Menurut  Lee  et  al.  1978  bahwa  kisaran  nitrat  perairan  berada  antara 0,01
– 0,7 mg1, sedangkan menurut Effendi 2003 bahwa kadar nitrat-nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mgl. Apabila kadar nitrat
0,2  mg1  akan  mengakibatkan  eutrofikasi  yang  selanjutnya  menstimulir pertumbuhan alga dan tumbuhan air secara pesat.
Gambar 24 menunjukkan sebaran kandungan nitrat ke arah laut. Terlihat bahwa  kandungan  nitrat  lebih  menurun  ke  arah  laut.  Ini  menunjukkan  bahwa
limbah  dari  sekitar  permukiman  penduduk,  seandainya  melampaui  ambang  batas baku mutu air, tidak akan tersebar sampai ke areal budidaya rumput laut.
Gambar 24  Sebaran nitrat ke arah laut di depan Desa Nain.
c. Total padatan tersuspensi total suspended solid, TSS
TSS  atau  padatan  tidak  terlarut  dalam  air  dijumpai  dalam  bentuk  organik
dan  anorganik  maupun  deterjen  yang  tidak  dapat  langsung  mengendap  sehingga dapat menyebabkan kekeruhan air. Bahan organik berupa sisa-sisa tumbuhan dan
padatan biologi lainnya  seperti sel alga, bakteri dan sebagainya. Sampah organik dapat diurai atau dibusukkan oleh bakteri. Sampah organik  yang dibuang ke laut
menyebabkan  berkurangnya  jumlah  oksigen  terlarut,  karena  sebagian  besar digunakan  bakteri  untuk  proses  pembusukannya.  Bahan  anorganik  antara  lain
berupa  tanah  liat  dan  butiran  pasir.  Bahan  anorganik  akan  menghalangi  cahaya matahari  untuk  proses  fotosintesis.  Deterjen  merupakan  limbah  penduduk  yang
paling potensial mencemari air karena sangat sukar diuraikan oleh bakteri Peavy et al
. 1986; Blom et al. 1994; Helfinalis 2005. Nilai  TSS  umumnya  semakin  rendah  ke  arah  laut.  Hal  ini  menunjukkan
bahwa  padatan  tersuspensi  disuplai  oleh  daratan.  Hasil  penelitian  di  depan  Desa
0,032
0,008 0,005
0,003 -0,010
0,000 0,010
0,020 0,030
0,040 0,050
0 m 50 m
100 m 200 m
Nitr at
m g
l
Jarak titik pengamatan m
Nain yang terdapat Stasiun I, II dan III dimana masing-masing stasiun terdiri atas 4 titik ke arah laut dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8  Total padatan tersuspensi ke arah laut di depan Desa Nain Stasiun
Titik Pengamatan
Permukaan Air mgl
Tengah Kolom Air
mgl I
0 m 12
10 50 m
32 12
100 m 6
80 200 m
22 18
II 0 m
6 12
50 m 8
10 100  m
12 6
200 m 6
4 III
0 m 96
8 50 m
8 10
100 m 12
16 200 m
98 54
Data  TSS  pada  Tabel  8  secara  keseluruhan  terlihat  masih  di  bawah ambang batas baku mutu air baik untuk kualitas air dan pengendalian pencemaran
maupun  baku  mutu  air  untuk  biota  laut,  kecuali  pada  Stasiun  I  untuk  jarak  100 meter  di  tengah  kolom  air,  dan  pada  Stasiun  III  di  permukaan  awal  serta  pada
jarak 200 meter di permukaan yang telah melampaui baku mutu yang disyaratkan. Baku  mutu  air  untuk  kualitas  air  dan  pengendalian  pencemaran  pada  kelas  1
disyaratkan  maksimal  50  mgl,  dan  baku  mutu  air  untuk  biota  laut  yakni  TSS maksimal disyaratkan pada ekosistem mangrove yakni 80 mgl.
Pada titik sampel di Stasiun I dan III yang TSS-nya telah melewati ambang batas, diduga disebabkan pada Stasiun I walaupun permukimannya relatif sedikit
tetapi  terdapat  ekosistem  mangrove.  Pada  Stasiun  III  selain  permukiman  agak padat,  di  wilayah  ini  penggunaan  air  tawar  sangat  tinggi  karena  terdapat  sumur
‘aer jere’ yang merupakan satu-satunya sumber air tawar penduduk Desa Nain. Di sekitar  Stasiun  III  ini  juga  terlihat  bahwa  aktivitas  pengolahan  perikanan  lebih
tinggi  di  bandingkan  dengan  di  Stasiun  II  yang  sebenarnya  permukiman penduduknya lebih padat. Selain itu untuk kontur tanah, di darat dekat Stasiun III
terdapat  bukit  yang  berbatasan  langsung  dengan  laut,  dibandingkan  dengan
Stasiun I dan II keberadaan bukit masih dipisahkan oleh rumah-rumah penduduk. Hal ini diduga sebagai salah satu penyumbang tingginya TSS di Stasiun III akibat
masuknya air yang mengandung debu dari perbukitan. Daya  jangkau  TSS  menuju  ke  areal  budidaya  yakni  sebaran  secara
horisontal baik sebaran di permukaan air maupun di tengah kolom air. Hasil yang didapat  bahwa  perlu  diberi  perhatian  untuk  kandungan  TSS  di  Stasiun  III  pada
jarak  200  meter.  Pada  titik  sampel  ini,  kandungan  TSS  di  permukaan  air  telah melewati ambang batas baku mutu air. Titik sampel dengan jarak 200 meter dari
titik awal di Stasiun III ini telah berada di areal budidaya rumput laut. TSS  di  tengah  kolom  air  pada  Stasiun  II  terlihat  bahwa  semakin  ke  laut,
kandungan  TSS  semakin  rendah,  sedangkan  di  Stasiun  III  semakin  ke  laut, kandungan  TSS  semakin  tinggi.  Hal  ini  dapat  dijelaskan  bahwa,  di  Stasiun  II  ke
arah  laut  yang  menjauh  dari  pulau  tidak  terdapat  penghalang  dari  karang  yang membatasi  gobah,  sehingga  arah  arus  dengan  leluasa  masuk  sehingga  terjadi
pengenceran  yang dapat menurunkan TSS. Ini terjadi di tengah kolom air karena di  permukaan  air,  sebaran  TSS  masih  ada  pengaruh  dari  angin  atau  gelombang.
Pada Stasiun III di tengah kolom air, dimana TSS semakin ke laut semakin tinggi, disebabkan  saat  pengukuran  dilakukan  pada  saat  air  bergerak  naik,  sehingga
padatan  yang  terperangkap  di  dasar  rataan  karang  akan  terangkat.  Diketahui bahwa Stasiun III berada di sekitar permukiman penduduk yang aktivitas buangan
limbah paling tinggi, sehingga di sekitar situ juga beban limbah tinggi. Fardiaz  1992  menyatakan  bahwa  padatan  tersuspensi  yang  tinggi  akan
mempengaruhi  biota  di  perairan  melalui  dua  cara.  Pertama,  menghalangi  dan mengurangi  penentrasi  cahaya  ke  dalam  badan  air,  sehingga  menghambat  proses
fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan  air lainnya,  yang lebih lanjut berarti kondisi  ini  akan  mengurangi  pasokan  oksigen  terlarut  dalam  badan  air.  Kedua,
secara  langsung  TSS  yang  tinggi  dapat  mengganggu  biota  perairan  seperti mengganggu  pernafasan  biota  karena  tertutupnya  insang  oleh  partikel-partikel
tersuspensi.  Dampak  lainnya  dari  TSS  yang  tinggi,  terjadi  sedimentasi  yang selanjutnya  berakibat  pendangkalan.  Selain  itu,  tingginya  TSS  mengakibatkan
penumpukan  bahan  organik  di  dasar  yang  berakibat  pada  meningkatnya  proses
dekomposisi  yang  akan  mengurangi  kandungan  oksigen  perairan  dan menghasilkan bahan-bahan toksik.
Kandungan TSS di Perairan Gugus Pulau Nain secara keseluruhan diukur juga  di  depan  Desa  Tatampi  dan  Kampung  Tarente.  Hasil  analisis  TSS  depan
permukiman di Pulau Nain dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9  Total padatan tersuspensi di depan permukiman di Pulau Nain
Kedalaman Stasiun
I II
III VII
X Permukaan mgl
12 6
96 80
10 Tengah mgl
10 12
8 12
28 Pada  Tabel  9,  TSS  secara  keseluruhan  terlihat  masih  di  bawah  ambang
batas baku mutu air baik untuk kualitas air dan pengendalian pencemaran maupun baku mutu air untuk biota laut, kecuali di permukaan pada Stasiun III yang sudah
dijelaskan  di  atas.  Pada  Stasiun  VII  yang  berada  di  depan  Kampung  Tarente, kandungan TSS sama dengan baku mutu air untuk biota di ekosistem pesisir yakni
80  mgl.  Dapat  dijelaskan  bahwa  Kampung  Tarente  berada  di  sisi  timur  Pulau Nain  yang  perairannya  berada  di  antara  Pulau  Nain  kecil.  Kandungan  TSS  di
stasiun ini diduga juga sangat dipengaruhi oleh hutan mangrove yang merupakan ekosistem  mangrove  terbesar  di  Pulau  Nain.  Kandungan  TSS  yang  rendah  di
tengah  kolom  air,  diduga  dipengaruhi  oleh  arus  dari  selatan  dan  tenggara  yang perairannya lebih terbuka.
Pada  Stasiun  X  di  depan  Desa  Tatampi  terlihat  kandungan  TSS  bagian permukaan lebih rendah dibandingkan dengan Stasiun III dan VII. Desa Tatampi
berada di bagian utara Pulau Nain yang menghadap ke Samudera Pasifik sehingga sirkulasi  dan  pengenceran  air  lebih  tinggi,  walaupun  demikian  diduga  masih  ada
pengaruh dari perairan Desa Nain yang berada di barat Pulau Nain. Pengaruhnya dapat  dilihat  pada  kandungan  TSS  di  bagian  tengah  kolom  air  yang  lebih  tinggi
dari  TSS  permukaan.  Hal  ini  diduga  bahwa  di  bagian  tengah  kolom  air  masih dipengaruhi oleh arus keluar dari perairan barat pulau.
5.2 Budidaya Rumput Laut di Gugus Pulau Nain