Kemiskinan Nelayan Nelayan .1 Defenisi Nelayan

28 Perbedaan modernitas teknologi alat tangkap juga akan berpengaruh pada kemampuan jelajah operasional mereka. Dalam satu keluarga, tiap anggota memiliki peranan masing-masing terutama dalam menjalankan perekonomian keluarga. Suami sebagai kepala rumah tangga adalah penanggungjawab kebutuhan rumah tangga, dan sebagai pencari nafkah, yaitu mencari ikan di laut. Laut bagi nelayan merupakan ladang hidup, dan kehidupannya tergantung dari sumber-sumber kelautan. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan adalah pergi ke laut untuk menangkap ikan, jadi aktivitas nelayan suami sebagian besar dihabiskan di laut. Kegiatan yang berkaitan dengan kenelayanan ini dilakukan oleh nelayan tidak hanya di laut, tetapi juga dilakukan pada waktu di darat. Waktu senggang ketika tidak melaut, mereka gunakan untuk memperbaiki perahudan peralatan tangkap Sumintarsih, 2005:27 Sesungguhnya nelayan bukanlah suatu identitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap, nelayan dapat di bedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan perorangan adalah neyalan yang memiliki peralatan sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain Mulyadi 2005:7.

2.3.2 Kemiskinan Nelayan

29 Kemiskinan nelayan terdiri dari atas kemiskinan prasarana dan kemiskinan keluarga. Kemiskinan prasarana dapat diindikasikan pada ketersediaan prasarana fisik di desa-desa nelayan, yang pada umumnya masih sangat minim, seperti tidak tersedianya air bersih, jauh dari pasar, dan tidak adanya aksesuntuk memndapatkan bahan bakar yang sesuai dengan harga standar. Kemiskinan prasarana itu secara tidak langsung juga memiliki andil bagi munculnya kemiskinan keluarga. Misalnya, tidak tersedianya air bersih akan memaksa keluarga untuk mengeluarkan uang untuk membeli air bersih, yang berarti mengurangi pendapatan mereka. Kemiskinan prasarana juga dapat mengakibatkan keluarga yang berada garis kemiskinan near poor bisa merosot kedalam keluarga miskin. Sesungguhnya, ada dua hal utama yang terkandung dalam kemiskinan, yaitu kerentanan dan ketidakberdayaan. Dengan kerentanan yang dialami, orang miskin akan mengalami kesulitan untuk menghadapi situasi darurat. Ini dapat dilihat dari nelayan perorangan misalnya , mengalami kesulitan dalam membeli bahan bakar untuk keperluan melaut. Hal ini disebabkan karena pada sebelumnya tidak ada hasil tangkapan yang bisa di jual, dan tidak ada dana cadangan yang dapat digunakan untuk keperluan mendesak. Hal yang sama juga dialami oleh nelayan buruh, mereka merasa tidak berdaya di hadapan para juragan yang telah memperkerjakannya, meskipun bagi hasil yang diterimanya dirasakan tidak adil Mulyadi 2005:49. Menurut Kusnadi kemiskinan nelayan disebabkan oleh faktor-faktor kompleks yang saling terkait satu sama lain. Kusnadi mengkategorikan faktor- faktor tersebut kedalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah 30 faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi internal sumberdaya manusia nelayan dan aktfitas kerja mereka. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi di luar diri dan aktiitas kerja nelayan. Faktor internal mencakup masalah : a Keterbatasan kualitas sumber daya manusia nelayan, b Keterbatasan kemampuan modal usaha dan teknologi penangkapan, c Hubungan kerja pemilihan perahu-nelayan buruh dalam organisasi organisasipenangkapan yang dianggap kurang menguntungkan nelayan buruh, d Kesulitan melakukan diperivikasi usaha penangkapan, e Ketergantungan yang tinggi terhadap okupasi melaut, dan, f Gaya hidup yang dipandang “boros” sehingga kurang berorientasi pada masa depan. Faktor kemiskinan yang bersifat eksternal mencakup masalah: a Kebijakan pembangunan perikanan yang lebih berorientasi pada produktivitas untuk menunjang pertumbuhan ekonomi nasional, parsial, dan tidak memihak nelayan tradisional, b Sistem pemasaran hasil perikanan yang lebih menguntungkan pedagang perantara, c Kerusakan ekosistem pesisir dan laut karena pencemaran dari wilayah darat, praktek penangkapan dengan bahan kimia, perusakan terumbu karang, dan konversi hutan bakau di kawasan pesisir, d Penggunaan peralatan tangkap yang tidak ramah lingkungan, e Penegakan hukum yang lemah terhadap perusak lingkungan, 31 f Terbatasnya teknologi pengolahan hasil tangkapan pascatangkap, g Terbatasnya peluang-peluang kerja di sektor nonperikanan yang tersedia di desa-desa nelayan, kondisi alam dan fluktuasi musim yang tidak memungkinkan nelayan melaut sepanjang tahun h Isolasi geografis desa nelayan yang mengganggu mobilitas barang, jasa, modal dan manusia Kusnadi, 2004 : 5-7. Beberapa faktor yang menyebabkan kemiskinan nelayan antara lain : a. Rendahnya tingkat teknologi penangkapan b. Kecilnya skala usaha c. Belum efesiennya sistem pemasaran hasil ikan d. Status nelayan yang sebagian besar adalah buruh Basri 2007:44 Sementara menurut Raymond Firth kemisikinan nelayan dicirikan paling tidak lima karakteristik. Pertama, pendapatan nelayan bersifat harian daily increments dan jumlahnya sangat sulit untuk ditentukan, dan sangat bergantung pada musim dan status nelayan itu sendiri, dalam arti ia sebagaijuragan. Keadaan demikian mendorong nelayan untuk membelanjakan uangnya segera setelah mendapatkan penghasilan. Implikasinya, nelayan sulit mengakumulasikan modal atau menabung. Kedua, dilihat dari pendidikannya, tingkat pendidikan nelayan atau anak- anak nelayan umumnya rendah. Kondisi demikian mempersulit mereka dalam memilih atau memperoleh pekerjaan lain, selain meneruskan pekerjaanorang tuanya sebagai nelayan. Sementara itu, anak-anak nelayan yang berhasil mencapai 32 pendidikan tinggi. Maupun para sarjana perikanan, enggan berprofesi sebagai nelayan, karena menganggap profesi nelayan sebagai lambang ketidakmampuan. Ketiga, dihubungkan dengan sifat produksi yang dihasilkan nelayan, maka nelayan lebih banyak berhubungan dengan ekonomi tukar-menukar karena produk tersebut bukan merupakan makanan pokok, selain itu, sifat produk yang mudah rusak dan harus segera dipasarkan, menimbulkan ketergantungan yang besar dari nelayan kepada pedagang. Hal itu membuat harga ikan akan dikuasai oleh pedagang. Keempat, bidang perikanan membutuhkan investasi besar dan cenderung mengandung resiko yang besar dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Oleh karena itu, nelayan cenderung menggunakan armada dan peralatan tangkap yang sederhana, ataupun hanya menjadi anak buah kapal. Kelima, kehidupan nelayan yang miskin juga diliputi oleh keheranan, misalnya ditunjukkan oleh terbatasnya anggota keluarga yang secara langsung dapat ikut dalam kegiatan produksi dan ketergantungan nelayan yang sangat besar pada satu mata pencaharian, yaitu menangkap ikan Sutawi dan David, 2003: 29- 32.

2.3.2 Ketidakberdayaan Teknologi dan Ekonomi Nelayan