Plesetan. Slapstick Jenis-Jenis Humor dalam Lawakan Peyang Penjol

29 Peyang : “Séh, séh. Wong aweh kaya koh kaya jaran.” “Loh memberi kaya kok kaya kuda.” Pada dialog di atas Suliyah memadang rendah Peyang yang tidak bisa memberikan kebutuhan duniawi. Peyang tidak bisa memberikan kekayaan seperti apa yang diharapkan oleh Suliyah.

4.1.3 Plesetan.

Plesetan merupakan jenis humor yang memplesetkan nama, karakter atau bentuk fisik tokoh. Pada data dialog no. I.1 KONTEKS : SULIYAH MEMBAWA PEYANG YANG SEDANG SAKIT KE PUSKESMAS Suliyah : “Barang pernyakité suwé-suwé imbuh-imbuh, nyong bingung. Tek gawa maring nggoné mbak Pus. “Pus sapa kaé” , Puskesmas Wong mas’é larang dadi meng nggoné mbak Pus.” “Setelah penyakitnya makin lama makin parah, saya bingung. Saya bawa ke tempatnya mbak Pus. “Pus siapa itu”, Puskesmas Karena emas mahal jadi ke tempatnya mbak Pus.” Data dialog di atas merupakan jenis humor plesetan yaitu berupa nama, karakter atau bentuk fisik tokoh termasuk juga peristiwanya sendiri yang diplesetkan, kata puskesmas diplesetkan menjadi dua kata yaitu “pus” merupakan nama orang yang diplesetkan menjadi mbak pus dan “mas” yang diplesetkan menjadi emas.

4.1.4 Slapstick

Slapstick merupakan jenis humor yang kasar dan mengandalkan hal-hal yang konyol. Pada lawakan Peyang Penjol dapat kita temukan humor slapstick dalam data dialog no. I.1 berikut. KONTEKS : PEYANG YANG SUDAH SEMBUH DARI SAKIT SEKARANG TIDAK MAU MAKAN NASI KARENA PAS SAKIT OBAT YANG DIBERIKAN KELIRU OBAT KUDA 30 Suliyah : “Peyang mriangé Mandan mari, spontan tekanan darah tinggi turun trus nganti tekan siki. Bareng mari. Carané dong doyan- doyané madang, nyong bingung beras larang, Peyang bola-bali madang. Suwé-suwé Peyang ora doyan madang sega kuwé. Sing dituku keliru obat jaran kuwé. Peyang mbarang mari ora gelem madang sega ning karena obat itu obat jaran, Peyang njaluk mangan suket.” “Penyakit Peyang mulai sembuh, dengan cepat tekanan darah tingginya menurun sampai sekarang. Peyang sedang senang- senangnya makan, yang membingungkan berasnya mahal. Peyang jadi senang makan. Semakin lama Peyang tidak suka makan nasi. Yang dibeli salah, ternyata obat kuda. ketika sembuh dia tidak mau makan nasi, tetapi makanan yang dia minta makan rumput.” Data dialog di atas merupakan jenis lawakan slapstick yaitu lelucon yang kasar dengan mengandalkan kejadian konyol, asal lucu. Ketika Peyang sudah sembuh dari penyakitnya, Peyang banyak makan nasi tapi saat ia salah membeli obat yaitu obat kuda Peyang malah tidak suka makan nasi tapi suka makan rumput. Ini merupakan lelucon yang mengandalkan kejadian konyol, asal lucu. Mana mungkin ada orang yang memilih makan rumput daripada makan nasi. Slapstick juga terdapat pada data dialog V.1 berikut. KONTEKS : SULIYAH INGIN RAMBUTNYA DIKERITING Suliyah : “Nuju sawijining dina, ujarku sapa kaé bagus temen, wah gondrong, clanané putih, hem’é putih, sepatuné putih. Plérak- plérok jebulé lagi mléroki inyong. Kocapa nyong sandalé dhuwur ngarep. Rambuté senajan wis duwé anak, wong jamané-jaman kemajuan ya rambuté tek brongos. Wong kriting ora duwé dhuwit ya tek brongos karo latung.” “Pada suatu hari, saya melihat laki-laki yang tampan, rambutnya panjang, celanannya putih, hemnya putih, sepatunya putih. Matanya melirik ke arahku. Meskipun sandalnya tinggi yang depan. Walaupun rambutnya sudah beruban, jamannya sudah jaman kemajuan ya rambutnya saya brongos. Sudah keriting tidak punya uang, di brongos pakai minyak tanah.” 31 Pada dialog di atas Suliyah melakukan hal yang konyol yaitu membrongos rambutnya dengan minyak tanah. Hal tersebut tidak mungkin terjadi kalau tidak ada keperluan untuk humor.

4.1.5 Analogi