63 mereka yang bekerja sebagai nelayan. Beliau mengaku bahwa sekarang ini
mereka tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah, namun biasanya pegawai dari dinas perikanan memberikan penyuluhan, namun Beliau mengharapkan
bukan hanya penyuluhan saja yang dilakukan tetapi tindakan nyata seperti memberikan bantuan berupa alat tangkap seperti jaring yang menunjang
pekerjaan mereka. Ia berharap agar suatu saat nanti pemerintah dapat memberikan bantuan terhadap mereka nantinya.
5.1.3 Informan III
Nama : Faduhu Gea
Usia : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku : Nias
Pekerjaan : Nelayan
Jumlah Anak : 5 Orang
Pendidikan : Tamat SMP
Bapak Faduhu Gea merupakan salah seorang nelayan di Desa Fowa yang telah menjalankan pekerjaan sejak tahun 1996 dan hampir 19 tahun lamanya
hingga sampai sekarang. Awalnya Ia menjadi nelayan dikarenakan tidak ada pekerjaan lain pada waktu itu yang mengharuskan memilih menjadi seorang
nelayan. Pendidikannya yang hanya tamat Sekolah Menengah Pertama SMP pun menjadi faktor beliau terjun menjadi nelayan ketimbang menjadi seorang
pengangguran. Namun Beliau sampai sekarang ini tetap bersyukur dari profesinya
64 yang mampu menghidupi kehidupannya dan keluarga. Beliau memiliki seorang
istri yang statusnya hanya sebagai ibu rumah tangga serta memiliki 6 orang anak. Menjadi seorang nelayan banyak resiko yang harus di hadapi setiap
harinya, seperti halnya jika cuaca pada saat sedang di tengah laut menjadi tidak bersahabat sehingga badan bermunculan maka Ia mengaku itu saat-saat yang
sangat menegangkan bagaimana Ia serta yang lainnya mempertahankan hidup mereka agar perahu yang digunakan tidak terbalik karena kemungkinan resiko
yang tidak diinginkan bisa saja terjadi. Namun Bapak Faduhu bersyukur sampai sekarang ini setelah 19 tahun menjalankan kehidupan sebagai seorang, Ia masih
diberikan kehidupan yang jauh dari hal-hal buruk yang bisa menimpa nelayan pada umumnya.
Seperti kebanyakan nelayan lainnya, kegiatan melaut dilakukan oleh beliau pada pagi hari yakni pukul 05.00 Wib dan kembali lagi sekitar pukul 10.00
Wib. Alat yang digunakannya biasanya alat pancing saja karena keterbatasan modal untuk membeli perlengkapan seperti jaring yang mencapai jutaan rupiah
berbeda dengan alat pancing biasanya beliau membutuhkan modal ratusan ribu saja. Untuk berapa kali dalam sebulan pergi melaut, Ia mengaku jika waktu dan
cuaca mendukung maka kegiatan melaut tetap di jalankan. Pendapatan dari hasil melaut Beliau mengaku tidak menentu yang bisa di
dapat dalam sehari, biasanya bisa mencapai Rp. 50.000 namun itu tidak tiap harinya bisa mendapatkan hasil seperti itu, jika dalam sebulan di hitung Ia
mengaku bisa mencapai Rp. 1.000.000. Selain berprofesi sebagai nelayan, Ia juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai penderes karet namun tidak rutin
dilakukan berhubung waktu untuk melaut cukup banyak serta hasil yang di dapat
65 dari menderes karet sangat kurang diakibatkan turunnya harga jual karet pada saat
ini di daerah. Menurut Beliau, penghasilan dari menjadi seorang nelayan masih di rasa kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya yang semakin tinggi
begitu juga harga kebutuhan pokok yang semakin hari semakin melambung, namun Ia dan keluarga berusaha mencukupkan segala pengeluaran dengan
pendapatan yang di dapat. Mengenai tempat tinggal, Bapak Faduhu sudah memiliki rumah sendiri
serta tergolong sederhana, yang mana lantai rumah sudah di semen begitu juga dinding terbuat dari setengah beton dan atapnya sudah menggunakan seng.
Jumlah kamar yang berada di rumah beliau berjumlah tiga yang mana semua kamar di tempati. Sumber air yang digunakan juga sudah PDAM dan memiliki
kamar mandi. Alat penerangan dalam rumah juga sudah menggunakan listrik serta adapun barang-barang elektronik seperti televisi dan radio.
Bapak Faduhu memiliki 6 orang anak yangmana 4 orang telah bersekolah sedangkan yang 2 lainnya belum bersekolah. Anak pertama barusan saja tamat
Sekolah Dasar SD, yang bungsu masih belum bersekolah dan usianya masih 5 tahun. Pendidikan anak menjadi salah satu tanggungannya untuk menyekolahkan
anak-anaknya serta berusaha agar kebutuhan sekolah mereka selalu terpenuhi agar nantinya anak-anak tersebut memiliki masa depan untuk mendapatkan perkerjaan
layak pada saatnya nanti. Kondisi kesehatan Bapak Faduhu dan keluarga jarang mengalami sakit.
Untuk Beliau biasanya penyakit yang di derita berupa flu dikarenakan cuaca yang dingin pada pagi hari ketika pergi melaut, untuk anak-anak biasanya mengalami
sakit demam namun hal tersebut jarang di alami. Seandainya mengalami sakit
66 tindakan awal yang Ia lakukan membeli obat-obatan di warung jika masih di rasa
tidak parah akan tetapi jika tidak kunjung sembuh maka akan di bawa ke puskesmas atau rumah sakit. Beliau sudah terdaftar sebagai penerima BPJS
Kesehatan sehingga mendapatkan pelayanan gratis. Mengenai sandang dan pangan, Bapak faduhu mengaku untuk urusan
membeli pakaian hanya sekali dalam setahun, akan tetapi untuk anak-anak yang sudah bersekolah terkadang tiap tahunnya Ia membeli pakaian sekolah jika ada
rejeki. Konsumsi makanan Beliau dan keluarga setiap harinya nasi, ikan dan sayur serta daging jika ada uang untuk membelinya. Pola konsumsi makanan keluarga 3
kali dalam sehari sedangkan Ia hanya 2 kali dalm sehari yakni siang dan malam saja dikarenakan paginya tidak sarapan hanya membawa kopi untuk menemani di
saat melaut. Aktivitas sebagai seorang nelayan, Bapak Faduhu juga memiliki kendala-
kendala dimana masih terbatas alat-alat yang dapat menunjang profesinya. Seperti halnya nelayan di Desa Fowa pada umumnya, Ia juga tergolong nelayan
tradisional yang masih menggunakan perahu kecil untuk berlayar serta alat berupa pancing untuk menangkap ikan. Beliau mengemukakan bahwa dengan alat yang
terbatas itu, pergerakan untuk mencari ikan-ikan ke tempat yang lebih jauh, bermalam di tengah laut ataupun pergi ke pulau-pulau tidak dapat dilakukan
karena perahu yang digunakan tidak mampu untuk mengakses ke tempat seperti itu.
Keterbatasan modal untuk membeli alat dan perlengkapan yang lebih canggih juga menjadi kendala untuk menjadikan profesinya sebagai nelayan
dapat menghasilkan pendapatan lebih. Keinginan untuk mendapatkan alat dan
67 perlengkapan canggih tidak dapat terwujud sampai sekarang dikarenakan tidak
adanya sumber dana yang bisa pinjam. Masyarakat dan pihak Bank pun tidak berani memberikan pinjaman terhadap mereka karena tidak adanya garansi untuk
mengembalikan uang yang telah dipinjamkan tersebut. Mengenai penjualan hasil tangkapan ke masyarakat dirasakan beliau masih
kurang menguntungkaan mereka yang berprofesi sebagai nelayan. Hal itu terjadi karena semakin banyak hasil tangkap, maka Beliau akan menurunkan harga ikan
tersebut. Ketiadaan oknum yang dapat menampung hasil tangkapan mereka dalam skala besar serta tidak ada akses untuk memasarkan hasil tangkapan ke luar
daerah atau pulau menjadi faktor penyebab Ia harus menurunkan harga ikan agar hari itu dapat laku terjual sehingga hasil tangkapan tidak sia-sia.
Bapak Faduhu juga menyesalkan peran pemerintah yang minim untuk membantu nelayan di Desa, setidaknya Ia berharap agar pemerintah bisa
memfasilitasi tempat penampungan ikan yang dapat menampung hasil tangkapan mereka sehingga mendapatkan akses ke luar pulau untuk di pasarkan. Dengan
adanya fasilitas tersebut, maka daya jual ikan yang di dapat bisa dikendalikan agar memperoleh penghasilan lebih dan ikan-ikan tersebut tidak terbuang atau
membusuk.
5.1.4 Informan IV