9
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka hal-hal yang ingin diketahui dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan “1. Bagaimana Kondisi Sosial
Ekonomi Nelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli”. 2. “Apa Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kondisi Sosial
Ekonomi Nelayan Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli”
1.3 Tujuan penelitian
Adapun Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui Gambaran sosial ekonominelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi
Kota Gunungsitoli dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis antara lain :
1. Dapat memberikan masukan dan sumber informasi bagi disiplin ilmu
sosial terutama pada bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial, mengenai tinjauan sosial ekonominelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi
Kota Gunungsitoli. 2.
Dapat memberikan masukan dan sumber informasi bagi disiplin ilmu sosial terutama pada bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial, mengenai fak-
10 faktor yang berkaitan dengan sosial ekonominelayan di Desa Fowa
Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli. 3.
Dapat menjadi masukan bagi para peneliti lain yang tertarik meneliti lebih jauh mengenai tinjauan sosial ekonominelayan di Desa Fowa Kecamatan
gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli.
1.4.2 Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis, antara lain:
1. Memberikan masukan dan sumber informasi bagi para nelayan mengenai
kondisi sosial ekonominya. 2.
Menjadi sumbangan informasi bagi organisasi masyarakat yang mewadahi komunitas nelayan, maupun bagi instasi pemerintah terkait, hingga
nantinya dapat memberikan dukungan yang membuat perubahan positif bagi nelayan di desa fowa kecamatan gunungsitoli idanoi kota
gunungsitoli. 3.
Memberikan masukan dan sumber informasi bagi pembaca, pengamat sosial, dan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam penelitian ini
mengenai kondisi sosial ekonomi nelayan didesa fowa kecamatan gunungsitoli idanoi kota gunungsitoli.
11
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :
BAB I :
PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi tentang uraian singkat mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II :
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka berisi uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, dan definisi
operasional.
BAB III :
METODE PENELITIAN
Metode penelitian berisi tentang tipe penelitian, lokasi penelitian tehnik pengumpulan data, tehnik analisa data, dan
penyajian data
BAB IV :
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Berisikan gambaran umum lokasi penelitian yan berhubungan dengan objek yang diteliti
BAB V :
ANALISIS DATA
Berisikan uraian pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan hasil penilitian
12
BAB VI :
PENUTUP
Berisikan tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan hasil penelitian
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sosial Ekonomi 2.1.1 Pengertian Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi orang itu berbeda - beda, ada yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang dan rendah. Pengertian sosial dan pengertian ekonomi
jarang di bahas secara bersamaan. Salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang sejahtera adalah melalui pembangunan ekonomi.
Sepanjang sejarah manusia terus mencari tahu bagaimana cara sumber daya alam ini dapat digunakan dengan baik. Masyarakat memerlukan sistem pemerintahan
yang dapat memenuhi semua kebutuhan anggotonya. Jawaban masyarakat dari keperluan itu menggambarkan nilai-nilai sosial ekonomi yang diikuti masyarakat
ketika itu.
Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan,. Dalam hal ini arti kawan bukan terbatas, Dalam hal ini kawan adalah mereka orang-orang yang
ada disekitar dan tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010 .Sehingga kata sosial sering diartikan sebagai hal-
hal yang berkenaan dengan masyarakat. Istilah ekonomi sendiri berasal dari kata yunani yaitu “oikos” yang berarti
keluarga, maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tanga atau manajemen rumah tangga.
14 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti ilmu-ilmu yang
mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaina barang serta kekayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur
sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status.
Melly G. Tan mengatakan untuk melihat kondisi sosial ekonomi keluarga atau masyarakat itu dapat dilihat melalui tiga aspek yaitu pekerjaan, pendidikan,
dan penghasilan. Tiga tingkatan golongan masyarakat berdasarkan kondisi sosial ekonomi,
yaitu : 1.
Golongan berpenghasilan rendah.Masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal.
Untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal, mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain karena tuntutan kehidupan yang keras,
perkembangan anak dari keluarga itupun menjadi agresif. Sementara itu orangtua yang sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
tidak sempat memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap perilaku anaknya.
2. Golongan berpenghasilan sedang. Masyarkat yang memiliki pendapatan
yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.
15 3.
Golongan berpenghasilan tinggi.Masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan pokok, sebagian dari pendapatan yang diterima dapat ditabung
dan digunakan untuk kebutuhan lain ataupun kebutuhan di masa mendatang.
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan masyarakat antara lain sandang, pangan, perumahan pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Kehidupan sosial ekonomi harus di pandang
sebagai sistem sistem sosial yaitu satu keseluruhan bagian-bagian atau unsur- unsur yang saling berhubungan dalam satu kesatuan.
2.1.2 Indikator Sosial Ekonomi
Keluarga atau kelompok masyarakat dapat digolongkan memiliki sosial ekonomi rendah, sedang dan tinggi. Bersasakan hal tersebut, kita dapat
mengklarifikasikan keadaan sosial ekonominya yang dapat dijabarkan sesuai dengan indikator sebagai berikut :
a Pendapatan Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang terutama akan
ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan.
Biro pusat statistik BPS, merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut:
16 1. Pendapatan berupa uang yaitu pendapatan :
a Dari gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja sampingan,
kerja lembur dan kerja kadang-kadang. b
Dari hasil usaha sendiri berupa hasil bersih dari usaha sendiri dan penjualan dari kerajinan rumah.
c Dari hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah.
d Dari keuntungan sosial yakni pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial.
2. Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan berupa : a
Bagian pembayaran upah dan gaji yang berbentuk beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan rekreasi.
b Barang yang diproduksi dan dikonsumsi dirumah antara lain pemakaian
barang yang diproduksi dirumah dan sewa yang seharusnya dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati.
Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk menjadi 4 golongan yaitu:
1. Golongan Sangat Tinggi : Golongan pendapatan sangat tinggi adalah
jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan 2.
Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp.2.500.000,00 sd Rp. 3.500.000,00 per bulan.
3. Golongan Pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata dibawah
antara Rp. 1.500.000 sd Rp. 2.500.000, 00 perbulan. 4.
Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp.1.500.000,00 per bulan http:digilib.unimed.ac.idpublicUNIMED-
17 Undergraduate-22748-BAB20II.pdf
Berdasarkan kategori tersebut, dapat dikatakan bahwa pendapatan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang. Apabila seseorang
memiliki pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonominya tinggi juga.
di akses pada tanggal 30 Januari 21.00 WIB
b Perumahan Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum,
pembuangan sampah, tersedianya listrik, telepon, jalan yang memungkinkan pemukiman sebagaimana mestinya.
Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman, terdapat beberapa pengertian dasar, yaitu :
1. Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang
terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran
masyarakat. 2.
Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana,
dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
18 3.
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
4. Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri
atas lebih dari satu satuan permukiman. 5.
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas
umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
6. Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan
perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem
pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. 7.
Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan
martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. 8.
Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan.
9. Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya
masyarakat. 10.
Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
19 11.
Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus.
c Pendidikan Pendidikan adalah pembelajaranpengetahuan, keterampilan, dankebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah
bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.
Pada dasarnya pengertian pendidikan dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003
tentangSISDIKNAS, yakni:Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.Berdasarkan definisi di atas, saya menemukan 3 tiga pokok pikiran
utama yang terkandung di dalamnya, yaitu: 1.
Usaha sadar dan terencana. 2.
Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya.
3. Memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada
20 perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak
cukup cakap dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
d Kesehatan
Pengertian kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO tahun 1948 menyebutkan bahwapengertian kesehatan adalah suatu keadaan
fisik, mental dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit dan kelemahan. Dalam piagam ottawa untuk promosi kesehatan,
mengatakan bahwa pengetian kesehatan adalah sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan kesehatan adalah konsep positif
menekankansumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Upaya
kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
e Sandang dan Pangan Sandang adalah pakaian manusia. Pakaian menjadi kebutuhan primer
pertama walaupun manusia tidak bisa hidup tanpa pakaian, tetapi karena manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat sehingga pakaian adalah hal
yang paling penting. Sedangkan pangan adalah sumber makanan bagi manusia dan merupakan kebutuhan primer. Pangan meliputi pekerjaan dan hal-hal yang
dilakukan dengan tujuan menghasilkan pangan bagi kehidupan. Manusia hidup
21 dalam masayarakat dan mebutuhkan pekerjaan dalam menghasilkan kebutuhannya
sehari-hari.
2.2 Kemiskinan 2.2.1 Defenisi Kemiskinan
Kemisikinan merupakan masalah global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan satu sama lain seperti : tingkat pendapatan,
pendidikan, kesehatan, geografis, akses terhadap barang dan jasa serta kondisi lingkungan, Kemiskinan terus mejadi masalah sosial yang fenomenal sepanjang
sejarah indonesia. Kemiskinan merupakan bagian dari masalah sosial, apabila studi masalah
sosial dianggap suatu proses maka penanganan kemiskinan sebagai salah satu bentuk masalah sosial selalu terkait dengan pemahaman terhadap latar belakang
atau faktor-faktor yag dianggap sebagai sumber masalah. Strategi dan pendekatan dalam menangani masalah akan sangat ditentukan oleh pendekatan yang
digunakan dalam memahami latar belakang masalahnya. Treatment dalam menangani kemiskinan akan sangat ditentukan oleh diagnosis yang dilakukan
Soetomo 2008:326.
2.2.2 Aspek-aspek Kemiskinan
Langkah pertama yang tepat dilakukan dalam upaya memahami kemiskinan secara holistik adalah dengan melakukan kajian-kajian dengan aspek-
aspek kemiskinan itu sendiri, yaitu : a
Kemiskinan itu multi dimensi
22 Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep multi dimensi berakar dari
kondisi kehidupan manusia yang beranekaragam. Ditinjau dari segi kebijakan umum, maka kemiskinan ini meliputi aspek-aspek primer,
organisasi-organisasi sosial, kelembagaan-kelembagaan sosial, berbagai pengetahuan serta berbagai keterampilan yang dianggap dapat mendukung
manusia. Sedangkan aspek sekundernya antara lain miskinnya informnasi , jaringan sosial, dan sumber-sumber keuangan yang kesemuanya
merupakan faktor-faktor yang dapt digunakan sebagai jembatan memperoleh sebuah fasilitas yang dapat mendukung upaya
mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas hidup. b
Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sebagai konsekuensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan atau kemunduran aspek
lainnya. Justru kondisi seperti inilah yang mengakibatkan tidak mudahnya menanalisis kemiskinan itu menuju dalam pemahaman yang
komprehensif. c
Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur Fenomena yang sering ditemukan adalah pendapatan yang
diperoleh sekelompok yang bermukim ditempat yang sama namun kualitas individu atau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda. Kondisi
kehidupan manusia memiliki standar yang akuntabel. Kajian kesehatan memiliki kemampuan untuk mengukur kuantitas kalori yang dibutuhkan
manusia untuk dapat hidup secara wajar. Lebih jauh lagi, setiap unsur
23 makanan dengan jumlah, jenis dan kuantitas tertentu dapat diukur
kuantitas kandungan kalorinya yang berguna bagi aktivitas kehidupan manusia. Dengan demikian terdapat standar kehidupan minimum yang
semestinya dicapai dan dimiliki oleh manusia. Hal ini mengindikasikan kepada kita bahwa kemiskinan itu benar-benar fakta yang terukur.
Demikian terukurnya kemiskinan itu sehingga dapat diklarifikasikan ke dalam berbagai tingkat, seperti :
1. Miskin
2. Sangat miskin
3. Sangat miskin sekali
Demikian halnya dengan BKKBN sering mengklarifikasi kondisi kehidupan masyarakat ke dalam berbagai tingkat seperti:
1. Pra sejahtera
2. Sejahtera 1
3. Sejahtera 2
d Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun
kolektif. Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan rural
proverty, kemiskinan perkontaan Urban Proverty, dan sebagainya. Berbagai istilah tersebut bukanlah berarti bahwa yang mengalami
kemiskinan itu adalah desa atau kota secara an sich. Kondisi desa dan kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagi manusia. Dengan demikian
pihak yang menderita miskin hanyalah manusia, baik secara individual maupun kelompok, dan bukan wilayah Siagian 2012:12-15.
24
2.2.3 Gejala Kemiskinan
Untuk memahami kemiskinan lebih sering dilakukan dengan cara atau pedekatan lain, seperti melalui gejala-gejala kemiskinan. Salah satu cara dan
langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran gejala-gejala kemiskinan, seperti :
a. Kondisi kepemilikan faktor produksi
Kemiskinan tidak datang secara serta-merta. Demikian halnya dengan pendapatan, juga tidak datang dengan serta-merta. Semuanya
melalui saluran, sumber dan protes tertentu. Dengan demikian, salah satu pendekatan untuk mengetahui kemiskinan adalah mengetahui pekerjaan
atau mata pencaharian, apa alat atau faktor produksi yang digunakan dan bekerja dalam upaya mendapatkan pencaharian itu. Pemahaman akan
berbagai hal tersebutmerupakan jalan bagi kita untuk mengetahui apakah seseorang atau kelompok orang tersebut miskin atau tidak.
b. Angka ketergantungan penduduk
Secara teoritis memang dikenal banyak sumber pendapatan, seperti hasil usaha atau keuntungan, upah, bunga tabungan dan lain-lain. Namun
bagi mayoritas masyarakat, atau satu kalimat yang berlaku secara umum, orang hanya akan memiliki pendapatan jika bekerja. Namun pada
kenyataannya, angka ketergantungan pada masyarakat atau keluarga sangat tinggi.
c. Kekurangan gizi
25 Laporan dari berbagai institusi sperti Dinas Kesehatan, Puskesmas
maupun Rumah Sakit sering menggambarkan status masyarakat. Berbagai kesimpulan diperoleh dari laporan tersebut, antara lain adalah wilayah
rawan gizi. Berbagai media massa sering menginformasikan tentang kondisi masyarakat yang kurang gizi. Informasi ini merupakan gejala
sangat miskin seseorang atau sekelompok orang. Masalahnya berbagai unsur terdapat dalam kebutuhan pokok, dimana kebutuhan fisik
merupakan kebutuhan yang paling utama. Oleh karena itu, tidak terpenuhinya kebutuhan fisik yang mengakibatkan seseorang atau
sekelompok orang itu teridentifikasi kekurangan gizi menjadi gejala betapa miskinnya seseorang atau sekolompok orang itu.
d. Pendidikan yang rendah
Di era modern seperti ini, pendidikan dinaggap sebagai sesuatu yang penting. Pendidikan bahkan telah sebagai indikator utama kedudukan
dalam masyarakat. Oleh karena itu, wajar jika setiap orang berupaya meraih tingkat pendidikan, bahkan tidak sekedar pendidikan, melainkan
pendidikan yang tinggi. Hal ini terjadi karena pendidikan dianggap sebagai alat memenangkan persaingan yang makin hari makin ketat Siagian
2012:15-19.
2.2.4 Ciri-ciri Kemiskinan
Kemiskinan dapat juga disebutkan sebagai suatu kondisi sosial yang sangat rendah. Kondisi sosial lain dari penduduk miskin biasanya dicirikan oleh
keadaan rumah tangga dimana jumlah anggota keluarga banyak, tingkat
26 pendidikan kepala rumha tangga dan anggota rumah tangga rendah, dan umumnya
rumah tersebut berada di pedasaan. Dengan menggunakan perspektif yang lebih luas, kemiskinan memiliki
ciri-ciri sebagai berikut : 1.
Ketidakmapuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar
pangan,sandang,pangan 2.
Ketiadaan akses terhadapkebutuhan hidup dasar lainnya kesehatan pendidikan, sanitasi air bersih, transportasi
3. Ketiadaaan jaminan masa depan
4. Kerentanan terhadap goncangan individual maupun masal
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia
6. Keterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat
7. Ketiadaan akses terhadap lapangan pekerjaaan dan mata pencaharian
berkesinambungan 8.
Ketidakmampuan berusaha karena cacat fisik maupun mental 9.
Ketidakmapuan dan ketidak beruntungan sosial Soeharto 2009:32.
2.3 Nelayan 2.3.1 Defenisi Nelayan
Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan
atau budi daya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya Imron dalam
Mulyadi, 2005 :7.
27 Sebagian besar masyarakat pesisir, baik langsung maupun tidak langsung,
menggantungkan kelangsungan hidupnya dari mengelola potensi sumberdaya perikanan. Mereka menjadi komponen utama konstruksi masyarakat maritim
Indonesia. Dalam konteks ini, nelayan didefinisikan sebagai kesatuan sosial kolektif masyarakat yang hidup di kawasan pesisir dengan mata pencahariannya
menangkap ikan di laut, pola-pola perilakunya diikat oleh sistem budaya yang berlaku, memiliki identitas bersama dan batas-batas kesatuan sosial, struktur
sosial yang mantap, dan masyarakat terbentuk karena sejarah sosial yang sama. Sebagai sebuah komunitas sosial, masyarakat nelayan memiliki sitem
budaya yang tersendiri dan berbeda dengan masyarakat lain yang hidup di daerah pegunungan, lembah atau dataran rendah, dan perkotaan.Komunitas nelayan
terdiri atas komunitas yang heterogen dan homogen. Masyarakat yang heterogen adalah mereka yang bermukim di desa-desa yang mudah dijangkau secara
transportasi darat. Sedangkan yang homogen terdapat di desa-desa nelayanterpencil biasanya mengunakan alat-alat tangkap ikan yang sederhana,
sehingga produktivitas kecil. Sementara itu, kesulitan transportasi angkutan hasil ke pasar juga akan menjadi penyebab rendahnya harga hasil laut di daerah
mereka. Dilihat dari teknologi peralatan tangkap yang digunakan dapat dibedakan dalam dua katagori, yaitu nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayan
modern menggunakan teknologi penangkapan yang lebih canggih dibandingkan dengan nelayan tradisional. Ukuran modernitas bukan semata-mata karena
penggunaan motor untuk mengerakkan perahu, melainkan juga besar kecilnya motor yang digunakan serta tingkat eksploitasi dari alat tangkap yang digunakan.
28 Perbedaan modernitas teknologi alat tangkap juga akan berpengaruh pada
kemampuan jelajah operasional mereka. Dalam satu keluarga, tiap anggota memiliki peranan masing-masing
terutama dalam menjalankan perekonomian keluarga. Suami sebagai kepala rumah tangga adalah penanggungjawab kebutuhan rumah tangga, dan sebagai
pencari nafkah, yaitu mencari ikan di laut. Laut bagi nelayan merupakan ladang hidup, dan kehidupannya tergantung dari sumber-sumber kelautan. Kegiatan
sehari-hari yang dilakukan adalah pergi ke laut untuk menangkap ikan, jadi aktivitas nelayan suami sebagian besar dihabiskan di laut. Kegiatan yang
berkaitan dengan kenelayanan ini dilakukan oleh nelayan tidak hanya di laut, tetapi juga dilakukan pada waktu di darat. Waktu senggang ketika tidak melaut,
mereka gunakan untuk memperbaiki perahudan peralatan tangkap Sumintarsih, 2005:27
Sesungguhnya nelayan bukanlah suatu identitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap, nelayan dapat di
bedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat
tangkap milik orang lain. Sebaliknya nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan
perorangan adalah neyalan yang memiliki peralatan sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain Mulyadi 2005:7.
2.3.2 Kemiskinan Nelayan
29 Kemiskinan nelayan terdiri dari atas kemiskinan prasarana dan kemiskinan
keluarga. Kemiskinan prasarana dapat diindikasikan pada ketersediaan prasarana fisik di desa-desa nelayan, yang pada umumnya masih sangat minim, seperti tidak
tersedianya air bersih, jauh dari pasar, dan tidak adanya aksesuntuk memndapatkan bahan bakar yang sesuai dengan harga standar. Kemiskinan
prasarana itu secara tidak langsung juga memiliki andil bagi munculnya kemiskinan keluarga. Misalnya, tidak tersedianya air bersih akan memaksa
keluarga untuk mengeluarkan uang untuk membeli air bersih, yang berarti mengurangi pendapatan mereka. Kemiskinan prasarana juga dapat mengakibatkan
keluarga yang berada garis kemiskinan near poor bisa merosot kedalam keluarga miskin.
Sesungguhnya, ada dua hal utama yang terkandung dalam kemiskinan, yaitu kerentanan dan ketidakberdayaan. Dengan kerentanan yang dialami, orang
miskin akan mengalami kesulitan untuk menghadapi situasi darurat. Ini dapat dilihat dari nelayan perorangan misalnya , mengalami kesulitan dalam membeli
bahan bakar untuk keperluan melaut. Hal ini disebabkan karena pada sebelumnya tidak ada hasil tangkapan yang bisa di jual, dan tidak ada dana cadangan yang
dapat digunakan untuk keperluan mendesak. Hal yang sama juga dialami oleh nelayan buruh, mereka merasa tidak berdaya di hadapan para juragan yang telah
memperkerjakannya, meskipun bagi hasil yang diterimanya dirasakan tidak adil Mulyadi 2005:49.
Menurut Kusnadi kemiskinan nelayan disebabkan oleh faktor-faktor kompleks yang saling terkait satu sama lain. Kusnadi mengkategorikan faktor-
faktor tersebut kedalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah
30 faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi internal sumberdaya manusia nelayan
dan aktfitas kerja mereka. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi di luar diri dan aktiitas kerja nelayan. Faktor internal mencakup
masalah : a
Keterbatasan kualitas sumber daya manusia nelayan, b
Keterbatasan kemampuan modal usaha dan teknologi penangkapan, c
Hubungan kerja pemilihan perahu-nelayan buruh dalam organisasi organisasipenangkapan yang dianggap kurang menguntungkan nelayan
buruh, d
Kesulitan melakukan diperivikasi usaha penangkapan, e
Ketergantungan yang tinggi terhadap okupasi melaut, dan, f
Gaya hidup yang dipandang “boros” sehingga kurang berorientasi pada masa depan.
Faktor kemiskinan yang bersifat eksternal mencakup masalah: a
Kebijakan pembangunan perikanan yang lebih berorientasi pada produktivitas untuk menunjang pertumbuhan ekonomi nasional, parsial,
dan tidak memihak nelayan tradisional, b
Sistem pemasaran hasil perikanan yang lebih menguntungkan pedagang perantara,
c Kerusakan ekosistem pesisir dan laut karena pencemaran dari wilayah
darat, praktek penangkapan dengan bahan kimia, perusakan terumbu karang, dan konversi hutan bakau di kawasan pesisir,
d Penggunaan peralatan tangkap yang tidak ramah lingkungan,
e Penegakan hukum yang lemah terhadap perusak lingkungan,
31 f
Terbatasnya teknologi pengolahan hasil tangkapan pascatangkap, g
Terbatasnya peluang-peluang kerja di sektor nonperikanan yang tersedia di desa-desa nelayan, kondisi alam dan fluktuasi musim yang tidak
memungkinkan nelayan melaut sepanjang tahun h
Isolasi geografis desa nelayan yang mengganggu mobilitas barang, jasa, modal dan manusia Kusnadi, 2004 : 5-7.
Beberapa faktor yang menyebabkan kemiskinan nelayan antara lain : a.
Rendahnya tingkat teknologi penangkapan b.
Kecilnya skala usaha c.
Belum efesiennya sistem pemasaran hasil ikan d.
Status nelayan yang sebagian besar adalah buruh Basri 2007:44 Sementara menurut Raymond Firth kemisikinan nelayan dicirikan paling tidak
lima karakteristik. Pertama, pendapatan nelayan bersifat harian daily increments dan
jumlahnya sangat sulit untuk ditentukan, dan sangat bergantung pada musim dan status nelayan itu sendiri, dalam arti ia sebagaijuragan. Keadaan demikian
mendorong nelayan untuk membelanjakan uangnya segera setelah mendapatkan penghasilan. Implikasinya, nelayan sulit mengakumulasikan modal atau
menabung. Kedua, dilihat dari pendidikannya, tingkat pendidikan nelayan atau anak-
anak nelayan umumnya rendah. Kondisi demikian mempersulit mereka dalam memilih atau memperoleh pekerjaan lain, selain meneruskan pekerjaanorang
tuanya sebagai nelayan. Sementara itu, anak-anak nelayan yang berhasil mencapai
32 pendidikan tinggi. Maupun para sarjana perikanan, enggan berprofesi sebagai
nelayan, karena menganggap profesi nelayan sebagai lambang ketidakmampuan. Ketiga, dihubungkan dengan sifat produksi yang dihasilkan nelayan, maka
nelayan lebih banyak berhubungan dengan ekonomi tukar-menukar karena produk tersebut bukan merupakan makanan pokok, selain itu, sifat produk yang mudah
rusak dan harus segera dipasarkan, menimbulkan ketergantungan yang besar dari nelayan kepada pedagang. Hal itu membuat harga ikan akan dikuasai oleh
pedagang. Keempat, bidang perikanan membutuhkan investasi besar dan cenderung
mengandung resiko yang besar dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Oleh karena itu, nelayan cenderung menggunakan armada dan peralatan tangkap yang
sederhana, ataupun hanya menjadi anak buah kapal. Kelima, kehidupan nelayan yang miskin juga diliputi oleh keheranan,
misalnya ditunjukkan oleh terbatasnya anggota keluarga yang secara langsung dapat ikut dalam kegiatan produksi dan ketergantungan nelayan yang sangat besar
pada satu mata pencaharian, yaitu menangkap ikan Sutawi dan David, 2003: 29- 32.
2.3.2 Ketidakberdayaan Teknologi dan Ekonomi Nelayan
Dapat dipahami, jika ketergantungan nelayan terhadap teknologi penangkapan itu sangat tinggi. Hal tersebut disebabkan selain kondisi sumber
daya perikanan yang bersifat mobile, yaitu mudah berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, juga untuk menangkapnya nelayan perlu sarana bantu untuk
dapat bertahan lama hidup di atas air.
33 Pada umumnya para nelayan masih mengalami keterbatasan teknologi
penangkapan. Dengan alat tangkap yang sederahana, wilayah operasi pun menjadi terbatas, hanya di sekitar perairan pantai. Disamping itu, ketergantungan terhadap
musim sangat tinggi, sehingga tidak setiap saat nealayan bisa turun melaut, terutama pada musim ombak, yang bisa berlangsung sampai lebih dari satu bulan.
Akibatnya selain hasil tangkapan menjadi terbatas, dengan kesederhanaan alat yang dimiliki, pada musim tertentu tidak ada tangkapan yang dapat diperoleh.
Kondisi ini merugikan nelayan karena rata-rata pendapatan per bulan menjadi lebih kecil, dan pendapatan yang diperoleh pada saat musim ikan akan habis
dikonsumsi pada saat paceklik. Selain rendahnya teknologi penagkapan yang dimiliki oleh nelayan pada
umumnya, hal lain yang dihadapi nelayan adalah tidak semua nelayan memiliki alat tangkap. Kemampuan untuk meningkatan peralatan sangat di pengaruhi oleh
kondisi soial ekonomi seseorang nelayan. Sesuai dengan kondisi ekonominya, peralatan yang mampu dibeli adalah peraltan yang sederhana. Oleh karena itu,
untuk mengembangkan alat variasi tangkap bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Akibatnya kemampuan untuk melakukan dan meningkatkan hasil
tangkapan menjadi sangat terbatas. Kondisi ini mengakibatkan nelayan mengalami kesulitan untuk dapat melelpaskan diri dari kemiskinan karena
kemiskinan yang dialami oleh para nelayan tersebut menjadi semacam lingkaran setan Mulyadi 2005:49-50.
34
2.4 Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian tentang Keadaan Sosial-Ekonomi Masyarakat Nelayan Di Desa Kinabuhutan Kecamatan Likupang Barat. Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi
Utara pernah dilakukan oleh Martha Wasak program studi Agrobisnis Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi manado dengan
hasil penelitian Penduduk Desa Kinabuhutan tercatat 1.089 jiwa di mana 90 beragama islam, berpendidikan formal tamat SD, dan sebagian besar 78,55
bermatapencaharian sebagai nelayan, dengan menggunakan alat tangkap soma pajeko, pukat pantai dan pancing, di mana sekitar 51 nelayan berpendapatan Rp.
610.000 - Rp 800.000 per bulan, yang berdampak pada rendahnya tingkat kesejahteraan keluarga nelayan. Organisasi sosial dan ekonomi dapat bermanfaat
dalam peningkatan taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat di desa ini. Penelitian tentang Kondisi Nelayan Di Kecamatan Sei Tualang Raso Kota
Tanjungbalai pernah dilakukan oleh Rudy Fantony Manurung alumni mahasiswa program studi Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan dengan hasil penelitian Jenis Alat Tangkap Nelayan Tradisional pada umumnya telah ketinggalan zaman dengan nelayan modern. Sehingga hasil
tangkapan yang mereka peroleh sangat terbatas jumlah maupun jenisnya. Hal ini berdampak langsung bagi pendapatan nelayan yang nantinya akan mempengaruhi
perekonomian keluarga nelayan tradisional. Frekuensi melaut nelayan sangat dipengaruhi oleh keadaan alam khususnya cuaca, nelayan Tradisional pada
umumnya melaut pada siang hari.Tingkat pendapatan nelayan sangatlah rendah bila dibandingkan kebutuhan sehari-hari di zaman sekarang ini.Daya beli mereka
rendah, dan pengeluaran untuk pendidikan juga rendah.
35
2.5 Kesejahteraan Sosial