58 penghasilan yang tetap sehingga enggan untuk meminjam baik itu kepada
tetangga maupun pinjaman di Bank. Hubungan sosial di antara nelayan di Desa Fowa sampai sekarang masih terjalin dengan baik ditandai dengan adanya salin
tolong menolong dari nelayan jika teman seprofesi mereka mengalami kendala. Sistem pemasaran juga menjadi hal menarik yang dialami oleh para
nelayan di Desa Fowa, Bapak Ali mengaku kendala dari pemasaran ikan yang kurang tersistem menjadikan turunnya harga ikan yang akan mereka jual.
Semakin banyak hasil tangkapan yang di dapat maka semakin turun juga harga ikan yang akan di jual disebabkan oleh tidak adanya oknum atau pihak pemerintah
yang dapat menampung ikan dalam skala besar untuk di pasarkan di luar pulau, sehingga mau tidak mau Ia harus menurunkan harga ikan agar dapat laku
ketimbang tidak terjual yang nantinya akan membuat Beliau rugi. Pemerintah setempat yang kurang memperhatikan kebutuhan ataupun
kendala-kendala yang di alami nelayan masih menjadi masalah umum nelayan di Desa Fowa. Beliau mengakui sudah berapa kali memberikan proposal agar
pemerintah dapat menyalurkan bantuan untuk mereka namun sampai sekarang belum ada realisasi dari pemerintah.
5.1.2 Informan II
Nama : Buyu Aro Gea
Usia : 41 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku : Nias
59 Pekerjaan
: Nelayan Jumlah Anak
: 2 Orang Pendidikan
: Tamat SD
Bapak Buyu merupakan Bapak dari 2 anak dan memiliki istri yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Beliau mulai menekuni profesi sebagai
nelayan sejak tamat Sekolah Dasar SD. Profesi sebagai nelayan telah Ia jalani kira-kira 15 tahun lebih lamanya dan masih aktif sampai sekarang. Aktifitas
sebagai nelayan di dasari atas kemauan sendiri untuk pergi melaut agar dapat menambah penghasilan dari orang tua dulunya. Sebelum menjadi nelayan, Ia
mengakui tidak pernah bekerjadi sektor lainnya. Bapak Buyu juga menjadi tulang punggung keluarga karena istrinya hanya sebagai ibu rumah tangga yang
menjadikan Ia dan keluarga sangat menggantungkan hidup dari hasil melaut untuk menyambung hidup sehari-hari.
Setiap pagi Bapak Ali pergi melaut memulai pekerjaannya sebagai nelayan dan kembali siang nantinya. Dalam sebulan, tidak ada keterbatasan waktu dalam
menjalankan profesinya untuk menangkap ikan, bahkan Beliau mengaku tak jarang dalam sehari pun dapat dua kali dalam sehari melaut. Namun, biasanya
kendala yang di alami beliau dalam melaut adalah jika cuaca buruk makan beliau tidak akan pergi melaut. Di samping itu, tidak ada lagi perkejaan sampingan
lainnya. Dari segi pendapatan, dalam sehari bisa mendapatkan Rp. 50.000 namun
pendapatan seperti itu tidak bisa di dapat tiap harinya, jika di hitung tiap bulannya bisa mencapai Rp. 1.200.000. Pendapatan yang di dapat itu menurut beliau
60 sebenarnya masih kurang untuk mencukupi kehidupan keluarganya yang semakin
hari semakin banyak, belum lagi dengan kebutuhan pokok seperti beras membuat Ia harus memutar otak agar penghasilan tersebut dapat memenuhi kebutuhan
keluarga. Kondisi rumah yang di tempati, Bapa Buyu sudah memiliki rumah sendiri
yang berukuran 6 x 8 M dan kondisi bangunan cukup baik. Dinding bangunan semua beton dan atap sudah menggunakan seng. Rumah beliau memiliki 2 kamar
yang mana tiap kamar di huni oleh 2 anggota keluarga. Rumah juga sudah menggunakan listrik serta sumber air sudah menggunakan PDAM. Barang-barang
elektronik seperti televisi, kipas pun ada di dalam rumahnya. Letak kamar mandi juga berada di dalam rumah yangmana ada sistem pembuangan.
Bapak Buyu memiliki 2 orang putri yang masing-masing masih menjadi tanggungannya
untuk memperjuangkan kehidupan anak-anaknya agar mendapatkan pendidikan yang layak. Putri yang pertama baru saja menyelesaikan
pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama SMP serta putri yang kedua juga baru saja menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar SD. Selesainya kedua
putri beliau tahun ini menjadi suatu beban berat dikarenakan banyak keperluan yang akan dibutuhkan oleh kedua putrinya memasuki sekolah serta tahun ajaran
baru. Keperluan seperti membeli pakaian sekolah, buku serta alat-alat tulis lainnya menjadi tanggungannya bagaimana bisa mengusahakan mendapatkan sumber
dana yang cukup. Namun Ia tidak mengeluh karena berharap agar anak-anaknya kelak mendapatkan kehidupan yang lebih layak nantinya.
Kesehatan merupakan salah satu komponen penting di dalam kehidupan. Kondisi tubuh yang fit sudah tentu akan menunjang aktivitas sehari-sehari.
61 Iamengaku bahwa kondisi kesehatan keluarga tergolong normal jarang mengalami
sakit hanya saja khusus untuk beliau sering mengeluh sakit maag dikarenakan profesinya sebagai seorang nelayan menjadikan beliau terlambat makan.
Seandainya mengalami sakit maag seperti itu, beliau biasanya tidak berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit namun membeli obat-obatan di warung dekat
rumahnya. Keluarga Bapak Buyu juga sudah terdaftar sebagai anggota BPJS Kesehatan sehingga tidak harus mengeluarkan biaya jika mengalami sakit serta
mendapatkan pelayanan gratis. Hal ini juga cukup membantunya dari segi kesehatan dikarenakan tidak mengeluarkan biaya untuk berobat Puskesmas atau
Rumah Sakit. Dalam pemenuhan sandang dan pangan, Bapak Buyu mengaku jarang
membeli pakaian baru mengingat pendapatan yang kurang sehingga lebih berioentasi pada pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari saja , namun setidaknya
dalam setahun Beliau akan berusaha menyisihkan pendapatannya untuk membeli pakaian baru khususnya untuk istri dan anak-anaknya. Untuk kebutuhan pangan,
biasanya Beliau dan keluarga mengkonsumsi nasi, ikan dan sayur yang menjadi menu makan sehari-hari. Dalam sehari keluarga tetap mengkonsumsi makanan 3
kali dalam sehari berbeda dengannya yang berprofesi sebagai nelayan biasanya mengkonsumsi makanan 2 kali dalam sehari yakni siang dan malam hari saja.
Untuk sosial, Bapak Buyu mengaku para nelayan serta masyarakat sekitar selama ini tidak pernah mengalami permasalahan, kerukunan tetap terjaga di antara
mereka. Alat penangkapan ikan yang sederhana masih sederhana merupakan salah
satu minimnya pendapatan yang di dapat Bapak Buyu dalam menjalankan profesi
62 nelayan. Untuk perahu yang digunakan sudah milik sendiri namun kapal yang
digunakan masih tergolong tradisional begitu juga dengan alat pancing dan jaring yang digunakan masih sederhana. Jaring yang digunakannya adalah jaring yang
hanya efektif digunakan di sekitar pinggiran pantai tetapi tidak dapat digunakan di tengah laut atau perairan yang dalam.
Keterbatasan modal menjadi sesuatu hal yang selalu berkaitan dengan kehidupan nelayan di Desa Fowa. Beliau mengaku bahwa tidak adanya modal
besar untuk membeli perahu yang lebih besar, perlengkapan yang lebih efektif, serta teknologi canggih untuk mendukung pekerjaan yang dilakukan.
Mendapatkan pinjaman juga terasa sulit dikarenakan profesinya sebagai nelayan tidak memiliki jaminan nantinya untuk mengembalikan pinjaman tersebut,
terlebih seperti meminjam ke Bank juga urung dilakukan sebab banyak persyaratan-persyaratan yang harus di ikuti membuat Beliau tidak ada pilihan lain
untuk mendapatkan modal agar dapat meningkatkan kinerjanya di dalam menjalankan profesi sebagai nelayan.
Selain modal dan alat tangkap ikan, sistem dalam memasarkan ikan hasil tangkapan yang tidak efektif membuat penghasilan tidak begitu banyak di dapat
dikarenakan semakin banyak ikan atau hasil tangkap lainnya maka semakin menurun daya jual ikan-ikan tersebut. Hal ini terjadi karena ikan-ikan yang masih
tersebut kalau tidak segera di jual akan semakin turun lagi harganya jika sudah di Es batu sehingga opsi menurunkan harga ikan menjadi pilihan agar hasil
tangkapan yang didapatkannya tidak mubazir. Bantuan juga yang diharapkan Bapak Buyu dan nelayan lainnya dari
pemerintah masih belum mendapatkan respon yang menunjukkan memperhatikan
63 mereka yang bekerja sebagai nelayan. Beliau mengaku bahwa sekarang ini
mereka tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah, namun biasanya pegawai dari dinas perikanan memberikan penyuluhan, namun Beliau mengharapkan
bukan hanya penyuluhan saja yang dilakukan tetapi tindakan nyata seperti memberikan bantuan berupa alat tangkap seperti jaring yang menunjang
pekerjaan mereka. Ia berharap agar suatu saat nanti pemerintah dapat memberikan bantuan terhadap mereka nantinya.
5.1.3 Informan III