Penyakit  yang  menyerang  rumput  laut  disebut  ice-ice,  rumput  laut  yang terserang  akan  kehilangan  pigmen  pada  jaringannya  sehingga  thallus  akan
membusuk  dan  kemudian  putus.  Uyenco  et  al.  1981  in  Neish  2005, memperhatikan bahwa terdapat populasi bakteria  yang tinggi pada jaringan  yang
terserang  ice-ice  tetapi  disimpulkan  bahwa  itu  hanya  masalah  sekunder.  Doty 1987  menyatakan  bahwa  ice-ice  merupakan  keadaan  musiman,  dan  berkaitan
dengan  perubahan  musim.  Selanjutnya  menurut  Largo  et  al.  1995  in  Neish 2005  bahwa  bakteri  tertentu  yang  menyerang  apabila  bibit  rumput  laut  sedang
stres,  sehingga  perlu  diperhatikan  beberapa  faktor  abiotik  yang  dapat  menjadi pemicu gejala ini. Selanjutnya, dinyatakan bahwa di Jepang Selatan, penyakit ice-
ice pada K. alvarezii disebabkan intensitas cahaya yang kurang, salinitas di bawah
dari 20 ppt, dan temperatur yang tinggi 35 C.
5.2.5  Kesesuaian dan daya dukung a. Kesesuaian areal budidaya rumput laut
Kegiatan  budidaya  rumput  laut  di  Perairan  Gugus  Pulau  Nain  ditentukan oleh  penilaian  kesesuaian  lahannya.  Analisis  kesesuaian  lahan  penelitian  ini
didasarkan  pada  beberapa  parameter  yang  disesuaikan  dengan  kondisi  perairan Pulau  Nain,  yaitu:  kecepatan  arus,  kecerahan,  keterlindungan,  kedalaman,
salinitas, substrat dasar, suhu, pH, fosfat, dan nitrat. Proses penentuan kesesuaian lahan  dilakukan  dengan  membandingkan  parameter-parameter  prasyarat  dengan
kondisi  perairan  yang  diukur.  Hasil  analisis  ini  menghasilkan  suatu  kesesuaian karakteristik dari kegiatan budidaya rumput laut di perairan Pulau Nain, sehingga
diharapkan  dapat  memberikan  hasil  produksi  yang  optimal  dan  berkelanjutan. Selanjutnya  hasil  analisis  ini  akan  menjadi  bahan  bagi  analisis  daya  dukung
perairan Pulau Nain untuk budidaya rumput laut. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut
pada  masing-masing  kategori  kesesuaian  diperoleh  lahan  yang  sesuai  untuk budidaya  rumput  laut  di  perairan  Pulau  Nain  sebesar  2.560  Ha.  Gambar  34
memperlihatkan  hasil  analisis  kesesuaian  lahan.  Dasar  perhitungan  kesesuaian areal  budidaya  rumput  laut  di  perairan  Gugus  Pulau  Nain  dapat  dilihat  pada
Lampiran 5.
Luas  kawasan  yang  sesuai  secara  ekologis  untuk  kegiatan  budidaya rumput  laut  perlu  mempertimbangkan  bagi  pemanfaatan  lain.  Di  perairan  Pulau
Nain  yang  digunakan  sebagai  pemanfaatan  lain  hanya  untuk  jalur  transportasi yang  telah  terbentuk  secara  alamiah,  yaitu  di  dasar  perairan  telah  terbentuk  jalur
berbentuk  parit.  Jalur  ini  memotong  di  tengah  areal  budidaya  rumput  laut.  Di bagian dekat daratan pemanfaatan perairan untuk tambatan perahu, sehingga hasil
perhitungan  hanya  10,6  272,2  hektar  dari  luasan  perairan  yang  sesuai  untuk budidaya  rumput  laut  di  Pulau  Nain  yang  digunakan  untuk  peruntukan  lain,  dan
2.287,8  yang  dapat  digunakan.  Budidaya  rumput  laut  di  Gugus  Pulau  Nain didominasi  oleh  jenis  K.  alvarezii  dan  E.  denticulatum.  Jenis  lain  yang
dibudidayakan  adalah  strain  ‘bola-bola’  dan  ‘banci’  yang  dalam  perhitungan memanfaatkan  lahan  sekitar  6.  Jadi,  masing-masing  jenis  yang  dominan  layak
dibudidayakan pada areal seluas 1075,2 hektar. Khusus jenis  K. alvareziii luasan yang sesuai di areal budidaya sebesar 762,36 hektar, di luar areal budidaya 306,01
hektar, dan di dekat permukiman penduduk sebesar 6,86 hektar.
Gambar 34  Kesesuaian areal budidaya rumput laut di Pulau Nain.
b.  Daya dukung areal budidaya rumput laut