67 perlengkapan canggih tidak dapat terwujud sampai sekarang dikarenakan tidak
adanya sumber dana yang bisa pinjam. Masyarakat dan pihak Bank pun tidak berani memberikan pinjaman terhadap mereka karena tidak adanya garansi untuk
mengembalikan uang yang telah dipinjamkan tersebut. Mengenai penjualan hasil tangkapan ke masyarakat dirasakan beliau masih
kurang menguntungkaan mereka yang berprofesi sebagai nelayan. Hal itu terjadi karena semakin banyak hasil tangkap, maka Beliau akan menurunkan harga ikan
tersebut. Ketiadaan oknum yang dapat menampung hasil tangkapan mereka dalam skala besar serta tidak ada akses untuk memasarkan hasil tangkapan ke luar
daerah atau pulau menjadi faktor penyebab Ia harus menurunkan harga ikan agar hari itu dapat laku terjual sehingga hasil tangkapan tidak sia-sia.
Bapak Faduhu juga menyesalkan peran pemerintah yang minim untuk membantu nelayan di Desa, setidaknya Ia berharap agar pemerintah bisa
memfasilitasi tempat penampungan ikan yang dapat menampung hasil tangkapan mereka sehingga mendapatkan akses ke luar pulau untuk di pasarkan. Dengan
adanya fasilitas tersebut, maka daya jual ikan yang di dapat bisa dikendalikan agar memperoleh penghasilan lebih dan ikan-ikan tersebut tidak terbuang atau
membusuk.
5.1.4 Informan IV
Nama : Meiman Zebua
Usia : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
68 Suku
: Nias Pekerjaan
: Nelayan Jumlah Anak
: 2 Orang Pendidikan
: Tamat SD
Pria kelahiran bawadesolo tahun 1976 ini merupakan seorang nelayan yang berdomisili di Desa Fowa. Bapak Meiman mulai tertarik menjadi seorang
nelayan sejak kelas 1 Sekolah Dasar yang pada waktu ikut memancing bersama orang tuanya. Berdasarkan pengalaman itu pun, Ia mulai berani membawa perahu
sendirian sejak kelas 6 Sekolah Dasar SD yang pada waktu itu masih sangat menggunakan dayung sebagai alat penggerak perahu yang digunakan. Sampai
sekarang ini Ia sudah menggeluti profesi sebagai nelayan ini hampir 30 tahun. Dahulu Bapak Meiman mau menjadi nelayan dikarenakan mudah untuk mendapat
uang pikirnya apalagi hobinya yang suka memancing, mendorong untuk menjadi seorang nelayan. Selain menjadi seorang nelayan, Ia mengaku tidak memiliki
profesi atau pekerjaan lainnya. Memang kegiatan melaut hanya dilakukan sampai siang hari, akan tetapi tenaga yang sangat banyak digunakan pada saat melaut
menjadi alasan untuk tidak mencari pekerjaan lainnya. Bapak Meiman juga sudah berkeluarga dan memiliki seorang istri yang ikut membantu menjualkan
hasil tangkapan beliau serta dikaruniai 2 orang anak. Aktivitas sebagai seorang nelayan selalu dijalani dengan rasa bersyukur
walau terkadang mengeluh dengan pendapatan yang tidak seberapa, namun hobi yang suka memancing pada akhirnya menjadikannya tetap bahagia menjalankan
profesinya sebagai seorang nelayan. Kegiatan melaut juga dilakukan hampir
69 setiap hari jika keadaan cuaca mendukung, bahkan terkadang Ia nekat untuk
melaut dikarenakan hobi tadi. Setiap harinya Beliau pergi melaut di mulai pukul 04.30 Wib hingga pukul 12.00 Wib. Pendapatan dari melaut diakui oleh Beliau
tidak menentu hasilnya. Terkadang dalam sehari bila berejeki bisa memperoleh keuntungan Rp. 100.000-200.000, namun hari berikutnya atau seminggu bisa saja
Beliau tidak mendapatkan keuntungan dari hasil melaut dikarenakan hasil yang di tidak menentu dari penangkapan ikan yang dilakukan. Dalam sebulan, Ia mengaku
bisa menghasilkan Rp.2.000.000, namun itu belum terpotong oleh kebutuhan- kebutuhan lainnya. Hasil dari melaut tidak lagi di jual melalui perantara atau
penggalas, namun Ia langsung bertindak sebagai penggalas dan istri juga turut membantu beliau bahkan anak tertua beliau terkadang ikut serta menggalas ikan
hasil tangkapan. Jika ada kelebihan dari hasil tangkapan, maka uang tersebut akan di simpan untuk keperluan uang sekolah anak serta keperluan mendadak
seandainya Ia tidak melaut dikarenakan badai dan cuaca buruk. Untuk urusan tempat tinggal, Beliau sudah memiliki rumah sendiri yang
tergolong sederhana. Lantai rumah terbuat dari semen, dinding sudah beton serta atap yang digunakan terbuat dari seng. Rumah beliau memiliki 4 kamar, dimana 2
kamar utama, serta kamar lainnya digunakan sebagai gudang dan tempat menyimpan barang-barang. Rumah juga sudah menggunakan listrik serta sumur
bor menjadi sumber air yang digunakan. Barang-barang elektronik seperti televisi, dan rice cooker sudah ada. Rumah Bapak Meiman juga memiliki 1 kamar mandi
yang lengkap dengan sistem pembuangan. Mengenai pendidikan anak, kedua orang anak beliau masih berstatus
bersekolah dimana yang pertama baru saja menyelesaikan pendidikan di tingkat
70 Sekolah Menengah Atas SMA dan jika ada rejeki, maka Beliau akan
menyekolahkan anaknya tersebut di Akademi Kebidanan AKBID sedangkan anak yang kedua masih kelas 2 Sekolah Dasar SD. Beliau juga berharap dengan
menyekolahkan anak-anakanya, mereka nantinya mendapatkan pekerjaan kehidupan yang lebih layak.
Mengenai kesehatan, Bapak Meiman dan keluarga tergolong keluarga yang sehat jarang mengalami sakit, akan tetapi Ia mengaku terkadang merasakan
sakit pinggang dalam menjalan profesinya dikarenakan lamanya duduk di atas perahu, selain itu Bapak Meiman juga mengalami penyakit Maag dikarenakan
tidak teraturnya pola makan bahkan sekarang ini tiap pagi Ia tidak sarapan, hanya bermodalkan kopi dalam menjalankan profesinya sebagai nelayan. Untuk
keperluan pelayanan atau obat-obatan, Ia lebih memilih membeli obat di warung atau apotik. Mengenai pelayanan kesehatan di puskesmas atau rumah sakit, beliau
masih membayar biaya pengobatan. Memang Ia sudah mendaftarkan diri sebagai penerima BPJS kesehatan, namun sekarang ini kartu tersebut belum diterima oleh
Beliau agar mendapatkan pelayan kesehatan. Kemampuan dalam membeli pakaian baru, Beliau mengatakan hanya
sekali dalam setahun mampu untuk membelinya. Untuk konsumsi makanan, Beliau hanya 2 kali sehari yaitu siang dan malam hari sedangkan istri dan anak
tetap 3 kali dalam sehari. Setiap harinya menu makanan Beliau dan Keluraga berupa nasi, ikan, dan sayur. Makanan seperti daging hanya sesekali di konsumsi.
Bapak Meiman juga masih tergolong nelayan tradisonal yang masih menggunakan pancing dan jaring sederhana serta perahu yang bermuatan 300kg.
Alat seperti itu sebenarnya untuk sekarang ini kurang efektif untuk mendapat hasil
71 tangkapan yang banyak . Pada saat ini Ia mengatakan sudah banyak jenis-jenis
pancing serta jaring yang digunakan untuk kegiatan melaut. Hanya saja harga yang sangat tinggi menjadi penyebab ketidakmampuan Beliau untuk membeli
perlengkapan seperti itu. Misalnya saja jaring, sekarang sudah banyak jenis- jenisnya sesuai dengan ikan yang akan di tangkap. Setiap jenis jaring tersebut
harganya mencapai jutaan hingga belasan juta rupiah. Modal usaha juga yang kurang menjadi pemasalahan. Peminjaman ke
Bank juga di rasa sulit olehnya karena takut tidak mampu mengembalikan uang yang telah di pinjam.Selain itu, banyaknya langkah-langkah yang harus di tempuh
menjadi alasan Beliau tidak mau meminjam di Bank. Ia hanya bisa mendapatkan modal dari mengkuti arisan yang di buat oleh nelayan di Desa tetapi itu pun masih
dirasa kurang cukup untuk mendapatkan modal yang besar agar pekerjaannya sebagai nelayan mampu mendapatkan hasil yang banyak. Kehidupan
bermasyarakat di Desa Fowa selalu rukun dan saling tolong menolong, seperti halnya jika ada nelayan yang mengalami kesulitan dana, maka mereka akan
membentuk arisan untuk membantu teman mereka tersebut. Kebanyakan nelayan mengeluh dengan harga ikan di daerah yang murah.
Hasil tangkapan ikan yang banyak mau tidak mau Ia harus menurunkan harga ikan tersebut diakibatkan tidak tersedianya para penampung ikan dalam skala
besar yang mampu menampung hasil tangkapan sehingga hasil tangkapan tersebut di jual dengan harga miring agar cepat laku terjual karena jika ikan-ikan tersebut
sudah tidak segar lagi, maka masyarakat lebih memilih membeli ikan yang baru saja di dapat hari itu ketimbang membeli ikan yang kemarin atau sudah di Es.
72 Beliau juga mengatakan sejauh ini bantuan dari pemerintah juga masih
belum kunjung di dapat. Segala usaha mereka dengan membentuk kelompok nelayan ataupun mmberikan proposal agar mendapat bantuan belum ada titik
terangnya. Namun Bapak Meiman masih berharap agar mereka yang berprofesi nelayan ini, pemerintah mau mengulurkan bantuan serta mendengar keluhan-
keluhan yang mereka alami saat ini.
5.2 Informan Tambahan