atau warna tidak cerah, dan sebagian atau seluruh thallus pada beberapa cabang menjadi putih dan membusuk. Penyakit tersebut terutama disebabkan oleh
perubahan lingkungan seperti arus, suhu dan kecerahan. Kecerahan air yang sangat tinggi dan rendahnya kelarutan unsur hara nitrat dalam perairan juga
merupakan penyebab munculnya penyakit tersebut.
2.7 Kapasitas Perikanan Budidaya Laut
Lee 1997 menyatakan bahwa untuk pengembangan budidaya, harus didukung oleh lingkungan, kondisi sosial ekonomi dan kelembagaan.
Pengembangan marikultur hingga saat ini belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Kondisi ini karena dihadapkan pada berbagai masalah seperti penurunan
mutu lingkungan, sosial ekonomi, kelembagaan dan sumber daya manusia DKP 2003. Clark dan Beveridge 1989 in DKP 2003 menyatakan bahwa tantangan
pengembangan budidaya terletak pada kurangnya teknologi. Marikultur belum berkembang dengan baik di Indonesia, dikarenakan tingkat penguasaan teknologi
budidaya masih lemah. Di Kabupaten Minahasa Utara, khususnya di Bahoi dan Likupang, pada
tahun 2001 – 2003 pernah ada beberapa usaha perikanan marikultur tetapi
semuanya mengalami kegagalan. Pada awalnya adalah usaha budidaya rumput laut, tetapi usaha tersebut mengalami penurunan produksi terus-menerus sampai
akhirnya terhentigagal. Kemudian beberapa instansi dan pengusaha melakukan kegiatan budidaya ikan kerapu, juga gagal. Jadi sebenarnya potensi sumberdaya
yang dapat dikembangkan untuk perikanan marikultur cukup besar tetapi banyak yang gagal dan pendapatan penduduk tetap rendah.
Kenyataan di atas menimbulkan pertanyaan apakah kegiatan marikultur di perairan tersebut telah efisien atau mungkin kelebihan kapasitas? Fauzi dan Anna,
2002 2003 menyatakan bahwa seperti juga pada perikanan tangkap, maka perikanan marikultur selain tergantung pada input sarana produksi seperti benih
atau bibit juga tergantung pada kondisi ekologis perairan, yang juga merupakan fungsi dari eksternalitas berbagai kegiatan lain. Pengendalian input dari alam ini
sangat sulit sehingga konsep kapasitas perikanan marikultur dapat diterapkan seperti juga yang telah diterapkan pada perikanan tangkap.
Analisis kapasitas pada prinsipnya adalah analisis efisiensi. Berbagai metode telah tersedia untuk mengukur efisiensi ini Fauzi Anna 2002. Salah
satu metode penilaian kebijakan untuk mengevaluasi efisiensi relatif dari unit pengambil keputusan adalah data envelopment analysis DEA. DEA merupakan
metode pengukuran efisiensi relatif yang bersifat bebas nilai value free karena tidak mempertimbangkan penilaian judgement dari pengambil keputusan
Korhonen et al. in Rahardjo 2003. DEA bertujuan untuk mengukur kondisi relatif relative performance dari unit analisis pada kondisi multiple inputs dan
outputs . DEA memiliki kelebihan dalam hal kemampuan untuk mengestimasi
kapasitas di bawah kendala kebijakan tertentu. Juga dapat mengakomodasikan multiple inputs
dan outputs serta tingkat input dan ouput yang riil maupun non- diskret
. Selain itu, DEA dapat menentukan tingkat potensial maksimum dari upaya atau variabel input secara umum dan laju utilitas optimalnya Fauzi Anna 2002.
Selanjutnya dinyatakan bahwa hasil analisis DEA dapat dijabarkan dalam bentuk grafik melalui apa yang disebut Efficiency Frontier. Gambar 3
menggambarkan efficiency frontier dari enam unit yang menghasilkan dua jenis output y
1
dan y
2
Fauzi Anna 2005. Selanjutnya dijelaskan bahwa, dengan DEA, titik-titik E1, E3, dan E menggambarkan unit yang efisien karena tepat
berada di efficiency frontier , sekaligus menjadi “amplop” envelop yang menutupi
seluruh set data yang ada. Unit E5 dan E6 berada dalam “amplop” tersebut sehingga dikatakan tidak efisien. Amplop data ditutup ke horisontal aksis dengan
E4y
’ 1
sementara ke vertikal aksis ditutup dengan E1y
’ 2
.
Gambar 3 Efficiency frontier Fauzi Anna 2005.
y2
y1 E5
E6 E5’
E6’
E2 E1
E 5”
E3 E4
y
2
’
y
1
’
Gambar 3 dijelaskan oleh Fauzi dan Anna 2005 bahwa terlihat kelompok terdekat peer unit untuk unit E5 adalah E1 dan E2, dan target efisien dari E5
adalah E5’. Target tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan output E5 secara proporsional pro rata antara y1 dan y2. Peningkatan tersebut diperoleh dengan
pembobotan unti E1 dan E2. Namun, jika misalnya output y2 tidak dapat ditingkatkan, pilihan target efisien berikutnya dari E5 adalah titik E5” yang
sepenuhnya mengandalkan peningkatan ouput y1. Sementara itu, untuk unit E6, target efisien adalah titik E6’ dengan meningkatkan output secara pro rata antara
y1 dan y2. Namun, pada titik tersebut efisiensi telah didominasi oleh E4, sebab dengan output y1 yang sama, E4 memiliki output y2 yang lebih banyak dari E6.
3 METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran