73 penampungan ikan dalam jumlah besar semakin memperburuk keadaan mereka
yang harus menjual hasil tangkapan mereka dengan harga yang murah. Untuk keadaan sosial, Ia mengatakan sampai sekarang kerukunan tetap terjaga di antara
nelayan yang berada di desa maupun masyarakat yang berprofesi lainnya.
5.3 Analisis Data
Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi dari kekayaan laut yang di miliki saat ini. Salah satu masalah yang di alami Indonesia adalah
kemiskinan. Kemiskinan di alami oleh semua lapisan masyarakat tidak terkecuali nelayan yang mengantungkan hidupnya dari laut. Nelayan termasuk warga negara
Indonesia yang berekonomi lemah, padahal dengan potensi kekayaan laut yang di miliki Indonesia sebenarnya mampu membuat kehidupan nelayan sejahtera.
Teknologi penangkapan yang masih menggunakan alat-alat tradisonal, modal yang kurang, serta sistem pemasaran yang tidak kondusif menjadi faktor yang
mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup nelayan. Selain itu, peran pemerintah yang masih kurang menjadi pengaruh negatif dalam peningkatan
kesejahteraan kehidupan nelayan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka diperoleh
beberapa Tinjauan Sosial Ekonomi Nelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli, yaitu :
5.3.1 Kondisi Sosial Ekonomi
A. Pendapatan Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang terutama akan
ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan.
74 Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk
menjadi 4 golongan yaitu:
5. Golongan Sangat Tinggi : Golongan pendapatan sangat tinggi adalah
jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan 6.
Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp.2.500.000,00 sd Rp. 3.500.000,00 per bulan.
7. Golongan Pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata dibawah
antara Rp. 1.500.000 sd Rp. 2.500.000, 00 perbulan. 8.
Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp.1.500.000,00 per bulan
Berikut kutipan wawancara oleh narasumber : Penuturan dari informan Ali Rajab Bate’e :
“rata-rata sekitar dua juta satu bulan, kalau bersihnya paling satu jutalah satu bulan, Kalau memang dari penghasilan itu kuranglah”
Penuturan dari informan Buyu Aro Gea : “lima puluh ribu paling, palinglah satu juta dua ratus tarok, memang
kalo kita apa ya memang sih enggak cukup, mana mungkin satu jumba sekarang beras tujuh belas ribu, tidak cukup itu”
Penuturan dari informan Faduhu Gea : “kalau sehari ada kita bilang lima puluh, lima puluh ribu biasanya, itu
pun enggak rata-rata tiap hari penghasilannya tidak tetap. Kalau untuk memenuhi kebutuhan belum bisa itu lagi tapi dicukup-cukupilah itu baru kalau
istilahnya kita pandai-pandai kita untuk kekmana biaya itu di rumah”
75 Penuturan dari informan Meiman Zebua :
“kalau kotor itu lah dapatlah dua juta, sudah lumayanlah sikit” Berdasarkan penuturan tersebut maka pendapatan yang di dapat oleh para
informan dari melaut masih kurang namun mereka selalu mengusahakan untuk dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Dari penuturan informan tersebut,
dapat di lihat bahwa para informan tergolong berpenghasilan rendah.
B. Perumahan Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum,
pembuangan sampah, tersedianya listrik, telepon, jalan yang memungkinkan pemukiman sebagaimana mestinya.
Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman, terdapat beberapa pengertian dasar, yaitu :
12. Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang
terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran
masyarakat. 13.
Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana,
dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
76 14.
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
15. Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri
atas lebih dari satu satuan permukiman. 16.
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas
umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
17. Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan
perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem
pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. 18.
Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan
martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. 19.
Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan.
20. Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya
masyarakat. 21.
Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
77 22.
Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus.
Berikut kutipan wawancara oleh narasumber : Penuturan Informan Ali Rajab Bate’e :
“yang kita tempati sekarang ya milik sendirilah, kamar hanya dua, kalau kita satu kamar karena anak kita lima jadi yang satu kamar empat orang yang
satu kamar dengan saya tiga orang, kita berjumlah tujuh semua, kalau air dari sumur”
Penuturan Informan Buyu Aro Gea : “Itu kalau ukuran rumah 6 x 8, inilah sudah air pamlah”
Penuturan Informan Faduhu Gea : “Kalau rumah, rumah sendiri .Kalau rumah itu sederhanalah kita bilang,
rumah dari setengah beton ya sederhana. Jumlah kamar tiga dan ditempati masih, itu pun masih kurang pun hehehe. kita dari air pam”
Pentuturan Informan Meiman Zebua : “Kalau rumah kita ini sendiri dulu bukan diongkos, ini lagi belum baik
lagi dek masih kurang baik ini. Jumlah kamar empatlah di tempati anak-anak. Ya sumurlah ini”
Berdasarkan penuturan para informan dan pengamatan peneliti, bahwa rumah yang ditempati masih tergolong sangat sederhana namun masih bisa
dihuni, antara lain lantai terbuat dari semen, dinding beton, serta atap seng, memiliki pembagaian ruangan, sumber air juga menggunakan sumur bor dan air
78 pam, semua juga sudah menggunakan listrik, memiliki kamar mandi, serta rumah
para informan merupakan milik sendiri.
C. Pendidikan Pendidikan adalah pembelajaranpengetahuan, keterampilan, dankebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah
bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.
Pada dasarnya pengertian pendidikan dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003
tentangSISDIKNAS, yakni:Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Berikut kutipan wawancara oleh narasumber : Penuturan Informan Ali Rajab Bate’e :
“ya tujuan saya untuk meyekolahkan anak ya supaya mereka itu itdak seperti sayalah gitu, supaya mereka ada peningkatanlah dari saya”
Penuturan Informan Buyu Aro Gea : “Janganlah dulu kita kejar untuk jadi pegawai ya,supaya pintarlah itu
saja” Penuturan Informan Faduhu Gea :
79 “ ya tujuannya ya untuk masa depan, kalau ada rejeki dia itu yah mudah-
mudahan bisa lebih baik dari pada saya” Penuturan Informan Meiman Zebua :
“yang terbaiklah untuk dirinya dimana yang bagus nanti, dari pada pergi kerja di toko capek-capek lagi di situ nanti lebih baik sekolah saja dulu biar dapat
pendidikan yang baik” Berdasarkan penuturan tersebut, pendidikan anak-anak informan masih
berlangsung sampai sekarang walaupun terkadang harus meminjam untuk keperluan anak-anak di sekolah, namun para informan ingin agar anak-anak
mereka kelak bisa mendapatkan pendidikan serta pekerjaan yang layak dan lebih dari mereka yang hanya lulusan SD dan SMP.
D. Kesehatan
Pengertian kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO tahun 1948 menyebutkan bahwapengertian kesehatan adalah suatu keadaan
fisik, mental dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit dan kelemahan.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Upaya
kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
Berikut kutipan wawancara oleh narasumber : Penuturan dari informan Ali Rajab Bate’e :
80 “Jadi kondisi kita selama ini kadang sakit tidak kadang tidak.Tindakan
kami diawalnya ya kita bawa ke puskesmas terdekat. Ya kalau kita dulu telah terdaftar kartu sehat jadi kita dikasi gratis”
Penuturan dari informan Buyu Aro Gea : “Kalau kondisi kesehatan ya normal, tapi ada biasanya itu nelayan sering
di serang penyakit maag, karena tetap terlambat makan, engga menentu makan. Kalau biasanya kami, kalo bisa di tahan, di tahan saja kalu enggak gawat-gatnya
bisa saja di sepelehkan itu. Memang kalo kami di sini sih sudah ada BPJS itu, itu pun di rumah sakit umum diterima”
Penuturan dari informan Faduhu gea : “Biasanya kalo sakit itu paling kalau anak-anak itu palinglah demam itu,
kita bawa berobat ke rumah sakit. Kalau seperti itu ya kebanyaan palinglah flu sepulang dari laut karena itu dingin pagi-pagi. Di obatin sendiri paling beli di
kedai itu. Pelayan gratis di kasi karena punya BPJS Kesehatan” Penuturan dari informan Meiman Zebua :
“Engga seringlah, hanya itu kalo pergi ke laut hanya pinggang karena duduk di di situ, ada juga maag karena lewat makan. Kalau kami waktu sekarang
ini kami tidak membawa ke rumah sakit, kami membeli saja obat” Dari penuturan informan kondisi kesehatan keluarga tergolong baik jarang
mengalami sakit, hanya saja para informan sering mengalami penyakit seperti flu, maag dan sakit pinggang akibat dari terlambat makan, cuaca yang dingin serta
pada waktu berada di tengah laut. Para informan juga sudah mendapatkan akses pelayanan kesehatan gratis, akan tetapi para informan lebih memilih untuk
membeli obat-obatan di warung atau apotik jika mereka mengalami sakit.
81 E. Sandang Pangan
Sandang adalah pakaian manusia. Pakaian menjadi kebutuhan primer pertama walaupun manusia tidak bisa hidup tanpa pakaian, tetapi karena manusia
adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat sehingga pakaian adalah hal yang paling penting. Sedangkan pangan adalah sumber makanan bagi manusia
dan merupakan kebutuhan primer. Pangan meliputi pekerjaan dan hal-hal yang dilakukan dengan tujuan menghasilkan pangan bagi kehidupan. Manusia hidup
dalam masayarakat dan mebutuhkan pekerjaan dalam menghasilkan kebutuhannya sehari-hari.
Berikut kutipan wawancara oleh narasumber : Penuturan Informan Ali Rajab Bate’e :
”Kalau dalam setahun sekali, biasanya kalo hari-hari besar seperti hari raya”
“Makan 3 kali sehari, nah kalu ikan ya karna kita nelayan ini bisa kita bilangin kita makan setiap hari ikan, cuman ya kalo mengenai sayur bisa kita
bilangin sekali satu hari”
Penuturan Informan Buyu Aro Gea : “Kalau aku pun, pribadiku ya aku pun membeli pakaian itu jarang satu
tahun he kenapa? karena kita tau dulu kondisi uang kantongan kita dulu kalau membeli kain, yang sudah ada kita pakai-pakai saja dulu. Tapi bisa dibilangin lah
satu kali dalam setahun”
82 “Iya 3 kali sehari, paling lah mulai nasi sama ikan, sayur ada, tidak ada
buah-buahan, enggak sempurna dia lah, kalau daging hanya sesekali” Penuturan Informan Faduhu Gea :
“Paling ya itu kalo anak-anak, paling 2 kali setahun. Paling hari besar, sama itu istilahnya kalau anak-anak itu naik sekolah”
“Itu biasanya sama kami 2 kali sehari, siang sama malam pagi engga sarapan lagi. Kalau adik-adik sarapan kalau orang tua tidak karena kalau pagi-
pagi sudah berangkat orangnya. untuk makanan palinglah itu sayur-sayuran sama ikan, paling kalo ada uang kita beli daging”
Penuturan Informan Meiman Zebua : “Kalau itu hanya sekali dalam satu tahun”
“Kalau itu kami hanya makan 2 kali satu hari karena hanya minum air saja kalau pagi. Kalau orang anak-anak tetap sarapan pagi. Kalau makanan tiap
hari bikin sayur,nasi, ikan, hanya satu kali dalam seminggu kalau daging” Dari penuturan keempat informan, diketahui bahwa mereka membeli
pakaian hanya sekali dalam setahun saja mengingat pendapatan dari hasil melaut hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Begitu juga pola konsumsi makanan,
para informan rutin mengkonsumsi nasi, ikan, sayur sesekali mengkonsumsi daging. Dengan kata lain, para Informan hanya mengkonsumsi beberapa makan
sehat saja. Khususnya untuk para informan, konsumsi makan mereka hanya 2 kali sehari yakni siang dan malam hari saja. Untuk pagi hari mereka sudah terbiasa
tidak sarapan, melainkan bermodalkan meminum air ataupun kopi saja dikarenakan waktu untuk pergi melaut biasanya dilakukan pukul 05.00 Wib
83 dimana belum tersedianya makanan serta sudah terbiasa dengan keadaan seperti
itu. Setelah melakukan wawancara terhadap para informan, informasi yang di
dapat menunjukkan bahwa kehidupan nelayan di Desa Fowa masih jauh dari kata sejahtera dilihat dari segi pendapatan yang mereka dapatkan dari melaut tidak
menentu tiap harinya yang tergolong sebagai golongan pendapatan rendah sehingga mendorong nelayan di Desa membelanjakan langsung uang yang di
dapat untuk keperluan sehari-hari saja yang akibatnya mereka sulit membagi modal dengan keuntungan yang di dapat pada saat itu untuk di tabung. Kebutuhan
sehari-sehari yang semakin banyak juga membuat para nelayan di Desa harus mampu mencukupi kebutuhan mereka dengan seadanya, dikarenakan tidak adanya
permasukan tambahan selain dari melaut belum lagi istri para nelayan di Desa Fowa merupakan ibu rumah tangga yang menjadikan kehidupan mereka sangat
bergantung pada penghasilan dari suami, sehingga jika nelayan di Desa tidak dapat melaut dikarenakan cuaca buruk ataupun mengalami kerusakan mesin maka
mereka hanya pasrah dengan keadaan mereka tanpa mencari alternatif pekerjaan sementara ketika mereka tidak melaut, sehingga kehidupan para nelayan di Desa
hanya berorientasi untuk bertahan hidup tiap harinya tanpa berpikir untuk menambah kualitas hidup keluarga mereka.
5.3.2 Faktor-faktor yang berkaitan dengan kehidupan nelayan di Desa Fowa