menarik atau tidak lucu walaupun kostum atau tata rias wajahnya dibuat yang aneh-aneh. Gerak mimik dan tingkah laku para pemain sifatnya hanya sebagai pendukung. Para pemain dalam lawakan Peyang Penjol melakukan pelanggaran-pelanggaran prinsip percakapan dalam kata-kata dan ejekan-ejekannya. Pelanggaran yang dimaksud adalah pelanggaran prinsip kerjasama dan pelanggaran prinsip kesopanan. Lawakan Peyang Penjol banyak mengandung aspek-aspek kebahasaan seperti sinonim, nama, alih kode, campur kode yang lazim digunakan untuk penciptaan humor. Cerita dalam Peyang Penjol tidak hanya sekedar mempertontonkan guyonan yang mengundang tawa, tetapi di dalam lawakannya juga terkandung wacana kritis, pendidikan moral, dan nilai kearifan lokal. Ironisnya, lawakan Peyang Penjol sekarang tenggelam di tengah kultur masyarakat yang lebih modern. Masyarakat Banyumas kini lebih tertarik dengan sajian budaya modern. Besarnya pengaruh modernisme menyebabkan semakin redupnya budaya lokal Banyumas dan pengaruh budaya global itu berakibat pada masyarakat Banyumas yang seakan meninggalkan filsafat budayanya. Berdasarkan deskripsi yang telah diuraikan, penelitian ini mengkaji jenis- jenis humor, faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya humor dalam lawakan Peyang Penjol dan kaitan lawakan Peyang Penjol dengan kearifan budaya lokal menggunakan kajian sosiopragmatik. 4

1.2 Rumusan Masalah